Sejak Rose pulang dari birthing center, setiap hari sepulang kerja ia minta Jeff mengantarkan ke apartemen Rose. Pagi hari sebelum pukul 6, Jeff akan menjemput Armando. Kebiasaan seperti itu sudah dijalankan selama lima hari terakhir.
Awalnya Rose menolak jika Armando sampai bermalam. Namun tidak bisa dipungkiri, bantuan dari Armando yang bergantian dengannya menjaga Nate amat sangat ia butuhkan. Mendapatkan sedikit tidur karena harus terbangun tiap tiga jam sekali untuk menyusui Nate, juga harus membereskan pekerjaan rumah di pagi sampai siang hari tentu melelahkan. Terlebih di hari pertama sampai ketiga sejak ia kembali pulang ke apartemen.
Di tiga hari pertama, hampir semua pekerjaan rumah Rose dihandle oleh Armando. Ketika itu, ia masih belum bisa cekatan bergerak. Duduk saja harus perlahan karena bagian selatan tubuhnya yang masih terasa ngilu. Jalannya masih mengangkang.
Malam ini sama saja. Sepulang dari kantor, Armando yang diantar Jeff ke apartemen Rose datang membawakan makan malam. Setelah menutup pintu unit Rose, ia segera meletakkan bungkusan makan malam di meja makan kecil dengan dua kursi di sudut apartemen tipe studio itu. Dilepasnya jas warna abu gelap yang ia kenakan dan digantungkan pada salah satu gantungan baju di belakang pintu. Hari ini ia tidak mengenakan dasi, dua kancing teratas kemejanya dibiarkan terbuka. Ia melepas kancing di bagian pergelangan tangan dan menarik lengan kemeja sampai siku dan mendekati tempat Rose berdiri.
"Biar aku saja. Kamu selesaikan makan malammu sana," kata Armando, menggeser tubuh Rose ke samping, menjauh dari hadapan sink dapur. "Aku bawakan lasagna yang waktu itu kamu bilang enak."
Di sink ada peralatan masak dan makan yang kotor. Rose tadinya sudah berniat mencuci peralatan masak dan makan itu sebelum jam 8, jam biasanya Armando tiba. Ia berniat memastikan tidak ada yang bisa dikerjakan Armando setibanya di tempat Rose. Hanya saja, malam ini Armando tiba satu jam lebih awal.
"Sudah sana makan," kali ini Armando mendorong pelan Rose ke arah meja makan, memaksanya menurut.
Tangan Armando cekatan meraih sponge pencuci piring, dibasahi dan dituang sabun sebelum mulai mencuci peralatan masak dan makan yang kotor. Tidak banyak memang, namun belum sempat diselesaikan sendiri oleh Rose. Sejak ia selesai masak dan makan siang, Nate bangun dan hanya minta digendong sampai petang, membuatnya sulit mengerjakan pekerjaan lain.
"How was your day?" tanya Armando pada Rose.
Rose yang sudah mulai menyantap lasagna, asyik mengunyah. Ia mengangkat tangan kirinya, meminta Armando menunggu jawabannya sampai ia selesai mengunyah sesuap lasagna dalam mulutnya.
"Not bad," balas Rose.
Ia menceritakan kegiatannya seharian tadi. Setelah mengurung diri di apartemen selama empat hari, pagi tadi Rose memutuskan membawa Nate berjalan-jalan di sekitar gedung tempat mereka tinggal. Stroller bayi yang dibelikan Armando sewaktu mereka di Honolulu itu memang sebanding dengan harganya, benar-benar ringan dan nyaman untuknya juga untuk Nate.
Meski senang bisa menghirup udara segar di luar unit studio apartemennya yang sempit, Rose mendapati beberapa orang melihat ke arahnya dan memandang dari atas ke bawah. Sesuatu yang sebenarnya sudah ia ekspektasikan akan terjadi namun tetap saja membuatnya tidak nyaman. Ia tidak biasa menjadi pusat perhatian.
Armando dibuat merasa bersalah. Jika bukan karena dia, Rose tidak akan masuk headline berita gosip dan jadi dikenali orang.
"Sorry, salahku jadi membuat kamu tidak nyaman," kata Armando sembari meletakkan piring terakhir yang ia cuci di rak besi kecil di atas meja dapur.
"No, don't be! Aku yang meneleponmu, kan? Justru aku berterima kasih sekali kamu datang malam itu, terlepas dari apa yang terjadi keesokan harinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
call me daddy [completed]
Romance[mature and explicit content, 18+] Berawal dari usaha menyambung hidup untuk anaknya, Rosaline berakhir menjadi pemuas nafsu atasannya sendiri.