Ibiza selalu menyenangkan. Telinga Armando dimanjakan alunan musik upbeat dipandu DJ kenamaan tiap malamnya. Entah sudah berapa banyak minuman beralkohol yang ia tenggak sejak ia dan teman-temannya pertama tiba. Belum lagi mata yang dibiarkan leluasa menikmati langit cerah juga perempuan-perempuan berbadan molek dan berparas cantik.
Belum genap dua malam mereka habiskan di Ibiza, Bryce sudah menemukan seseorang untuk menyalurkan hasrat seks. Memang sepertinya sulit bagi perempuan untuk kabur dari tikaman mulut manis playboy sekelas Bryce. Belum lagi badan tinggi tegap atletis, serta warna kulit coklat eksotik yang membuat Bryce dinilai seksi.
Sialannya lagi, Bryce masih punya cukup tenaga untuk kembali menghabiskan malam untuk minum-minum bersama Armando dan Chad setelah puas bermain di ranjang dengan perempuan malam di kelab yang mereka kunjungi. Stamina atlet memang tidak bisa diragukan.
"Bryce kelewat cepat kali ini, bahkan Armando make out saja belum," komentar Chad.
Armando hanya bisa merespon dengan tawa seadanya. Biasanya memang yang lebih dulu menemukan summer fling adalah dia. Wajar saja jika Chad berkomentar begitu. Lagipula memang kali ini ia sama sekali belum tampak menggoda satupun perempuan.
"Bagaimana denganmu, Chad? Belum ada yang cukup menarik untuk dibawa ke ranjang?" tanya Bryce.
Chad menggelengkan kepalanya pelan. Jika Armando memang belum ada menanggapi ajakan dan rayuan perempuan-perempuan kelab malam, Chad justru sudah beberapa kali ada sesi make out dengan dua atau tiga perempuan. Cukup panas sampai membuat seorang pria gempal dengan wajah sangar meneriakinya untuk "Get a room!"
"Not in the mood," sahut Chad yang pipinya sudah semerah tomat.
Gelas di tangannya yang terisi vodka seperempat penuh itu dihabiskannya dalam sekali tenggak sampai tak berisi lagi. Armando bisa membayangkan rasa panas menyerbu tenggorokannya hanya dengan melihat yang dilakukan Chad baru saja.
"Malas kalau harus berurusan dengan media lagi setelahnya," tambahnya.
"Bukankah sudah diselesaikan manager-mu, dan memang tidak terbukti kan tuduhan itu?" giliran Armando ikut bertanya.
Chad menghela napas. Gelas kaca yang sudah kosong itu ia letakkan di meja di hadapannya. Ia sudah tahu teman-temannya tentu akan menanyakan perkembangan kasus tuduhan pelecahan seksual yang dilakukan salah satu perempuan yang ia temui di kelab malam di Las Vegas sebulan lalu.
"Memang itu hanya sebatas tuduhan yang bisa dengan segera diselesaikan manager-ku. Kasusnya pun tidak dilanjutkan oleh pengadilan. Hanya saja... you know people online, guys. Mereka akan terus membicarakannya dan menganggap tuduhan itu ada benarnya," jawabnya.
Reputasinya sebagai atlet American football tentu tidak terpengaruh. Hanya saja kejadian itu tentu membuat Chad lebih berhati-hati lagi, terlebih ia punya reputasi sebagai atlet sekaligus selebriti dengan beberapa brand yang menjadikannya ambassador. Akan merugikan jika sampai karirnya dirusak skandal tidak penting, baik yang memang benar terjadi atau yang sebatas rumor.
"That's why akan lebih memudahkan urusan kalau kita pakai jasa Denise," sahut Bryce.
"Harusnya aku yang bilang begitu padamu, Bodoh. Bukankah yang baru saja semalam had sex dengan perempuan yang baru dikenal di tempat seperti ini adalah kamu?" Chad tidak mau kalah.
Armando hanya bisa tertawa melihat tingkah kedua temannya. Ia membiarkan keduanya terus beradu mulut, barulah nanti jika sudah kian memanas sampai ada salah satu mengajak adu fisik, ia bergerak melerai. Sekian lama berteman dengan Bryce dan Chad, Armando tahu posisinya dalam grup mereka. Menjadi yang paling terakhir berada di kondisi sober, juga menjadi yang paling lama bisa bertahan waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me daddy [completed]
Romance[mature and explicit content, 18+] Berawal dari usaha menyambung hidup untuk anaknya, Rosaline berakhir menjadi pemuas nafsu atasannya sendiri.