Ponsel yang biasa ia letakkan di nakas samping ranjang bergetar beberapa kali. Nada dering khas jika ada panggilan masuk terdengar. Tidak biasanya ia menerima panggilan telepon sebelum pukul 7 pagi. Bahkan ia belum selesai bersiap-siap untuk turun ke bawah dan sarapan.
Melihat nama yang muncul di layar ponselnya, kian membuat ia dipenuhi pertanyaan-pertanyaan. Bukan biasanya ia menerima panggilan telepon di pagi hari. Terlebih lagi, orang yang meneleponnya kali ini adalah putra sulungnya sendiri.
"Ya, Ar? Ada apa, Nak? Mengapa menelepon Mommy pagi-pagi begini? Semua baik-baik saja, kan?"
Seperti sewajarnya seorang ibu, yang bergumul dalam pikirannya pertama kali adalah kekhawatiran bahwa terjadi sesuatu di luar semestinya pada putranya.
"Tidak ada apa-apa, Mom. Aku hanya ingin membicarakan sesuatu," jawab Armando dari ujung telepon. "Apa sekarang Mommy sedang ada waktu kosong?"
"Tentu, Ar. Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Michelle seraya duduk di tepi ranjang.
Michelle sudah menyiapkan telinga untuk sebaik mungkin mendengarkan apa yang hendak disampaikan Armando. Bukan suatu hal biasa bagi putranya itu untuk mencari ibunya, terlebih sejak putranya tumbuh dewasa. Tentu apa yang hendak ia sampaikan kali ini adalah sesuatu yang bukan biasanya bisa putranya selesaikan sendiri.
"Dulu, sewaktu aku bayi, sampai aku usia berapa baru Mommy memutuskan hire babysitter?"
Pertanyaan aneh yang muncul dari mulut putranya. Michelle sudah menyiapkan perkiraan pertanyaan lain, namun pertanyaan Armando kali ini jauh di luar perkiraannya.
"Sampai Mommy tahu kalau Mommy hamil lagi. Berarti sewaktu kamu sudah merayakan ulang tahun pertama," jawab Michelle.
"Jadi di setahun pertama, Mommy mengurus aku sendiri? Full sendiri, tanpa helper?" tanya Armando.
Michelle mengangguk. Sebuah senyum tersungging di bibirnya mengingat masa-masa ia pertama menjadi ibu. Bisa dibilang, ia teramat protektif pada Armando. Michelle tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada putra pertama yang ia rawat sendiri itu.
Barulah ketika tahu bahwa ia mengandung Thea, perlahan Michelle mengikhlaskan untuk Armando dirawat babysitter untuk meringankan pekerjaannya. Sebelumnya Michelle berpikir bahwa ibu yang sesungguhnya adalah yang 24 jam merawat anak mereka sendiri. Meski memang sesekali mendapat bantuan dari ibu dan mertuanya, Michelle-lah yang sepenuhnya merawat Armando sendiri di satu tahun pertama hidupnya.
"Tentu Appa-mu membantu jika tidak sedang bekerja. Sesekali juga dibantu Halmeoni dan Oma jika mereka datang berkunjung ke rumah. Itupun Mommy pasti ada di dekat mereka sewaktu mereka mengurus kamu. Pokoknya setelah kamu lahir, kemanapun Mommy pergi, kamu ikut," ucap Michelle.
"Kalau begitu Mommy tahu cara merawat newborn sendirian, kan?"
"Of course!" katanya. "Ada apa, Ar?"
Michelle sudah tahu kemana arah pembicaraan ini. Namun, ia mencoba sabar menunggu sampai Armando menjelaskannya sendiri.
"Hari ini sampai hari Senin, aku akan ke Ibiza bersama Bryce dan Chad. Jika Mommy berkenan, bolehkah sesekali Mommy datang ke apartemen Rose untuk menengoknya? Aku tahu dia bisa merawat Nate sendiri, hanya saja hari-hari sebelumnya ada aku yang membantunya meski tidak seharian penuh. Aku khawatir mengurus Nate seharian penuh selama beberapa hari akan membuatnya kewalahan, atau terjadi sesuatu pada Nate yang Rose tidak tahu harus disikapi bagaimana."
Dari nada bicara Armando dan rentetan kalimat-kalimat yang ia ucapkan seolah dalam keadaan tergesa, Michelle tahu kekhawatiran putranya itu penuh ketulusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me daddy [completed]
Romance[mature and explicit content, 18+] Berawal dari usaha menyambung hidup untuk anaknya, Rosaline berakhir menjadi pemuas nafsu atasannya sendiri.