63. Janji

4.2K 219 81
                                    

Heeei.... I am here, guys...!😁

Gue udah lumayan fit, so vote & komen kalian akan kembali menjadi pertimbangan untuk jadwal up selanjutnya...

BTW, makasih atas doa kalian ya...🥰

Happy Reading!!!

---------------------------------------------------------

"Kita ganggu kalian ya?" melirik pada Kay yang kemeja nya tak dikancingkan semestinya.

"Jelas!"

"Sayaaang?" menggeleng pada Kay.
"Nggak kok Cas. Tadi acaranya nggak terlalu penting jadi kita tinggal aja."

Casandra mengangguk paham. Ia tahu dari media online bahwa Kay dan kekasihnya, Hana, menghadiri pertunangan puteri tunggal Husodo. Maka dari itu ia bisa sampai di hotel ini. Ia juga paham, sebegitu rendahnya nama Husodo bagi kerajaan bisnis Wijaya. Maka hanya mengangguk lah yang ia anggap respon paling tepat.

"Darimana loe tahu kita dikamar ini?"

"Ha? Asisten loe."

"Asisten?" agak tidak percaya. Mana berani Yui atau Leo menjawab pertanyaan hal privasi tentang mereka.

"Itu yang cewek," tahu jawabannya masih menjadi pertanyaan.

"Kak Yui?"

"Bukan. Satunya."

Aaa... Ia paham. Nadya.

"Ketemu dimana?"

"Di lobby tadi ama cowok gitu."

"Ooh... Mungkin bodyguard gue."

"Bukan kayaknya. Baju nya beda dari para bodyguard loe."

"Oh ya? Mungkin temennya," mengambil kesimpulan agar cepat saja. Ia akan tanyai Nadya nanti.

Privasi nya sangat penting. Nadya tak berhak memberitahu keberadaan nya dan Kay. Apalagi sampai nomer kamar.

Sedetik kemudian pintu diketuk. Room service datang membawakan pesanan. Makanan dan obat.

Casandra memakan makanannya dengan tenang. Sesekali ia melirik pada ranjang dimana dengan telaten, Hana mengusapkan salep pada luka Levan. Ia cemburu? Pasti. Tapi ia juga tahu, Hana menganggap Levan tak lebih dari saudara nya.

"Breathee?" merengkuh pinggang Hana dari belakang. Menumpukan dagu pada bahu sang istri.

"Iya?"

"Kapan kita lanjutin?"

"Sebentar ya sayaang, aku selesein ini dulu. Nanti bengkak. Kasian Levan."

"Kamu nggak kasian sama aku?"

"Iyaa. Sebentar ya? Tangannya cuma dua," masih mencoba menyelesaikan aktivitas nya ditengah gempuran kecupan Kay pada lehernya. Ia sudah tak peduli apabila Casandra memandang aneh pada mereka. Sudah kepalang tanggung juga.

"Breathee!"

"Yak selesai!" meletakkan salep pada nakas. Beralih menatap Kay. Memegang kedua pipi sang suami.
"Siapin kamarnya! Jangan manja! Ada Casie."

"Dia yang ganggu!"

"Iya tahu. Tapi dia juga butuh. Ngerti?" mengecup kedua pipi Kay.

"Ini?" menunjuk bibirnya sendiri.

"Nanti sayang! Sana!"

.
.
.
.

"Maaf, Tuan!"

My Possessive Kay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang