tiga puluh satu

7.5K 209 22
                                    

Mobil yang dikendarai Armando membawa mereka bertiga ke sebuah villa yang dibeli Armando sebagai hadiah ulang tahun untuk Rose. Lokasinya tidak jauh dari villa milik keluarga Lee sehingga tidak perlu merekrut penjaga tambahan. Penjaga villa keluarga Lee akan membersihkan dan merawat villa milik Rose itu di pagi sampai siang hari, kemudian pulang dan tinggal di villa keluarga Lee.

Lampu yang menerangi villa tentu saja sudah dinyalakan oleh penjaga villa. Meski begitu, letak villa yang jauh dari jalan utama dan lebih dekat dengan pantai membuat gelap malam tetap tampak menyelimuti villa. Beach house dua lantai itu dilengkapi dua carport di bagian bawah rumah. Akses pintu masuk berada di lantai pertama di atas carport, perlu menaiki beberapa anak tangga untuk menuju pintu masuk.

Armando mematikan mesin mobil, keluar dan lari kecil menuju sisi penumpang. Ia membukakan pintu mobil untuk Rose yang sudah melepas sabuk pengaman. Istrinya menyambut uluran tangannya untuk membantu berdiri. Perut Rose yang sudah besar dan menggantung itu membuat pergerakannya jadi kian terbatas.

"Thank you," ucap Rose yang tersenyum manis pada Armando.

"My pleasure, my Queen," balas Armando dengan mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum nakal.

Sementara Rose berjalan menuju villa, Armando melepaskan Nate dari carseat-nya dan menggendong batita gembul yang sudah terlelap itu. Rose bisa merasakan perutnya mengencang setelah berhasil menaiki belasan anak tangga yang menjadi satu-satunya jalan menuju pintu masuk villa. Armando dengan sabar menyesuaikan langkahnya di belakang Rose. Ia harus berjaga-jaga jika terjadi apa-apa pada Rose sewaktu menaiki anak tangga.

Rose merogoh tas jinjing yang ia bawa dan mengeluarkan kunci.

"I got the key!" katanya sedikit berbisik mengingat Armando menggendong Nate yang sudah pulas.

Armando terkekeh. Rose seringkali ceroboh dan melupakan dimana ia meletakkan kunci villa. Maklum saja, penthouse tempat mereka tinggal di New York tidak menggunakan kunci fisik. Menemukan kunci tanpa harus panik kebingungan adalah suatu prestasi bagi Rose, dan Armando menganggap itu menggemaskan.

"Aku mau menidurkan Nate dulu di kamarnya," ucap Armando.

"Tunggu dulu," Rose mencegah, membuat langkah Armando terhenti.

Ia membalik badan, satu alisnya terangkat mengisyaratkan kebingungan.

"Dia belum sikat gigi dan bersih-bersih badan," kata Rose yang dibalas kekehan nakal Armando.

"Kamu tega membangunkannya? Dia sepertinya cukup lelah. Lihat wajahnya, nih. Aku sih tidak tega," balas Armando, memposisikan badannya sehingga wajah bocah yang lelap dalam gendongannya itu menghadap pada ibunya.

"Tapi nanti dia bisa sakit gigi," sahut Rose.

"Aku rasa tidak sikat gigi untuk hanya satu malam tidak akan membuat giginya langsung sakit, Babe."

Armando dan banyak alasannya. Rose tahu Armando begitu menyayangi Nate. Bukan hanya sekali Armando menyelamatkan Nate dari gaya asuhan Rose yang cukup tegas dan disiplin. Jika Rose melarang atau menolak memberikan Nate sesuatu yang diinginkannya, bukan hanya Nate yang menangis memohon, Armando juga kerap ikut serta memohon Rose mewujudkan yang dimau Nate. Suaminya itu paling tidak bisa melihat Nate menangis. Terkadang sikap Armando pada Nate membuat Rose bertanya-tanya siapa orang tua kandung Nate, dia atau Armando.

Rose menghela napas menyerah. "Ya sudah. Tolong sekalian ganti bajunya, Ar, tidurnya akan tidak nyenyak jika tetap pakai setelan itu," katanya.

Armando mengangguk seraya kembali melangkah menuju kamar yang sudah disiapkan untuk Nate. Villa yang dibelinya itu memiliki empat kamar, satu kamar utama dan tiga kamar lain yang lebih kecil daripada kamar utama. Salah satu dari tiga kamar itu dipersiapkan khusus untuk batita. Kamar itu kini menjadi kamar Nate. Di kunjungan mereka berikutnya, bisa jadi yang menempati kamar itu adalah adiknya.

call me daddy [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang