"Di ulang tahun pernikahan mereka yang ke-30, sepertinya akan menyenangkan hati mereka jika anak sulung mereka menghadiahkan buket dengan 30 bunga mawar," ucap Rose setelah pertanyaannya tentang umur pernikahan orang tua Armando telah dijawab.
"Bagaimana menurutmu?" tanyanya ketika tidak kunjung mendapat balasan dari Armando.
Yang ditanya mengernyitkan dahi dan bergumam selama beberapa saat. Keraguan bosnya itu membuat Rose merasa lancang. Bisa saja pernikahan ayah dan ibu Armando jauh dari kata harmonis seperti yang Rose bayangkan selama ini. Bisa jadi mereka menikah sebatas karena mereka sudah dijodohkan.
"Maaf," Rose berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya, "apakah mereka bukan pasangan yang romantis?"
Mendengar apa yang diucapkan Rose, Armando tergelak. Jika berciuman dan berpelukan setiap hari di pagi-siang-sore-malam kapanpun mereka mau, memanggil satu sama lain dengan panggilan kesayangan, dan selalu menyempatkan untuk kencan makan malam setidaknya sebulan sekali, bukan suatu hal yang mengindikasi pasangan sebagai pasangan romantis, tentu orang tuanya bukan pasangan romantis.
"Aku tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu untuk mereka," jawab Armando setelah puas tertawa.
"Hal-hal seperti apa?"
Armando menoleh untuk menatap Rose yang duduk di kursi di sampingnya karena kebetulan lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Ia menghela napas kebingungan sendiri menjelaskan perihal hubungannya dengan keluarganya pada Rose. Wajah Rose yang benar-benar tidak tahu dan ingin tahu membuat Armando tidak sampai hati untuk tidak mengacuhkannya.
"You know, memberi bunga, hal-hal romantis yang terlalu cheesy," katanya, menjawab pertanyaan Rose.
Jika benar apa yang dikatakan Armando barusan bahwa ia bukan tipikal laki-laki yang menyukai hal-hal romantis yang terlewat romantis, mungkin benar dugaan Rose selama ini. Barangkali apa yang selama ini atasannya lakukan kepadanya, semua kebaikan dan perhatian yang diberikan adalah karena Armando memang orang baik. Toh, bukan sekali dua kali Rose mengetahui Armando memperlakukan bawahan lainnya selain Rose dengan amat baik.
Tentang kejadian yang terjadi di antara mereka berdua semalam, yang melibatkan ranjang dan berujung pada penyatuan mereka berdua, itu semata karena ia dibawah pengaruh alkohol. Bisa juga karena ia biasa menikmati berhubungan intim dengan siapa saja wanita yang dirasa mau melakukan itu dengannya.
Rose pernah mendengar ada kelainan seksual yang membuat orang lebih tertarik pada wanita hamil dibanding yang tidak, mungkin Armando salah satunya. Mungkin karena Rose mengandung tanpa ada suami atau kekasih, Armando menilainya sebagai wanita murahan yang bisa ia pakai kapan saja karena toh, Rose membutuhkan Armando untuk bertahan hidup.
"Rose!"
Mendengar namanya dipanggil Armando dengan sedikit berteriak membuat Rose menoleh dengan cepat ke arah Armando.
"Aku tadi bertanya, apa jadi membelikan bunga?" kata Armando, mengulang pertanyaannya yang sepertinya tidak terdengar oleh Rose yang larut dalam lamunan.
Rose yang menyadari mobil sudah kembali bergerak kemudian tersenyum dan menjawab, "Kembali lagi ke kamu, Armando. Lagipula mereka orang tuamu, bukan orang tuaku."
Armando menghela napas. Mengambil keputusan penting untuk perkembangan dan kemajuan bisnis yang ia pegang dapat ia lakukan dalam hitungan menit, namun keputusan sepele seperti memberi bunga untuk orang tuanya terasa amat sulit. Jika tadi ia tidak mengajak serta Rose, mungkin ia akan tiba di villa dengan tangan kosong, juga perut kosong.
"Tolong carikan toko bunga yang sejalan dengan jalan menuju villa," ucap Armando dengan tangan kanannya menunjuk pada layar GPS di badan dashboard mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me daddy [completed]
Romance[mature and explicit content, 18+] Berawal dari usaha menyambung hidup untuk anaknya, Rosaline berakhir menjadi pemuas nafsu atasannya sendiri.