12. Janjian

121 9 0
                                    

happy reading guys🤗
*cerita gaje* Sorry for typo;")

***
"Nggak usah dipikirin masalah tadi"

"Iya.." Tasya menatap kaca mobil di sampingnya. Adanya peristiwa tadi membuat moodnya benar-benar anjlok.

"Tadi diapain aja sama dia?" Tanya Vano. Tadi Gavin memintanya untuk mengantar Tasya pulang. Tidak mungkin kan Tasya ikut pelajaran dengan keadaan yang-- tidak memungkinkan seperti ini.

"Nggak" jujur saja Tasya sangat malas untuk sekedar berbicara.

Vano menghela nafasnya. Pikirannya kembali berputar kejadian tadi. Bukan hal yang baru lagi bagi Lesti untuk membully siapapun yang berani mendekati Gavin. Dia bahkan tidak segan melakukan kekerasan walaupun dia tahu ujung-ujungnya akan di panggil BK.

Kadang Vano heran, kenapa Lesti selalu saja membuat keributan hanya demi Gavin yang jelas-jelas tidak pernah peduli padanya. Tapi tetap saja Lesti terlalu percaya diri bahwa Gavin akan menjadi miliknya.

"Ohh iya bang.. bukannya cewek-ceweknya itu nggak ada yang bar-bar kayak gitu ya.. setau gue cewek-ceweknya pada alim gitu. Pendiem juga. ya-- walaupun ada juga sih yang julid" Tasya mulai menyampaikan unek-uneknya. Saat awal-awal masuk sekolah memang seperti itu yang dia rasakan. Hanya saja sekarang sudah banyak yang ketahuan tukang julid beberapa hari ini.

"Alim, pendiem, itu cuma semata-mata cuma buat cari perhatian Gavin. Biar dinilai kalo mereka itu gini mereka itu gitu. Aneh aja sih, Jelas-jelas Gavin cuek. Tapi tetep aja mereka pura-pura kalem. Padahal udah jelas kalo diluar sekolah, mereka itu bar-barnya udah kayak tante-tante arisan"

"Hahaha iya sih. Gue juga pernah lihat beberapa yang tampilannya kayak tante-tante gitu." ujar Tasya sambil tertawa. Moodnya mungkin sudah kembali hanya karena Vano bercerita seperti itu.

"Makanya jangan mudah percaya sama orang. Keliatan kalem aja belum tentu sikap aslinya gimana."

Terjawablah sudah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di pikiran Tasya saat pertama kali masuk ke sekolah ini. Sebenarnya Tasya sudah menebak, tapi menurutnya itu tidak masuk akal.

Tapi adanya kejadian beberapa hari ini, sudah membuktikan bahwa apa yang dikatakan Vano memang benar. Mulai dari setiap Tasya berangkat ataupun pulang sekolah selalu di sinisin. Terus tadi pagi Tasya disiram jus melon. Menurutnya itu sudah menjadi jawaban yang tepat.

***
Gavin menatap layar ponselnya. Dia menunggu chat yang biasanya masuk pada jam-jam segini. Apakah dia dulu saja yang memulai? Pikirnya.

Masa seorang Gavin Satya Aditama memulai percakapan terlebih dahulu?! Bukan Gavin banget lahh!!

Pandangannya masih menatap layar handphone. Beberapa detik kemudian pesan yang ditunggu-tunggu pun masuk. Walaupun tidak penting tapi entah kenapa setiap hari dia selalu menunggunya.

'tling'
Gavin membukanya.

Tasya

•halo kak😊

Langsung saja Gavin membalasnya.

Hmm✓✓

•kakak lagi apa?

Bls cht lo✓✓

•nggak lagi sibuk kan?

Ngga✓✓

Percakapan berlanjut seperti biasa yaitu hingga larut malam. Padahal sekarang jam menunjukkan pukul 22.00 tapi sepertinya mereka tidak ada yang berniat untuk mengakhirinya terlebih dahulu.

***
Pagi hari yang sangat menyenangkan bagi Tasya. Lantaran hari ini dia bisa bangun lebih siang dari biasanya. Karena hari ini adalah hari minggu, hari kemerdekaan bagi para pelajar.

Masih dibalut selimut tebal, Tasya tidak terusik sedikitpun padahal sang surya sudah menampakkan sinarnya.

Selain karena hari Minggu, alasan dia masih berada di alam mimpi adalah bunyi gedoran pintu yang biasanya selalu ia dengar setiap hari, kini tidak terdengar sama sekali. Plus ditambah lagi alarm yang biasanya selalu stay berbunyi, tadi malam sengaja ia matikan.

'tok tok tok'

"Sya.." suara mamanya mulai terdengar diperdengaran Tasya. Tapi tidak membuat dia berniat membuka matanya.

'ceklek' mama Tasya masuk dan langsung disuguhi pemandangan yang sudah biasa dilihat dulu sebelum Tasya masuk SMA.

"Ck! Kumat lagi nih!!" Tangannya bergerak mengguncang-guncang lengan anaknya itu.

"Sya bangun.. anak gadis kok jam segini belum bangun" Tasya menerjapkan matanya, dia mulai terusik.

"Tasya.." dengan sabar mamanya masih berusaha membangun sang putri.

"Hmmm" gumaman sekaligus rengekan keluar dari mulut Tasya. Kesadarannya belum terkumpul, mungkin baru 5%.

"Bangun ah!" Selimut yang membalut tubuh Tasya ditarik oleh mamanya yang membuat Tasya refleks membuka matanya.

"Apaan sih maa. Ini masih pagi banget" keluh Tasya seraya menguap.

"Masih pagi masih pagi. liat jam! Udah jam 10!" Seru mama Tasya seraya berjalan ke arah gorden dan membukanya.

"Emm... Aku masih ngantuk. Lagian ngapain sih? ini kan hari minggu. Percuma nggak kemana-mana juga" ujar Tasya.

"Ya setidaknya mandi gitu. Anak gadis kok jam segini belum bangun."

"Hmm iya"

"Mama tunggu dibawah! Kalo nggak turun awas ya!"

***
"Mau ngapain lo?" Vano bertanya pada Gavin yang baru saja datang ke rumahnya.

"Tasya mana?" Datar Gavin.

"Wuisshh nanyain Tasya nih" seru Vano.

"Ck! Mana?"

"Ya lo mau ngapain nanyain dia?" Tanya Vano, beberapa saat kemudian dia tersadar bahwa mereka masih berada di depan pintu.

".. ehh masuk dulu! lupa hehe" lanjut Vano dengan menunjukkan deretan giginya.

"Hmm" Gavin mengikuti langkah Vano yang berjalan menuju ruang tamu.

"Duduk.."
"... Jadi gimana-gimana?"

Gavin menaikkan sebelah alisnya.

"Ck! Dalam rangka apa lo nanyain Tasya? Sampe bela-belain ke sini. Biasanya kalo gue ajak lo kesini selalu aja nolak. Alasannya males."

"Ada janji"

"Wuihh gercep juga lo!" Celetuk Vano.

"Janjian kemana?" Tanya Vano lagi.

"Kepo" singkat padat dan tidak jelas dari Gavin.

"Ck!" Vano bangkit dari duduknya dan berjalan menaiki tangga tanpa berucap pada Gavin. Gavin sendiri hanya diam dan menatap punggung Vano yang kian menjauh. Dia tau pasti Vano hendak memanggilkan Tasya.

***
"Sya.." Vano memasuki kamar Tasya. Kosong. Sekali lagi dia memanggil dengan lebih keras.

"Syaa.."

"Apa?" Suara dari kamar mandi.

"Ada yang nyariin"

"Siapa?" Tasya keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit rambutnya.

"Liat aja sendiri" cuek Vano lalu melangkah keluar kamar.

Tasya masih diam di tempat. Dia sedang menebak siapa yang datang. Hingga tiba-tiba telapak tangannya bergerak menampar wajahnya sendiri.

"Astaghfirullah kok bisa lupa sih??" Gumamnya. Dengan cepat dia mengganti pakaian santainya dan bersiap-siap.

Dia akan pergi bersama Gavin. Dia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa lupa?? pasti Gavin sudah menunggu dia lama!! Kalo saja tadi dia bangun pagi, pasti dari tadi dia sudah selesai bersiap-siap.

Bersambung..
***
967kata

Vote!!!

Post: 28 Oktober 2020

Anastasya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang