49. Menghancurkan Mood

4.1K 173 21
                                    

I am back... Finally🥵

Beberapa hari ini badan gue lagi nggak fit...
Banyak pikiran ampe jerawat keluar semua...

Lebih bikin mood ancur karena nih otak nggak bisa diajak kerja sama..🥴
Ditambah lagi ni, gue udah nulis ampir selese tau- tau ilang gitu aja... 😔

Ok... Enyahkan...
Jangan lupa vote n komen biar ni cerita cepet up...okee😉

Happy Reading!!!

-----------------------------------------------------------



Marlon melepas genggamannya saat pelayan datang mengantar minuman. Setelah pergi Marlon meraih pipi Livi dan mengelusnya.

"Mana blushingnya tadi? Biar aku elus."

Livi menunduk malu.

"Kenapa sering blushing sih?"

"Ya kamunya manis begitu. Bikin aku blushing lah. Apalagi senyum kamu, bikin aku salting tau nggak?"
Livi berucap tanpa melihat Marlon.

Marlon terkekeh pelan. Dasar Livi. Gadis ini frontal sekali. Tapi itulah yang membuatnya tertarik pada Livi.

"Dasaaar!"
Marlon mengacak rambut Livi.

"Marlooon...?"

Seruan seorang wanita membuat Marlon dan Livi menoleh ke arah sumber suara.

Terlihat Marinca berdiri dengan wajah merah padam.

Setahu Marlon, wajah itu pertanda bahwa Marinca sedang sangat marah. Dulu ia akan mengecup seluruh wajah Marinca jika raut itu muncul. Tapi sekarang? Entahlah.

Marlon dan Livi bangkit dari duduknya.
"Inca? Ngapain kamu disini?"

"Marlon..? Beibiii? Kamu yang ngapain disini?"
Marinca mulai bergelayut manja pada lengan Marlon.
"Dari semalem setelah kita ketemu kamu nggak bales chat aku? Telpon aku pun nggak kamu angkat? Apalagi video call, biasanya kan kita ... "
Marinca mendekatkan bibirnya ke telinga Marlon.
"...VSex."

Walau seperti berbisik tapi Livi mengerti dari gerak bibir Marinca.

Apa- apaan ini? Bahkan Marlon tak mencoba merayu Marinca untuk tidak marah.

"Ini temen kamu? Kalian cuma berdua doang? Kamu nggak lagi selingkuh kan Beib?" tanya Marinca menyelidik.

Livi menegang. Ia bingung harus merespon seperti apa?

"Tadi aku liat kamu pegang dia Beib. Kamu nggak lagi ngerayu dia kan?"

"Keliatannya?" tanya Marlon.

Marinca berpikir sejenak, ia menatap Livi dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Ya kayaknya nggak sih. Dia bukan tipe kamu."

Oke, sekarang Livi ingin segera keluar dari situasi ini. Dia seperti ditelanjangi saat Marinca menatapnya. Apalagi setelah Marinca terang- terangan menyebutnya bukan tipe Marlon.

Rasanya ingin Livi sumpah serapahi. Tapi apa daya, ia tidak ingin menggagalkan rencana Marlon. Apapun itu. Bahkan jika hal itu menyakitinya.

"Nggak kok Mbak, saya temen sekelasnya Marlon. Tadi ada Levan ama Aya juga. Jadi rame- rame ke sini nya."

"Mbak? Apa aku keliatan kayak mbak- mbak sih Beibi?"

"Ka. Livi cuma bersikap sopan panggil Mbak. Lagian, dia nggak tahu nama kamu. Kenal juga nggak kan?"

My Possessive Kay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang