Aroma khas air asin laut dan pasir pantai, alunan musik khas Hawaii, deburan ombak yang silih berganti menggulung, dan terik matahari sore menyambut kelima indera milik Rose sesaat setelah ia keluar dari dalam mobil. Armando bergerak cepat ke bagasi belakang yang sudah terbuka sedikit. Melihat Armando mengeluarkan koper miliknya membuat Rose merasa tidak enak hati dan berusaha membantu mengeluarkan koper milik Armando. Namun tangan Armando yang lebih besar dan cekatan, lebih dulu mengeluarkannya.
"Kamu ambil claim ticket valet-nya saja," ujar Armando yang menunjuk ke arah petugas valet di samping pintu masuk hotel.
Rose mengangguk dan berjalan ke arah petugas berpakaian seperti halnya petugas valet di New York, mengenakan setelan hitam dan berperawakan sangar.
"Aloha! Selamat datang di hotel kami. Ini claim ticket-nya, mohon untuk tidak dihilangkan. Jika Anda butuh mobil Anda, bisa menghubungi customer service melalui telepon yang tersambung di ruang kamar Anda atau langsung turun ke lobby. Terima kasih."
Meski dibalut setelan hitam dan tetap berperawakan sangar, petugas valet di hotel ini jauh lebih ramah dibanding petugas valet di New York. Mungkin karena di New York, semua orang seakan dituntut untuk menjalani hidup yang keras dan penuh tekanan. Mungkin juga karena petugas valet yang selama ini Rose temui adalah petugas valet di gedung biasa dengan bayaran per jam yang tidak seberapa untuk membayar mereka agar selalu menyunggingkan senyum dan keramahan. Mungkin di hotel bintang lima, restoran tujuan fine dining, atau apartemen eksklusif yang ada di New York juga memiliki petugas valet seramah petugas valet hotel ini, hanya saja Rose belum pernah ke tempat-tempat mahal dan elit seperti itu sebelumnya. Jadi, ini kali pertama ia menemui keramahan pelayanan petugas valet.
"Sudah, ya?"
Armando datang dan berdiri di samping Rose tiba-tiba. Melihat Armando, petugas valet kembali tersenyum dan sedikit menunduk, menyambut hangat.
"Oke. Terima kasih," ujarnya sebelum masuk ke dalam lobby hotel menggeret dua koper di tangan kanan dan kirinya.
Rose berjalan menyusul di belakang Armando yang sudah terlebih dulu masuk. Claim ticket yang diberi petugas valet tadi ia selipkan di dalam dompet.
Armando menemukan spot kosong di salah satu sofa yang disiapkan petugas hotel sebagai tempat tunggu.
"Aku atau kamu yang check-in?" tanya Armando setelah meletakkan dua koper yang tadi digeretnya di samping sofa yang kosong.
"Saya saja, Pak," jawab Rose dengan segera.
Ia berjalan ke arah meja resepsionis di tengah ruangan besar yang megah. Dari dalam tas kecil yang ia selempangkan di tubuhnya, ia mengambil ponsel miliknya. Meski sudah melakukan reservasi melalui situs web hotel, biasanya pihak hotel meminta biaya deposit atau jaminan dan Rose tidak punya cukup uang tunai di dompet. Bodohnya, ia lupa meminjam kartu kredit milik Armando.
"Aloha! Selamat datang di Honolulu. Selamat datang di hotel kami. Ada yang bisa kami bantu?"
Di belakang meja resepsionis, sudah ada empat perempuan berparas cantik dengan kulit sedikit eksotis. Masing-masing dari mereka menghadapi klien dan pengunjung yang berdiri di balik meja resepsionis. Petugas di hadapan Rose adalah seseorang dengan lesung di kedua sisi pipi.
"Saya hendak melakukan check-in atas nama Armando Lee," kata Rose seraya menunjukkan bukti reservasi dari situs hotel.
Petugas itu menyunggingkan senyuman sembari melihat ke arah layar ponsel Rose.
"Mohon izin meminjam ponselnya sebentar," ucap petugas itu dengan penuh kelembutan.
Rose tersenyum dan menyerahkan ponselnya pada petugas itu. Ia mengambil kesempatan untuk melihat sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
call me daddy [completed]
Romance[mature and explicit content, 18+] Berawal dari usaha menyambung hidup untuk anaknya, Rosaline berakhir menjadi pemuas nafsu atasannya sendiri.