Sepulang dari Ibiza sampai berjalan lewat satu bulan sejak Nate lahir, Armando masih konsisten pergi ke tempat Rose tiap kali pulang kerja dan kembali ke penthouse miliknya sekitar jam 6 pagi untuk bersiap berangkat ke kantor. Akhir pekannya lebih banyak dihabiskan bersama dengan Rose dan Nate. Rose sudah terbiasa menerima bantuan dari Armando karena laki-laki itu selalu sedikit memaksa. Tidak bisa dielakkan bahwa mengurus newborn cukup melelahkan.
Armando belum pernah absen datang ke tempat Rose lagi setelah trip ke Ibiza. Sayangnya, empat hari terakhir, Armando ada business trip ke Honolulu. Mau tidak mau, ia harus berangkat meninggalkan Rose dan Nate.
Beruntung Armando bisa mempercayakan ibunya untuk membantu memastikan Rose dan Nate baik-baik saja. Meski tidak bisa setiap hari datang dan menemani langsung, setidaknya Rose pun sudah biasa memberi kabar dan bertukar pesan dengan Michelle.
Orang yang pertama kali mendapat kabar tali plasenta Nate sudah lepas seutuhnya adalah Michelle. Rose mengabarinya di pagi buta, dipenuhi kepanikan bingung harus bagaimana. Beruntung, Michelle segera membalas dan meyakinkannya bahwa itu bukan sesuatu untuk dikhawatirkan.
Empat hari tanpa Armando dan bantuan seorang pun dirasa amat berat bagi Rose. Terlebih sudah tiga hari berturut-turut ini Nate seringkali rewel dan menangis kencang cukup lama. Berbagai cara sudah ia lakukan namun tidak ada hasilnya. Ia bahkan sampai panik dan membawa Nate ke dokter, takut terjadi sesuatu pada putranya.
Dokter mengatakan dari keterangan yang Rose berikan terkait kondisi Nate, tidak ada yang mengarah ke suatu penyakit tertentu. Suatu hal yang biasa bagi newborn untuk menangis lebih lama dan sekencang yang Nate lakukan.
"Namanya kolik, Bu," begitu kata dokter anak yang dituju Rose.
Sama seperti tiga hari sebelumnya, malam ini Nate kembali menangis kencang. Sayangnya, sejak kemarin suhu di luar sedang cukup rendah dan berangin. Ia jadi tidak bisa membawa Nate keluar untuk menenangkannya seperti malam pertama dan kedua.
"Shhhh... Nate, tenanglah. Shhh... Shhh... Ada Mommy disini, Nak..."
Rose menimang buah hatinya. Pantat Nate ia tepuk-tepuk pelan. Ia mencoba untuk menyusui Nate, namun putranya itu tidak tertarik menyesap puting miliknya.
Tangisan Nate yang tak kunjung berhenti membuatnya begitu frustrasi. Suara ketukan dari pintu justru membuatnya semakin dipenuhi ketakutan. Terlebih setelah tidak sengaja mencuri dengar sayup-sayup obrolan dari tetangga-tetangganya.
Benar saja. Sewaktu pintu dibuka, yang muncul di hadapannya adalah Tuan Wyatt dan tiga orang pria paruh baya lain.
"Nona Clark..."
"Y-ya, Tuan Wyatt. Ada apa?" tanya Rose masih dengan dua tangan yang sibuk menimang Nate yang tetap menangis kencang.
"Harus berapa malam lagi kami tidak bisa menikmati malam yang tenang di tempat tinggal kami sendiri karena putramu yang terus menangis itu?!"
Tuan Wyatt yang bertubuh gempal itu mulai berbicara. Nadanya tinggi berapi-api. Baru saja ia menyelesaikan kalimatnya, seorang pria di antara mereka ikut menimpali.
"Ya, benar! Berisik sekali. Apa kau tidak tahu aku sedang sakit gigi?!"
"Ya, betul!"
"Anakku jadi tidak bisa fokus belajar!" tambah seorang pria yang tampak lebih berumur daripada empat pria di hadapan Rose.
Baru ketika ia hendak meminta maaf kepada empat pria tadi, dari sisi kiri koridor muncul dua orang wanita datang menyusul. Wajah mereka sama kesalnya.
"Aku tahu mengurus bayi memang susah, tapi kau juga harus memikirkan penghuni lainnya," ucap salah satu dari dua wanita itu setiba di depan pintu unit Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me daddy [completed]
Romance[mature and explicit content, 18+] Berawal dari usaha menyambung hidup untuk anaknya, Rosaline berakhir menjadi pemuas nafsu atasannya sendiri.