6. Misi

159 11 0
                                    

happy reading guys🤗
*cerita gaje* Sorry for typo;")

***
"Gavin sayang.." ucap seorang gadis seraya bergelayut manja di lengan Gavin.

'degh'

Jantung Tasya seakan berhenti saat itu juga. Tangannya memegang erat kotak makan bersamaan dengan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya.

Dia berusaha berfikir positif walaupun pikirannya sudah kemana-kemana.

"Kamu ngapain sih sama dia?! Dia siapa?" Ujar cewek tadi yang bernama Lesti, seraya memandang Tasya dengan tatapan sinis.

Tasya masih diam di tempat. Dia menundukkan kepalanya menatap kotak makan di tangannya. Pupus sudah harapannya. Dia pikir Gavin belum memiliki pacar. Tapi ternyata--.

"Sayang.." ucap Lesti lagi dengan manja. Dia tidak akan membiarkan siapapun mendekati Gavin yang sudah di cap sebagai miliknya.

Sedangkan Gavin dia masih dengan wajah datarnya, tanpa mau membalas ucapan Lesti yang menurutnya sangat menjijikkan.

Melihat Gavin yang hanya diam saja tanpa menolak perlakuan gadis itu. Membuat Tasya berfikir bahwa gadis itu memang kekasih Gavin.

Dengan berat hati Tasya membalikkan tubuhnya hendak pergi dari tempat ini. Tapi suara Gavin menghentikannya.

"Tunggu!!"

Dengan kasar Gavin menghempas tangan Lesti, cewek yang tiba-tiba saja datang mengganggunya.

Gavin berdiri di depan Tasya yang sedang menundukkan kepala. Tangannya bergerak mengambil bekal tadi.

"Gue ambil. Makasih" Tasya hanya diam membiarkan Gavin mengambil kotak makan yang memang untuknya.

"Ihh kamu ngapain sih ambil ini" hampir saja Lesti mengambil bekal itu, sebelum Gavin menjauhkannya dari Lesti.

"Apaan sih lo!" Ucap Gavin dengan suara sedikit meninggi dan mata yang menajam.

Tasya mendongak melihat Gavin yang sepertinya sedang menahan amarah. Bisa dilihat dari mata Gavin yang sedikit memerah. Tasya menjadi tidak yakin kalo cewek itu pacar Gavin. Tapi-- siapa tahu mereka memang pacaran, hanya saja tengah bertengkar?. Duhh nyesek juga melihat kenyataan ini.

Gavin beralih menatap Tasya kemudian menarik tangannya pergi dari sana meninggalkan Lesti yang tengah menatapnya dengan kesal.

Gavin membawa Tasya ke belakang sekolah dan duduk di kursi yang tersedia. Dia mulai membuka bekal itu lalu menyantapnya.

Tasya hanya diam memainkan jari-jemarinya. Dia tidak menyangka bahwa Gavin lebih memilih dirinya dari pada cewek menor yang menurutnya kurang belaian itu.

Dia ingin bertanya siapa cewek itu sebenarnya, tapi dia ragu untuk sekedar membuka suara. Dia takut bahwa yang ada di pikirannya memang benar. Jadilah dia hanya diam menunggu Gavin yang memulainya terlebih dahulu, walaupun dia sudah tau bahwa tidak mungkin Gavin berbicara tanpa ditanya.

Di tengah keheningan yang melanda, ponsel Gavin berbunyi. Tangan yang semula memegang sendok, kini beralih mengambil handphone di sakunya. Kemudian mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertera di layar.

'lo dimana?' tanya orang di seberang sana.

Gavin menghela nafasnya setelah mendengar siapa yang menelepon. Menganggu saja!!

"Makan" balas Gavin singkat.

'ya dimana? Dikantin nggak ada bego!'

"Kepo lo" setelah mengatakan itu Gavin langsung mematikan sambungan sepihak. Dia meletakkan ponselnya kembali. Lalu melanjutkan memakan makanan tadi yang sempat tertunda.

