9. Berubah

9.5K 354 11
                                    

Setelah kepergian mereka ke Bandung beberapa hari lalu, nyatanya membuat hubungan antara Kay dan Hana mulai terlihat berjarak.

Kay tak seposesif biasanya, bahkan nampak dingin pada Hana tapi membuka diri pada orang lain. Begitupun Hana, ia tak nampak ceria, lemah lembut seperti biasa. Hana terlihat murung, diam dan gampang marah.

"Lev, Miranda tadi telpon gue nyari loe. Loe putusin ya?" tanya Aya.

Sekarang 5 bersahabat bak saudara itu sedang berada di kantin sekolah.

"Iya." jawab Levan dengan cengiran khas nya.

"Eh kampret. Tolong dong selesaiin masalah loe sendiri tanpa libatin gue. Pake ngasih nomer gue lagi."

"Ya maap, urgent waktu itu. Jadi pake hp Miranda buat telpon loe, batre gue abis. Ya nggak tau kalau bakal dia save Ya"

"Alesan aja loe."

" Hehe ya ma-." Levan tak menyelesaikan kalimatnya saat menyadari Bian mendekat ke arah mereka, ia menatap Bian mengikuti pergerakan sang gadis.

Bian kemudian duduk disamping Kay sambil menyodorkan kaleng minuman.
"Nih Kay, pesenan loe tadi."

Kay menoleh sambil tersenyum simpul pada Bian. "Makasih Bi."

"Sama- sam-. Kenapa liatin gue kek gitu Han?" tanya Bian ketika mendapati Hana memandangi nya seakan tak suka.

"Ehm... Hmm... Nggak apa- apa. Sejak kapan kalian deket?" Hana bertanya dengan nada datar menutupi kekesalannya. Tapi sepertinya gagal, bahkan Marlon, Aya dan Levan terlihat menahan rasa ingin tertawa mereka.

"Sejak di Bandung." jawab Bian singkat.

Tapi jawaban singkat Bian mampu membuat hati Hana bergemuruh. Hampir saja ia ingin meneriaki Bian, tapi ia urungkan dan lebih memilih beranjak dari kantin.

"Eh Han, mau kemana? Eh tunggu... Tunggu gue!" teriak Aya sembari ikut beranjak dari tempat duduknya saat melihat Hana berjalan cepat menjauhi kantin.

"Loe kenapa?" tanya Aya yang mendapati sang sahabat duduk di taman tak jauh dari ruang kelas mereka.

"Nggak pa- pa Ya."

"Nggak biasanya ketus sama orang. Ada apa Han?"

"Nggak apa- apa Aya."Hana menegaskan kata- katanya.

"Nggak mungkin nggak ada apa- apa kal-,"

"Gue bilang nggak pa- pa ya berarti nggak ada apa- apa!!" Hana meninggikan suaranya. Tercetak jelas kemarahan di wajahnya.
Hana kemudian beranjak dari taman entah kemana.

Aya yang masih terkaget dengan teriakan Hana tadi masih terdiam ditempatnya. Tak biasanya Hana membentaknya. Bahkan saat mereka bertengkar pun Hana akan membuat muka memelas dan mata berkaca- kaca. Tapi kali ini tidak. Ada apa dengannya?

***

"Siang cantik, lagi ngapain disini?" tanya seorang pemuda yang menghampiri Hana yang sedang duduk di depan sebuah minimarket tak jauh dari sekolah Hana.

Hana hanya melirik sekilas lalu kembali memandang kedepan.

"Yee ditanya baik- baik juga. Boleh ya duduk sini." Pemuda itu kemudian mendudukan dirinya di kursi sebelah Hana lalu mengulurkan tangannya. "Gue Ryu. Nama loe?"

Hana masih tak merespon, ia menghela nafas pelan. Masalahnya tak berkaitan dengan orang disebelah nya ini, kenapa ia harus ketus pada orang lain.

Hana kembali menghela nafasnya pelan, tapi tak menerima jabatan tangan pemuda disampingnya itu.

My Possessive Kay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang