Part 30

264 17 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
Happy reading ❣️

========== o0o ==========

Dua bulan kemudian.

Waktu begitu cepat sekali. Semenjak kejadian di mall bertemu dengan Mba Reski, aku tidak mau mengingat kejadian itu dan tentu saja aku harus melupakan omongan yang waktu itu Mba Reski bilang ke aku. Itu saran dari Latifah, aku tidak boleh mengingat omongan itu yang akan membuat aku kepikiran dan jatuh sakit. Latifah juga memberikan aku semangat untuk bisa meyakini perasaan yang aku miliki ke Mas Bilal.

Entah kenapa dia mendukung aku untuk tetap berharap dengan Mas Bilal dan mempertahankan cinta ku ke Mas Bilal. Dan dia juga yakin kalau nanti aku lah yang bersama Mas Bilal. Sok tau banget emang si Latifah itu, dia bisa banget ngurusin percintaan orang lain tapi dia sendiri belum bisa urusan cinta yang tidak jauh rumitnya dengan aku.

Ohh ya sedikit cerita waktu kejadian di mall Latifah itu hampir lepas kendali ingin menampar Mba Reski. Langsung saja aku cegah Latifah seketika kami jadi pusat perhatian disana. Sumpah malu banget aku jadi pusat perhatian banyak orang apa lagi itu di mall yang jumlah orangnya lebih dari puluhan orang.

Hal yang membuat Latifah ingin menampar Mba Reski karena ucapan wanita itu sudah mengejek ku. Dia bilang bahwa aku pengganggu hubungan dia dengan Mas Bilal. Padahalkan aku sudah tidak dekat lagi sama Mas Bilal dan terlebih kami juga tidak pernah ketemu lagi. Bagaimana bisa wanita itu menyebut ku sebagai pengganggu hubungan beliau.

"Sella kenapa bengong?" suara Kak Lidia menyadarkan aku dari lamunan kosong. Aku sedikit tersentak.

"Ehh-iya kak" jawab ku.

"Kenapa bengong nanti kesambet loh?" tanya Kak Lidia lagi.

"Ish. Jangan sampe kak"

"Iya lagi siapa suruh dari tadi bengong aja"

Aku tidak menghiraukan ucapan dari Kak Lidia kemudian aku langsung membantu Kak Lidia yang sedang merapihkan tanaman.

Dua puluh menit membantu Kak Lidia merapihkan tanaman aku langsung duduk di sofa ruang keluarga yang diikuti oleh Kak Lidia. Aku ambil bantal lalu ku peluk bantal itu sambil menonton tv.

"Muka kamu kok merah banget Sel?" tanya Kak Lidia yang sedang memperhatikan wajah ku dari samping.

Aku pun menoleh kearahnya "masa si kak?" ku tanya balik.

"Iya serius dah" jawab Kak Lidia serius. Reflek Kak Lidia langsung memegang dahi ku sepertinya dia sedang mengecek suhu ku.

"Panas, badan kamu"  aku hanya mengangguk saja. Tiba-tiba saja hidung ku gatal langsung aku gosok hidung ku.

"Ha..hasyim"

"Ha..hasyim"

"Ha..hasyim"

"Sepertinya kamu sedang flu ya?"

"Sepertinya kak, mungkin karena kemarin kehujanan" jawab ku sekenanya dan kembali fokus ke layar televisi.

"Kakak antar ke dokter yuk" ajak Kak Lidia.

"Gak perlu kak, nanti aku minum obat flu saja yang ada di kotak obat"

"Kamu istirahat sana di kamar"

"Iya kak" aku langsung berdiri dan berjalan ke kamar ku.

Kemarin aku habis dari tukang fotokopi untuk fotokopi tugas akhir aku. Biar hari senin aku tinggal ambil semua fotokopian dan langsung diserahkan ke kampus. Karena salah satu syarat  skripsi itu harus kumpulkan 3 rangkap fotokopi skripsi untuk itu aku fotokopinya malam kemarin agar tidak lama menunggu.

[1] Menunggumu Adalah Takdirku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang