39. Sikap Mahesa

4.1K 174 13
                                    

Sesuai janji Gees...  Gue cepetin up nya....  Karena menghargai komen di chapter sebelumnya....

Tolong vote n komen nya ya...!

Happy Reading!!!

-----------------------------------------------------------



"Gimana?"

"Gue rasa coba aja dulu deh!
Kak Esa belum keluar dari kamar Hana dari siang tadi."

"Yakin?"

"Eh kampret, kalau gue yakin, gue udah telpon loe dari tadi.
Tapi paling nggak, Romo ada kok, jadi ya... Gue rasa Kak Esa nggak akan macem- macem."

"Asli gue nggak yakin Ya."

"Bacot loe ah... Lagian mau loe larang ampe kapan itu si Singa? Nggak bakal mau lah dia nunggu ampe besok Kampret."

"Iyee juga si. Ya udahlah modal nekat aja.
Okee kita jalan dulu."

"Hmmm..."

Klik..

Levan mematikan sambungan telponnya dengan Aya.

Sekarang sudah menjelang malam, dan sedari tadi Kay menatapnya tajam agar mengijinkan ia pergi ke rumah mertuanya untuk bertemu Hana.

"Iyee iyee ah. Nggak usah pasang muka kek gitu. Muka udah kek mayat. Tambah natap gue begitu....
Ngeri Njir... "

Levan tak berlebihan saat mengatakan wajah Kay seperti mayat saking pucatnya. Apalagi Kay tak mau makan ataupun minum sedikitpun sampai saat ini.

"Loe yakin nggak mau makan dulu?" tanya Marlon yang juga tak menghitung sudah berapa kali ia menanyakan pertanyaan yang sama.

Kay tak merespon pertanyaan Marlon. Mana mungkin ia bisa makan sekarang. Hana nya pasti sudah berpikiran aneh- aneh karena tak melihat dirinya berusaha minta maaf.

Kay berdiri, berjalan menuju pintu utama.

"Kampret kan tu anak... Hih..." gerutu Levan yang akhirnya mengikuti Kay.

Begitu pula dengan Marlon.

Sedang di lain tempat, Hana baru saja bangun dari tidurnya. Masih dengan pelukan erat Esa pada tubuhnya.

Esa sebenarnya sudah bangun sedari setengah jam yang lalu. Tapi melihat wajah damai adik cantiknya yang terlihat kelelahan, ia tak tega untuk sekedar beringsut membenarkan posisi tidurnya.

Pergerakan kecil Hana menyadarkan Esa bahwa gadis kecilnya itu mulai bangun.

"Udah bangun?" tanya Esa dengan mengelus surai Hana.

Hana mengangguk pelan.

"Makan ya?"

Hana menggeleng pelan. Ia sungguh tak bernafsu makan saat ini.

"Dek, kalau nanti kamu sakit gimana?
Kakak tahu kamu kecewa sama bangsat satu itu, tapi paling nggak, jangan nyiksa diri kamu sendiri."

Cairan bening kembali menggenang di pelupuk mata Hana. Rentetan kisah semalam masih jelas berputar dalam otaknya.

"Dek?
Kakak tahu kamu cinta sama si bangsat.
Kakak juga tahu se cinta apa si bangsat itu sama kamu.
Sebenernya Kakak nggak suka liat kamu disakitin gini ama si bangsat.
Tapi dengan rasa cinta dia, Kakak rasa kamu ha-"

"Kaaak?" potong Hana lirih.

Esa menghela nafas pelan.
"Iyaa nggak bahas si bangsat itu lagi. Tapi gantinya kamu harus makan ya? Kasian Mbok Inem yang udah nyiapin makanan kalau nggak kamu makan.
Kamu mau bikin orang sedih? Buang makanan sia- sia?"

My Possessive Kay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang