sepuluh

17.1K 517 28
                                    

Michelle, ibu Armando memintanya dan Rose untuk tetap tinggal dan pulang ke hotel besok pagi saja. Namun Armando menolak. Tiket pesawat kepulangan mereka dijadwalkan pukul sembilan pagi menjadi alasan yang diberikan. Padahal Jeff memilih membatalkan tiket dan pulang bersama keluarga Armando dengan mengendarai jet pribadi mereka.

"Jadi anak Mommy itu kamu atau Jeff sih, Ar?" tanya Michelle, tidak hentinya menggelengkan kepala tak habis pikir pada sulungnya itu.

Armando diam tidak merespon ibunya. Belum ada sepuluh menit sejak ia dan Rose tiba di villa milik keluarganya itu namun rasanya ia sudah ingin pulang kembali ke hotel saja.

Melihat Armando yang seolah merasa aneh dan canggung berada di antara keluarganya, membuat Rose tidak tahu harus bersikap bagaimana. Semestinya yang merasa kikuk adalah ia, bukan justru Armando yang bagian dari keluarga.

"Kalau begitu Oppa tinggal dulu untuk makan malam. Bagaimana?" Thea mencoba mengajukan ide untuk menjadi jalan tengah penyelesaian.

"Iya, Hyung. Mommy dan Noona akan masak beef stroganoff. Itu kesukaan Hyung, bukan?" tambah Hiro.

Mendengar apa yang diucapkan Hiro, sontak membuat Michelle dan Thea memalingkan wajah ke arah si bungsu yang sedang menikmati air es. Bukan karena apa, Hiro tahu betul kelemahan kakaknya dan menembak tawaran itu yang sepertinya tidak mungkin ditolak Armando.

Tidak hanya Armando yang mematung memikirkan jawaban dan tergoda dengan apa yang disampaikan Hiro, Michelle dan Thea juga sama bingungnya karena tidak ada bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak beef stroganoff di dapur.

"A-ah, iya betul. Aku dan Mommy akan memasak spesial untuk ulang tahun pernikahan Appa dan Mommy. Kita semua tahu Oppa suka beef stroganoff jadi sebelum meneleponmu tadi, aku dan Mommy sudah terpikir memasakkan masakan kesukaanmu itu," Thea mencoba menambahkan untuk meyakinkan Armando supaya ikut makan malam bersama.

Armando mungkin berkeinginan untuk kembali ke hotel, tapi sebagian besar dalam dirinya tentu tidak akan mengizinkannya pergi tanpa mencicipi beef stroganoff yang dimasak oleh ibunya. Ia selalu kalah dan menyerah jika masakan ibunya menjadi taruhannya. Pernah ia rela mengundur jadwal rapat yang cukup penting hanya karena ibunya menelepon dan mengatakan sedang memasak makanan kesukaannya itu.

Ia mengangguk pelan setelah beberapa menit hanya duduk di sofa yang berbeda dengan yang diduduki adik-adik dan ayah-ibunya. Sejenak ia menoleh ke arah Rose yang duduk sedikit menyandar pada punggung sofa karena perut besarnya menghalanginya untuk duduk tegap. Sepertinya Rose tidak keberatan, lagipula siapa Rose untuk merasa keberatan jika Armando memilih menetap untuk makan malam.

"Oke," ucapnya. "Aku dan Rose akan makan malam di sini."

Michelle menghela napas yang sempat tertahan setelah mendengar sulungnya memutuskan menetap sampai waktu makan malam tiba. Netranya bertatapan dengan putrinya, seolah membicarakan sesuatu yang tidak terucap oleh mulut karena satu dan lain hal.

Jinho, ayah Armando yang sebelumnya fokus membaca surat kabar harian bisnis itu menurunkan kertas besar dalam genggamannya untuk sementara ketika mendengar yang diucapkan Armando. Terlihat ada sedikit raut terkejut. Tidak lama, ia kembali fokus membaca berita apa yang disajikan di surat kabar itu.

Setelah saling bertukar tatapan beberapa lama, Michelle dan Thea sama-sama bangkit berdiri dari duduk mereka. Semua yang ada di ruang tengah dibuat terkejut karenanya.

"Mommy dan Thea akan pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan tambahan yang belum sempat dibeli tadi," kata Michelle.

Thea berjalan menuju nakas yang di atasnya terdapat dua buah kunci digital mobil sambil mengikat rambut panjangnya dalam satu ikatan. Michelle kemudian membuntut pada putrinya yang sudah beberapa langkah di depannya.

call me daddy [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang