Extra Part

494 30 5
                                    


Masya Allah... Alhamdulillah...

Itu kalimat yang selalu aku ucapkan kala mengingat betapa indahnya kehidupan setelah menikah. Yang tadinya tilawah sendiri sekarang berdua bersama suami, yang tadinya sholat sendiri sekarang sudah ada imamnya, yang tadinya kemana-mana sendiri sekarang ada yang nemenin. Yang tadinya bangun tidur lihatnya guling sekarang lihatnya wajah suami.

Sungguh, indah bukan?

Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan.

Aku selalu bersyukur setiap harinya kepada Allah SWT yang telah mempersatukan aku dengan seseorang yang ku kagumi dan ku tunggu kehadirannya.

Aku mengerjapkan mata serta menyesuaikan sinar lampu di kamarku. Tubuhku terasa berat dibagian pinggangku. Aku melirik ke pinggangku ternyata ada tangan kekar disana milik seseorang yang tak lain suamiku sedang memeluk tubuhku.

Pandangan mata ini berpindah kepada sosok lelaki yang sedang tertidur dengan tenang. Sudut bibirku terangkat menjadi sebuah senyuman. Ku belai surai hitam legam milik lelaki yang ada disampingku. Lelaki yang sudah bersama ku selalu enam bulan ini.

Dia suamiku, Mas Bilal.

Masih ingatkah kalian dengan Mas Bilal?

Seseorang yang menarik perhatianku saat pertama kali kami bertemu. Dia juga yang menarik hatiku. Dari aku yang hanya diam-diam mengaguminya sampai rasa itu berganti menjadi perasaan cinta.

Orang yang selalu ku sebut namanya dalam doa disepertiga malam. Memohon kepada Sang Pemilik Hati untuk disandingkan dengan dirinya.

Qadarullah. Allah menjabah doa ku. Dan disinilah takdir ku bersama dengan orang yang ku tunggu hampir 4 tahun lamanya.

Aku menatap matanya yang terpejam.
Masya Allah indah sekali ciptaan Mu, batin ku.

"Serius banget lihatinnya" suara serak khas bangun itu buat diriku tersentak.

Aku langsung gelagapan karena tertangkap basah melihat wajah suami ku. Langsung ku palingkan wajahku darinya. Wajah ini sudah panas pasti sudah ada bercak merah dikedua pipiku.

Ya Robb, aku malu banget.

Tangan kekar yang tadi memeluk pinggangku kini berpindah menarik sedikit daguku yang ku palingkan dan sekarang wajahku saat ini menatap wajahnya yang sudah membuka kedua kelopak matanya.

"Hei, kamu kenapa?" tanyanya sembari mengelus pipi kiri ku.

"Mas kok udah bangun" aku mengalihkan pembicaraan dan tidak jawab pertanyaannya.

"Sayang, kamu kenapa wajah kamu sampai merah kaya gitu?" Nada suaranya seperti menggoda.

Aku langsung menenggelamkan wajah didada bidangnya, merasa malu.

"Iihh... Mas..." rengek ku.

Mas Bilal terkekeh "Rona diwajahmu jadi pemandangan indah dipagi hariku" bisiknya tepat ditelingaku. Pagi ini dia berhasil membuat jantungku maraton ditempatnya. Wajahku yang sudah memerah ditambah merah.

Seperti inilah setiap hari, Mas Bilal selalu mengucapkan kata-kata sederhana namun buat jantung ku berdegup dengan kencang. Hal itu jugalah yang buat aku makin cinta dengannya.

"Mas, ayo bangun kita siap-siap sholat subuh" ucap ku seraya bangun dari tempat tidur namun dengan pergerakan cepat Mas Bilal menarik tubuh hingga posisiku ada diatasnya. Dia memeluk tubuhku dengan erat.

"Mas-" belum aku selesai ngomong sudah dipotong olehnya.

"Aku mau peluk kamu sebentar sayang" ucap Mas Bilal dengan suara lembut.

[1] Menunggumu Adalah Takdirku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang