34

5K 208 15
                                    

Gue balik lagi gaes....

Nggak tega juga up terlalu lama...

Buat yang kemarin komen...
Makasih.... Untuk semangatnya yang bener- bener mompa semangat buat gue nulis...

Ok...
Jangan lupa vote n komen...!

Maacih 😘

----------------------------------------------------------

Pemuda tampan itu masih setia berada di depan mobilnya, menyandarkan setengah beban tubuhnya di kap mobil Ferari nya. Ia masih berharap gadis yang ditunggunya akan bersekolah pagi ini.

Sebenarnya tadi ia mencoba masuk ke rumah itu secara baik- baik, tapi entah apa alasannya, satpam rumah itu tak memberinya ijin, ia bahkan sudah menunggu satu jam lamanya.

Tak berapa lama sebuah mobil CRV keluar, pemuda itu reflek berdiri dan menatap orang yang duduk dibelakang. Iya, gadis itu yang ia tunggu. Tapi tak ada niatan mobil itu untuk berhenti.

Marlon bergegas masuk ke dalam mobilnya, mengendarainya untuk mengikuti mobil CRV tadi. Ia yakin mobil itu mengarah pada sekolahnya.

Sekitar sepuluh menit berjalan, apa yang diyakini Marlon benar adanya. Mobil itu menurunkan penumpangnya didepan sekolah.
Gadis yang semalaman penuh berada di otaknya turun.

Livi. Gadis itu menampilkan wajah seperti biasa tak menampakkan wajah yang kemarin Marlon lihat.

Sejenak Marlon memarkirkan mobilnya di pelataran sekolah. Ia langsung beranjak mengejar Livi yang sudah sampai di koridor menuju kelasnya. Setengah berlari Marlon mengejar Livi yang memang berjalan agak cepat. Ia tahu Livi sedang berusaha menghindari nya.

Di koridor sudah banyak siswa yang berlalu lalang. Ada juga yang sedang berdiri didepan kelas dengan memainkan ponsel atau membaca buku sekedar membunuh waktu hingga bel berbunyi nanti.

Akhirnya Marlon menyamai langkah Livi. Ia berjalan sejajar di samping Livi. Ia sejenak mengamati wajah gadis itu sebelum mengeluarkan kata -kata.
"Liv, gue minta maaf."

Livi tak merespon.

"Gue tahu gue salah."

Masih tak ada respon.

"Loe boleh marah kok sama gue."

Livi bahkan seperti tak mendengar perkataan Marlon.

Tahu Livi tak merespon nya, Marlon meraih lengan Livi hingga mereka berhenti.
"Pukul gue kalau loe masih marah!
Jangan anggap gue kayak nggak ada gini!"

Livi menatap Marlon tajam.
"Itu kan yang juga loe lakuin ke gue? Menganggap gue nggak ada.
Kita impas.
Lepas!"

Livi menghempas tangan Marlon kasar hingga cengkeraman tangan Marlon terlepas. Ia kemudian beranjak menuju kelas meninggalkan Marlon yang masih berteman dengan keterdiamannya.

Marlon tentu tersentak oleh perkataan Livi. Sejujurnya apa yang dikatakan Livi tak semuanya salah. Benar ia mencoba menganggap Livi tak ada. Tapi yang Livi tak tahu adalah keberadaan Livi tak mampu Marlon abaikan.

Marlon menuju kelasnya. Sesampainya dikelas, ia menatap Livi yang sudah duduk dibangkunya sedang bercengkerama dengan Bian. Itu cukup membuat nya merasa tak memperlakukan Livi dengan baik selama ini. Jarang menanggapi bahkan jarang berbicara pada gadis yang dengan tulus menyukainya.

Beberapa saat kemudian Hana datang dengan jari yang bertautan dengan Kay, menebar senyum sejuta pesonanya seperti biasa. Dibelakang ada Aya dan Levan yang sedang toyor- menoyor kepala satu sama lain.

My Possessive Kay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang