Tangisan bayi sontak membangunkan pasangan yang baru terlelap belum ada lima belas menit. Sewaktu meletakkannya di dalam baby crib, Rose bisa memastikan bayinya itu sudah benar-benar terlelap. Semestinya ia baru terbangun dua jam berikutnya untuk minum susu. Dengan begitu, Rose bisa memejamkan mata untuk beberapa saat.
"Aku saja. You need to rest." Tangan Armando menarik dan menahan lengan Rose yang hendak bangkit dari tidur.
Segera Armando bangkit dan berdiri. Ia membenahi posisi bed cover yang digunakan untuk menghangatkan tubuh Rose, mengecup kening istrinya itu seraya mengusap lembut rambut pirangnya yang diurai sebelum berjalan menuju baby crib yang terletak tidak jauh dari ranjang mereka.
"Hello, Jazzy Bear. What's wrong?"
Telinga Rose dibuat tergelitik mendengar Armando berbicara dalam nada suara yang digemaskan. Seingatnya Armando tidak seperti ini sewaktu Nate bayi. Setidaknya, seingat Rose tidak sememaksa untuk terdengar segemas ini. Belum lagi soal panggilan aneh yang disematkan untuk putri mereka.
"Let's give Mommy a break. Kita keluar sebentar, yuk!"
Armando menggendong bayi dalam balutan sleep sack merah muda itu. Tangisnya perlahan mereda setelah berada di dekapan Armando yang berjalan keluar dari kamar utama. Satu tangan digunakan Armando menutup pintu kamar, memastikan sudah benar-benar tertutup untuk mencegah suara tangisan masuk dan mengganggu tidur Rose.
Dari jendela kaca yang menutupi hampir semua sisi tembok penthouse-nya, Armando bisa melihat cahaya dari gedung-gedung pencakar langit masih menjadi sinar penerangan utama di gelapnya malam. Masih jauh menuju pagi.
Armando memilih duduk di sofa panjang di ruang tengah. Ia menyalakan televisi, sengaja menyetel tanpa suara. Lagipula fokusnya tidak pada televisi, melainkan pada bayi kecil yang bersandar di dadanya dan perlahan mulai kembali terlelap.
Jasmine Michelle Lee lahir sebagai penambah sempurnanya kebahagiaan keluarga kecil Armando. Rose yang memilih nama depannya. Katanya, ia selalu ingin menamai anak perempuannya dengan nama Jasmine. Rose juga yang memutuskan menggunakan nama ibu Armando sebagai nama tengah.
"Aku merasa berterimakasih karena sudah dicintai seperti anak sendiri, bahkan melebihi yang aku dapat dari ibuku sendiri," begitu kata Rose pada Michelle sewaktu memberitahu bahwa nama tengah Jasmine diambil dari namanya. Terang saja Michelle menangis terharu.
Sebelumnya Armando tidak pernah membayangkan akan memiliki anak perempuan. Mengingat seliar apa masa mudanya dulu, ia tidak pernah punya gambaran akan menjadi ayah untuk anak perempuan. Ia tidak pernah sampai hati membayangkan anaknya akan bertemu laki-laki sebrengsek dirinya dulu.
Hanya saja, di detik pertama ia melihat putri kecil yang baru saja dilahirkan istrinya, rasanya seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Terlebih sewaktu ia menggendong Jasmine pertama kali, merasakan jarinya digenggam tangan mungil Jasmine, merasakan kulitnya bersentuhan dengan kulit lembut Jasmine, mencium wangi tubuh Jasmine, mengusap rambut halus yang memenuhi kepalanya. Ia seakan dibuat jatuh cinta berkali-kali.
"Can you stay this little forever, Jaz? Jadi Daddy tidak perlu pusing memikirkan kemungkinan kalau kamu nanti punya pacar. I know it's too early. Mommy kalau dengar pasti juga mengomel. Mungkin nanti kamu sekolah di sekolah khusus perempuan saja, atau boleh juga di sekolah umum tapi harus satu sekolah dengan Nate. Daddy nanti akan masukkan Nate ke kelas bela diri. Jadi kalau kejadian Aunty Thea dan Uncle Shane dulu terjadi padamu, Nate bisa langsung beri pelajaran ke laki-laki itu. Ugh, Jazzy Bear, hanya memikirkannya saja Daddy sudah sakit kepala rasanya."
Armando asyik berbicara sendiri sementara Jasmine lelap menelungkup di dadanya. Tangan Armando tidak berhenti mengusap lembut punggung Jasmine, merasakan punggung kecil itu bergerak naik turun mengikuti nafas pemiliknya. Puncak kepala Jasmine sesekali diciumnya, dihirupnya dalam-dalam wangi bayi yang selalu disukanya. Wangi yang membuatnya rindu masa ketika Nate masih seusia Jasmine.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me daddy [completed]
Romance[mature and explicit content, 18+] Berawal dari usaha menyambung hidup untuk anaknya, Rosaline berakhir menjadi pemuas nafsu atasannya sendiri.