[18+]
Armando tidak main-main dan bergurau ketika meminta pelayan untuk menyiapkan semua perlengkapan yang bisa dibutuhkan ibu dan bayi yang hendak mereka beli. Ada dua kardus ukuran besar yang digunakan untuk membungkus barang-barang yang dibeli. Kedua kardus itu mereka minta kepada pihak toko untuk mengirimkan langsung ke alamat apartemen Rose.
Petugas kasir yang meminta Rose mengisi detail alamat tujuan tentu bertanya-tanya mengapa barang-barang mahal yang dibeli pasangan di depannya itu dikirim ke alamat pinggiran New York. Armando melirik pada apa yang dituliskan Rose di atas kertas tadi, memaksa kepalanya untuk mengingat alamat tempat tinggal Rose, lengkap dengan nomor kamar. Sepertinya berbeda dengan yang ia tulis di CV sewaktu dulu melamar di perusahaannya.
Melihat nominal yang dihabiskan untuk membeli barang-barang itu membuat Rose khawatir saldo di rekening banknya tidak cukup untuk membayar. Namun justru setelah transaksi pembayaran selesai, masih ada saldo banyak tersisa. Bisa ia gunakan untuk bertahan hidup setidaknya tiga bulan. Armando mentransfer gajinya lima kali lipat, padahal biasanya pesangon cuti pegawai hanya dua kali gaji tiap bulan.
Tidak berhenti sampai di barang-barang kebutuhan ibu dan bayi setelah melahirkan nanti, Armando juga mengajak Rose ke toko tidak jauh dari toko perlengkapan bayi sebelumnya. Toko kedua yang mereka masuki menjual koleksi pakaian ibu hamil dan menyusui.
Koleksi baju hamil yang dimiliki Rose tidaklah banyak. Hanya setidaknya lima atasan dan tiga celana yang ia beli sejak kandungannya menginjak usia lima bulan, ketika pakaian lamanya tidak lagi muat menampung tubuhnya. Ada beberapa baju lain yang masih muat walau terkesan memaksa namun tetap ia pakai sebagai selingan untuk gonta-ganti agar yang melihat tidak sampai bosan. Sepertinya Armando memperhatikan itu dan dibuat bosan, karena itu ia membawa Rose ke toko tersebut.
Rose menolak beberapa kali untuk memilih baju yang ia inginkan. Sebentar lagi ia akan melahirkan, untuk apa mengoleksi baju hamil lebih banyak lagi. Armando yang keras kepala itu akhirnya memilihkan beberapa dress dan atasan hamil untuknya serta beberapa atasan untuk ibu menyusui. Ia mencegah Rose ketika tangan perempuan itu menyerahkan kartu debit miliknya di depan kasir.
"Anggap saja hadiah ulang tahun," kata Armando yang membuat Rose terkejut.
Sejak kapan Armando mengingat ulang tahunnya?
Mereka kembali ke hotel setelah selesai berbelanja. Armando membawakan tas belanja berisi baju-baju yang dibelikannya untuk Rose, membuat Rose jadi tidak enak hati melihat atasannya membawakan belanjaannya sementara ia tidak membawa apa-apa.
"Ini," ucap Armando, menyerahkan tas belanja ke Rose ketika mereka sudah memasuki ruangan hotel.
Penerbangan mereka dijadwalkan berangkat besok pagi, mungkin Rose akan menghabiskan waktu untuk merapikan barang bawaannya ke dalam koper. Lagipula hari ini adalah hari yang cukup panjang dan melelahkan, terlebih untuk ibu hamil dengan usia kandungan yang amat matang seperti Rose. Hebatnya, ia tidak sedikitpun mengeluh.
"Terima kasih, Ar. Aku tidak tahu harus bagaimana mengucapkan terima kasih atas kebaikanmu padaku selama ini."
Perempuan itu menunduk, menggigit bibir bawahnya karena kehabisan kata-kata di depan bosnya. Armando benar-benar terlalu baik padanya dan ia terkadang bingung harus bersikap bagaimana dengan kebaikan Armando dan kejadian malam sebelumnya.
"Mungkin dengan cara tidak sering menggigit bibir bawahmu seperti itu," sahut Armando.
Rose mendongak kebingungan dengan maksud Armando. Masih belum sadar ia sudah menggigit bibir bawahnya.
Armando melangkah mendekat, mengunci jarak di antara mereka sedekat yang ia bisa dengan perut besar Rose menghalangi. Ibu jari tangan kirinya mengusap bibir Rose pelan, membuat perempuan itu melepaskan gigitan pada bibir bawahnya. Tas belanja yang ia pegang, tanpa sadar ia jatuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me daddy [completed]
Romance[mature and explicit content, 18+] Berawal dari usaha menyambung hidup untuk anaknya, Rosaline berakhir menjadi pemuas nafsu atasannya sendiri.