62. Sampah

4K 198 42
                                    

Akhirnya dengan susah payah, gue selesein part ini...

Bukan tanpa alasan. Gue sakit dari awal bulan dan sekarang masih masa penyembuhan ...

Tetap sehat semuanya...
Sakit tuh nggak enak...🥴

Gue berharap kalian setia menunggu...

Happy Reading!!!

Note ; jangan lupa vote n komen...

----------------------------------------------------------


Tak lama Husodo masuk lagi bersama serombongan orang. Membuat semua tamu undangan menatap kedatangan Husodo dan tamu yang baru saja disambut itu.

Sonya dan Claudia serta Clara terperangah melihat siapa yang datang. Wajah tampan dengan setelan jas mewah datang bersama seorang gadis cantik yang mereka kenal. Dan jangan lupakan bodyguard dibelakang mereka yang lumayan banyak.

"Hana? Hana kan? Sepupunya Mesthi?" tanya Claudia yang menepuk lengan Sonya.

"Iya iya, ama pacarnya kan? Kay kalau ngga salah namanya."

"Looh, Cla,,,!" sedikit meningkatkan volume suaranya memanggil Clara.
"Hana ama Kay yang ditunggu?" tanya Claudia.

"Gue nggak tahu, Clo. Papa nggak bilang apa- apa."

"Siapa sih sebenernya mereka? Bikin penasaran aja," tanya Sonya, lebih kepada dirinya sendiri.

Marinca tak merespon, ia hanya takut salah ucap. Apalagi Marlon pernah memintanya untuk tidak memberi tahu siapa Kay dan Hana sebenarnya.

Marlon? Ia sedang terpana dengan pemandangan di depannya saat ini. Melihat kearah kedatangan Hana dan Kay dan rombongan nya. Hana yang nampak cantik dengan gaun malamnya. Kay yang tetap terlihat dingin dengan jas dark blue nya. Dan juga Husodo yang melontarkan beberapa kali kalimat terimakasih atas kedatangan tamu yang telah ditunggu.

Sebenarnya bukan itu yang membuat Marlon terpana dan sejenak membeku ditempatnya. Melainkan sesosok wanita cantik yang berada di belakang Hana dan Kay bersama seorang pria.

Wanita yang merangsek masuk tanpa permisi ke hatinya. Wanita yang menggetarkan hatinya. Wanita yang ia rindukan. Wanita yang telah membuatnya frustasi.

"Livi?" lirih Marlon.
Sontak ia melangkah menuju rombongan itu, tapi urung karena tangannya dicekal oleh Marinca.

"Mau kemana?"

"Ha?"
Menatap Inca.

"Mau kemana, Beibi?"

"Itu, nyambut Kay Hana."

"Nanti aja! Itu masih ama Om Husodo."

Melihat ke arah rombongan lagi. Benar, banyak orang sedang mengerumuni mereka. Pastilah media juga.

Mengangguk.
"Oke."

Didepan sana nampak Kay mulai jengah dengan ucapan terimakasih bertubi- tubi dari Husodo padanya. Apalagi tambahan kata- kata jilatan yang sudah sering ia dengar. Terlebih lagi, banyak mata yang memandang Hana-nya.

"Terimakasih sekali lagi loh Tuan, Nona. Banyak kolega saya yang datang hari ini khusus untuk bertemu dengan Tuan dan Nona. Walaupun hanya bertatap muka. Ap-"

"Cukup!" datar, seperti biasa. Tapi mampu membuat Husodo terdiam.
"Apa tak ada kursi?"

Sedari tadi mereka masih berdiri. Sibuk mendengarkan ocehan Husodo. Dan Hana hanya menebar senyum karena banyak orang melempar senyum padanya.

My Possessive Kay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang