Pagi ini Hana sudah berada di sekolah, semalam ia sudah mengirim pesan pada Bian untuk bertemu di taman belakang sekolah.
"Han..." tepukan ringan dibahu nya menyadarkannya dari lamunan. Bian kemudian duduk disamping Hana. "Ada apa Han? Tumben sendirian."
Hana tersenyum ramah. "Anak- anak, gue tinggalin. Bi, gue mau minta tolong sama loe. Boleh?."
"Apa Han? Kalau mampu pasti gue bantuin kok."
"Pasti loe mampu.
Ehm.....
Gue minta loe deketin Kay. Mau ya?."Bian menatap Hana melongo. "Loe nggak becanda kan?."
"Gue serius Bi."
"Kenapa? Ada apa?."
"Gue....
Gue mau Kay nggak cuma berada di sekitaran gue. Gue mau dia mengenal orang lain selain gue. Dia terlalu mengekang dirinya sendiri untuk berada dideket gue Bi.""Loh bukannya cewek malah suka ya Han dengan sikap cowoknya seperti itu."
Hana menghela nafas kasar. Ia memandang lurus kedepan.
"Dia jadi ansos Bi. Over posesif ama gue. Gue mau dia punya temen banyak. Punya kehidupan yang menyenangkan. Nggak cuma kenal kerjaan, anak- anak dan gue."Bian masih tak mengerti dengan permintaan Hana ini. Baginya terdengar aneh.
"Han. Apa loe yakin? Kay keliatan nggak bisa jauh dari loe. Dan gue yakin loe juga gitu. Kay kan cinta ama loe, Han."
"Gue tahu Bi. Tapi sikapnya itu bikin dia semakin menjauh dari dunia luar."
"Loe nggak takut gue rebut dia dari loe?."
"Nggak Bi. Malah bagus kalau loe bisa buat dia jatuh cinta ke loe."
Bian kembali tercengang dengan perkataan Hana. Tapi tersirat keyakinan Hana akan hati Kay untuknya dalam kata- kata itu.
"Gue yang nggak yakin Han. Kalau loe mau Kay berubah jadi lebih ramah sama orang lain. Nggak anti sosial lagi. Loe tinggal minta dia untuk berubah kan Han?.""Dia terlalu fokus ama gue Bi. Ya, paling, terlihat ramah didepan gue doank."
"Gue tetep nggak yakin Han. Tapi gue bakal bantu sebisa gue. Tapi gue nggak janji."
"Loe mau aja itu udah cukup Bi. Hasilnya kita liat nanti. Lagian...."
"Breatheeeee. Ngapain disini?."
Kay berteriak diujung jalan masuk ke taman belakang itu. Dia terlihat berantakan. Rambutnya tak disisir, seragam atasnya keluar dan tali sepatu tak ia talikan dengan benar. Ia terengah-engah seperti habis berlari mengejar maling. Ia kemudian menghampiri Hana dan memeluknya erat.
"Kamu buat aku jantungan. Kenapa nggak bilang kalau mau berangkat pagian? Kenapa nggak bangunin aku? Kenapa nggak angkat telponku?."
Kay terkaget saat tak menemukan Hana di kamar nya tadi pagi. Saat menanyakan pada Romo Hadi, pria paruh baya itu bilang Hana berangkat duluan. Tanpa pikir panjang Kay langsung beranjak mandi dengan cepat, berpakaian acak bahkan tak menghiraukan panggilan Romo saat memintanya sarapan terlebih dahulu.
Hana hanya menggelengkan kepalanya. Mengusap kepala pemuda yang di cintainya itu. Andai ia egois, ia akan menerima cinta Kay sedari awal Kay menyatakan cintanya. Tapi ia ingin Kay tak hanya berfokus padanya. Ia ingin Kay juga bisa bersosialisasi dengan banyak orang.
"Iya maaf."
Bian masih disana. Ia memandang dua orang yang sedang berpelukan itu.
"Kay. Malu ah diliatin. Ada Bian loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Kay
RomanceBanyak unsur dewasa... +21... So, jadilah pembaca yang bijak...!!! Happy Reading Love...💞