39. Bukan Waktu Yang Tepat

108 7 0
                                    

happy reading guys🤗
*cerita gaje* Sorry for typo;")

***
"Kak Gavin?" Gavin berdiri di depan kelas Tasya, membuat Tasya yang baru saja keluar dari dalam kelas menatapnya bingung.

Tumben banget ke sini. Mau ngapain?

"Gue mau ngomong sama lo" Tasya menaikkan sebelah alisnya. Dia melirik ke kanan dan ke kiri, ternyata dia menjadi pusat perhatian saat ini. Karena memang sudah waktunya pulang sekolah, jadi banyak siswa-siswi yang keluar dari kelasnya.

"Mau ngomong apa?" Tanya Tasya. Sebetulnya dia malu jika harus bertemu Gavin dalam waktu dekat ini. Kejadian saat dia marah-marah pada Gavin di belakang sekolah masih tersimpan di memori otaknya. Sungguh dia malu luar biasa!. Bisa-bisanya dia menyimpulkan sesuatu tanpa tau kebenarannya seperti apa.

"Penting!" Singkat Gavin.

Dengan pelan Tasya menangguk, "oke. Aku juga mau ngomong sesuatu sama kakak" ujar Tasya. Lebih baik dia sekalian minta maaf saja pada Gavin. Lebih cepat lebih baik.

Gavin menarik Tasya meninggalkan tempat tadi. Tempat yang ternyata lama-kelamaan akan menjadi ramai. Tau kan penyebabnya?

Setelah sampai di Parkiran, mereka langsung masuk ke dalam mobil Gavin.

"Kemana?" Tanya Gavin.

'GIMANA SIH?? KAN YANG NGAJAK ELO!! KENAPA NANYA GUE ANJIR' batin Tasya menjerit.

"Terserah" lain di hati, lain juga di mulut. Hmm kalimat andalan seorang cewek akhirnya keluar dari bibir Tasya.

"Oke" Gavin menjalankan mobilnya keluar dari Parkiran, lalu menuju tempat yang sebenarnya dia sendiri pun tak tahu harus kemana.

Senyampenya ajalah-_-

Beberapa menit kemudian, akhirnya Gavin menghentikan mobilnya di sebuah restoran Itali yang tidak terlalu jauh dari komplek rumah Tasya. Dari pada bingung kemana, mending ke sini ajalah sekalian makan! Mungkin begitu yang ada di pikiran Gavin.

Mereka turun dari mobil, lalu memasuki restoran tersebut.

"Mau makan apa?" Tanya Gavin seraya melihat-lihat daftar menu. Mencari menu yang pas untuk dia makan saat ini.

"Emm samain aja deh!" Balas Tasya yang sejujurnya baru pertama kali datang ke sini walaupun tempatnya tak jauh dari tempat dia tinggal. Karena memang dia bukan penggemar makanan luar.

Akhirnya Gavin memesan makanan yang Tasya sendiri pun tak tahu bagaimana bentuknya. Yang penting makan!

Kurang lebih lima menit menunggu dengan keheningan, makanan yang dipesan Gavin pun datang.

Tasya menatap makanan di depannya dengan aneh. APAAN NIH?.

"Makan dulu!" Ucap Gavin. Tasya hanya menangguk saja. Dia memakan makanan tadi dengan keheranan, karena memang dia baru pertama kali makan makanan Itali.

Tasya mengangguk pelan, merasa bahwa makanannya enak juga. Ya walaupun lebih enak makanan yang ada di pinggir jalan sih. Astaghfirullah-_-

Tak butuh waktu lama, Tasya sudah selesai dengan makannya begitu pula dengan Gavin. Mereka masih sama-sama diam, tanpa ada yang mau membukanya terlebih dahulu.

"Mau ngomong apa tadi kak?" Tanya Tasya karena sendari tadi Gavin hanya diam seraya menatap ke arahnya. Dia kan jadi malu:) uhuyy:v

"Gue mau jelasin masalah tadi" ujar Gavin. Matanya tak lepas memandangi wajah cantik Tasya. Cieee wkwk.

Tasya menundukkan wajahnya, dia malu banget. Pengen tenggelam saja rasanya. Apalagi setelah tahu ternyata Yeri bilang pada Gavin bahwa Tasya merasa dipermainkan-- AHHH MAMAAA TOLONGIN TASYAAA. TASYA MALUU!!.

"Yang tadi pagi itu bukan siapa-siapa gue. Dia Talitha!. Kalo dibilang temen, nggak juga. Tapi yang jelas gue sama dia nggak ada hubungan apa-apa."

"Mungkin lo cuma liat sekilas, dimana saat dia tiba-tiba meluk gue terus lo pergi gitu aja. Lo nggak tau kalo sebenernya gue udah berusaha lepasin dia. Tapi dia kekeh nggak mau lepas dari gue, dan akhirnya gue lepasin dia secara kasar." Jelas Gavin

"Maaf" pelan Tasya. SEBENARNYA GAVIN TUH MAU JELASIN APA MAU MARAHIN DIA SIH??. Kok kata-kata gimana kayak marah gitu!!

"Terus apa lagi yang mau lo tahu tentang gue?" Tanya Gavin.

Tasya menggeleng, "aku udah tahu semua, tadi Yeri udah jelasin sama aku." Tasya mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap mata Gavin.

"Aku minta maaf soal tadi. Aku tahu kalo aku salah udah ambil kesimpulan tanpa tahu kebenarannya itu seperti apa. Maaf udah salah faham." Ujar Tasya dengan rasa bersalahnya.

Gavin menganggukkan kepalanya, tangannya terangkat mengusap rambut Tasya. Mata mereka saling menatap satu sama lain. Siapa pun yang melihatnya pasti akan tahu bagaimana perasaan masing-masing dari mereka. Sudah sangat terlihat dari tatapan matanya.

Tasya bersyukur sekali ternyata Gavin tidak membahas tentang unek-unek Yeri yang Yeri ucapkan pada Gavin tadi. Setidaknya dia masih bisa bernafas lega. Kalo saja Gavin membahasnya, Tasya pengen bunuh diri saja rasanya. Karena sudah kelewat malu yang amat-amat mengganggu jiwanya.

***
Gavin mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang bisa dikatakan pelan. Ada yang ingin sekali dia katakan pada Tasya, tapi dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya. Sesekali dia melirik Tasya yang berada di sampingnya. Dia akan mengantar Tasya pulang setelah tadi baru saja mampir ke restoran Itali.

"Sya" Tasya menoleh menatap Gavin yang baru saja memanggilnya.

"Kenapa kak?"

Gavin melirik sekilas ke arah Tasya. Apa dia harus mengungkapkannya sekarang?. Tapi gimana caranya?.

Gavin masih diam sampai mereka tiba di depan rumah Tasya.

Tasya menatap heran ke arah Gavin yang seperti ingin menyampaikan sesuatu padanya.

"Kak?" Gavin menatap Tasya lalu beberapa saat kemudian dia menggelengkan kepalanya pelan.

"Nggak jadi" balas Gavin. Sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat.

Bersambung..
***
834kata

Jangan lupa Vote dan Komen ya!

See you

Post: 8 Februari 2021
Revisi: 27 Februari 2021

Anastasya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang