happy reading guys🤗
*cerita gaje* Sorry for typo;")***
"Mau mampir dulu?" Tanya Tasya pada Gavin. Mereka baru saja sampai di depan rumah Tasya.Gavin menggelengkan kepalanya pelan, "lain kali aja" ujarnya.
"Ohh yaudah.. makasih ya" Tasya tersenyum menatap Gavin yang juga tengah menatapnya, walaupun dengan tatapan datar. Sudah biasa kan??
"Hmm"
"Bye"
"Ee-- bentar" Tasya yang hendak turun dari mobil tertahan karena Gavin menahan tangannya.
Tasya mengangkat sebelah alisnya heran. Sebenarnya kedua sudut bibirnya sudah ingin tertarik, tapi dia tahan.
"Apa kak?" Ucap Tasya lantaran Gavin belum juga membuka suara.
"Emm.." mata Gavin bergerak tak tentu arah. Ingin sekali dia mengucapkan sesuatu pada Tasya. Tapi bibirnya kelu seketika.
"Hm?? Apa?" Tanya Tasya lagi.
"Ituu--" aduhh bisa-bisanya Gavin grogi seperti ini. Ini bukan dia banget.
Lain halnya dengan Tasya. Dia menunggu Gavin dengan perasaan campur aduk, antara senang dan deg-degan. Aneh! Sepertinya dia sudah berharap lebih padahal belum tahu Gavin akan mengatakan apa.
"Emm.."
'tembak gue kak.. tembak gue.. please' batin Tasya.
"Itu.. gue--"
'ayoo cepet tembak gue'
"Apa?!" Tasya sudah tidak sabaran mendengar apa yang akan Gavin katakan. Tinggal tembak aja apa susahnya sih!, pikir Tasya.
"Gue--" Tasya menatap Gavin dengan binar.
'ayoo.. ayoo tembak gue kak' batin Tasya kembali meronta-ronta.
"..nggak bisa jemput besok" lanjut Gavin. Bahu Tasya merosot seketika.
Singkat tapi terasa nyelekit dihati! Aduhh salah sendiri sih kenapa dia ngarep banget! Jatohh kan!! Makanya lain kali jangan terbang dulu!!.
"Ohh.. iyah" Tasya menampilkan senyum kakunya. Tasya tidak kecewa kok! Emang dianya saja yang berlebihan. Kalo saja Gavin tahu dia berharap lebih, mau taro di mana muka dia?.
".. yaudah aku masuk ya.. see you" lanjut Tasya. Dia keluar dari mobil Gavin lalu masuk kerumahnya. Meninggalkan Gavin yang masih menatap punggung Tasya yang kian menjauh.
'bego!' batin Gavin seraya memukul stir mobil.
***
Tasya masuk ke kamarnya dan membuang tasnya asal. Dia melempar tubuhnya ke ranjang lalu menutup wajahnya dengan bantal. Dia benar-benar malu!."Aduhh apa-apaan sih gue" teriak Tasya tertahan lantaran tertutup oleh bantal.
"Ngapain coba PD banget Kak Gavin bakal nembak.." dia sungguh menyesal sudah berharap lebih pada Gavin. Harusnya dia tahu Gavin tidak mungkin suka padanya.
"Ahhh.." dia memukul-mukul kasur, dan juga bantal yang ada di wajahnya. Dia kesal, malu, serta nyesek bersamaan. Kalo tau Gavin cuma mau ngomong gitu, pasti dia nggak akan ngarep kayak gini kan.
Udahhlahh!! udah terlanjur juga!
***
Seperti yang sudah kalian ketahui. Gavin tidak menjemput Tasya. Sebenarnya ini sudah kesekian kalinya mereka tidak berangkat ataupun pulang bersama. Alasannya ya karena kesibukan Gavin sebagai ketua osis ini. Maklumlah.. Tasya saja memaklumi kok!."Tasya berangkat sama lo?" Gavin bertanya pada Vano lantaran Vano datang lebih telat dari jam yang sudah ditentukan untuk anak-anak OSIS.
"Iya.. sorry rada telat" balas Vano. Dia merasa tidak enak karena terlambat. Osis seharusnya berangkat lebih pagi dari murid-murid lain.
Gavin menganggukkan singkat. Dia tidak mempermasalahkan hal itu.
***
Pemilihan ketua osis sudah terlaksana. Siswa-siswi pun sudah banyak yang meninggalkan sekolahan, karena memang waktu menunjukkan pukul 03.19 sebenarnya bell pulang sudah berbunyi daritadi. Tapi karena acaranya belum selesai murid-murid di sini belum dibubarkan."Sya!" Tasya yang tengah berjalan menuju gerbang sekolah pun menoleh ke belakang di mana sumber suara itu datang.
"Iya?!" Terpampang dengan jelas bahwa di depan Tasya saat ini adalah Bagas dan Kevin, sahabat dari abangnya dan juga gebetannya ups!!.
"Lo pulang sama gue" ucap mereka bersamaan membuat mereka menatap satu sama lain.
Tasya menyeritkan dahinya. Bisa-bisanya mereka kompak seperti ini.
"Ehh sama gue" ucap Bagas menatap Kevin sengit.
"Yee orang disuruh pulang sama gue" balas Kevin tak kalah sengitnya
"Disuruh siapa? Orang Vano nyuruh gue!" Bagas kembali bersuara bedanya tangan kanannya menonyor kepala Kevin. Kevin tidak tinggal diam, dia membalas tonyoran dari sahabatnya itu.
"Gue disuruh Gavin. Ngapa lo!" Bagas menyeritkan dahinya. Kevin yang melihat itu lantas menjitak kepala Bagas dengan tidak berperikemanusiaan.
"Ck! emang Gavin siapanya Tasya?" Tanya Bagas seraya mengusap dahinya pelan.
"Mana gue tahu!" Jawab Kevin.
Pertarungan mereka tetap berlanjut disaksikan oleh Tasya yang menatap mereka bingung.
"Ck! Ngapain sih?" Tasya berusaha menengahi perdebatan mereka.
"Lo pulang sama gue" ucap mereka bersamaan lagi.
"Ck! Lo ngapain ngikutin gue sih!" Kevin menatap Bagas sinis.
"Dihh siapa juga yang ngikutin lo!" Bagas ikut menatap Kevin tak kalah sinis.
Tasya menghela nafasnya lebih baik dia pulang sendiri seperti niat awalnya daripada meladeni perdebatan mereka yang sepertinya tidak ada ujungnya.
Dia membalikkan badannya meninggalkan Bagas dan Kevin yang masih berdebat tak jelas. Tidak lihatkah mereka bahwa mereka tengah diperhatikan banyak mata? Tidak sadarkah mereka jika perdebatan mereka membuat kaum hawa mendekat ke arah mereka? Memang sepertinya mereka suka sekali mencari perhatian. Dasar caper!.
Setelah sampai di depan gerbang Tasya menunggu ojol yang tadi sudah dipesannya. Lagi lagi dia pulang dengan ojol yang setia mengantar dan menjemput Tasya akhir-akhir ini! Kalo saja semuanya tidak sibuk, pasti uang jajannya tidak berkurang karena harus membayar ojol.
Bersambung..
***
808kataVote!!!
Post: 12 November 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Anastasya (Completed)
Teen FictionStart: 18 September 2020 Finish: 9 Februari 2021 *** Follow dulu baru baca!🙂 Cerita pertama mohon maklumi jika ada yang mengganjal di cerita ini. *** Jatuh cinta sama ketua osis?? Mungkin nggak sih?? Menurut Tasya ini bisa kok terjadi. Buktinya di...