"Emm.. kak?" Suara Tasya yang terkesan ragu mengalihkan perhatian Gavin. Gavin menoleh dengan alis yang terangkat sebelah.

"Kakak nggak sibuk?" Tanya Tasya berusaha mencairkan suasana.

"Nggak"

"Ohh--" Tasya berfikir keras mencari topik obrolan. Sepertinya bersama Gavin itu, perlu mencari obrolan jauh-jauh hari. Agar tidak secanggung ini. Ataukah mungkin ini karena pertama kali duduk berdua?.

"Ini lo buat sendiri?" Entah apa yang merasuki Gavin tiba-tiba dia bertanya pada Tasya.

Mendengar itu Tasya menatap dengan tak percaya.

'hah mimpi ya gue?'

'hah ketos nanya sama gue?'

'hah mimpi ya gue?!'

'ini bener nggak sih?' batin Tasya meronta-ronta

'ehmm'
Deheman Gavin membuyarkan lamunan Tasya. Dengan cepat Tasya mengganti mimik wajahnya menjadi biasa-biasa saja.

"Emm.. enggak sih hehe.." cengir Tasya.
".. sebenarnya mama aku yang buat, terus aku kepikiran aja buat bawain kak Gavin bekal" lanjutnya.

Gavin menganggukkan kepalanya, tidak keberatan sama sekali. Dia malahan senang ada yang membawakannya bekal. Jadi, tidak perlu berdesak-desakan di kantin hanya untuk membeli makanan.

"Emm.. kakak punya pacar?" Tasya tidak tahu mendapat keberanian dari mana dia menanyakan hal itu. Mulutnya refleks menanyakan hal itu.

Melihat Gavin yang hanya diam saja membuat Tasya meringis seraya menggigit bibir bawahnya. Dia jadi menyesal telah menanyakan hal yang menurutnya itu privasi.

'haduh.. kak Gavin ilfeel nggak ya gue nanya gitu?' batin Tasya cemas.

"Nggak" singkat Gavin

'YESS!!'

"Ohh.. terus yang tadi siapa?" Ceplosnya tanpa sengaja.

"Bukan pacar gue"

"Tapi kok dia bilangnya seolah-olah kakak pacarnya?" Tanya Tasya lagi.

"Halu"

Ucapan Gavin sukses membuat Tasya menahan tawanya. Cewek menor yang tadi bersikap sinis pada Tasya hanya mengaku-ngaku sebagai pacar Gavin?! HELLOO?!! Rasanya Tasya ingin sekali menertawakan cewek gila tadi.

Akhirnya pertanyaan yang tadi memenuhi pikirannya terjawab sudah. Dia jadi lebih leluasa mendekati seorang Gavin Aditama.

'yuhuu' batin Tasya.

***
Sepulang dari sekolah, Tasya hanya berguling-guling di ranjang seraya senyum-senyum sendiri layaknya orang gila.

Memang setelah pertemuannya dengan Gavin tadi. Membuat Tasya kehilangan akal sehatnya. Bahkan saat ditanya Yeri, dia hanya diam bertopang dagu dengan pandangan kosong, tak lupa dengan senyuman konyolnya.

Pernyataan Gavin masih jomblo seakan menerbangkan Tasya ke langit tertinggi. Hatinya begitu berdebar-debar mengingatnya.

Tasya teringat bahwa dia harus mencari ide untuk mendekati Gavin. Dia mendekati meja belajar dan mulai membuka laptop untuk mengetikkan cara-cara yang harus dia praktikan.

Misi mendekati ketos dingin:
1. Dekati perlahan lahan, buat dia terbiasa dengan kehadiran gue
2. Buat dia senyaman mungkin sama gue
3. .....
4. .....
5. Berantas calon-calon pelakor
(Dll)

Dan seterusnya.. begitulah yang diketik Tasya. Dia akan melaksanakan misinya mulai hari esok. Dia tidak akan menyerah sampai Gavin membalas perasaannya.

Bersambung..
***
883kata

Vote!!!


Post: 3 Oktober 2020

Anastasya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang