Hai!! Annyeong.. How are you?
Long time no give update here hehe. I hope you all not forget me :)
I just finished my final exam Alhamdulillah. If you think that I'm totally stop writing during my exam, NO! Totally not. Cause, you know, sometimes i got bored of study or if i felt it too difficult endedly thinking one or two sentences to post here and wrote on my draft. "If life becomes hard, the easiest way is running away wkwkwk Moon Gang Tae said". And during that time my brain felt like Turning ON allday so actually that's perfect time to write. I had a lots of draft, so don't worry, i'll post here soon.
~
Jadi, topik yang akan author bahas kali ini adalah mengenai Turning Point. What is it? Let's find out.
Di sebuah interview, kayaknya udaa lama deh, ketiga pemeran utama ditanyai sebuah pertanyaan,
"Has your character changed any prenotions you have about anything?"
Sebenernya, author pribadi ga bisa menerjemahkan secara harfiah pertanyaan itu, tapi intinya adalah tentang bagaimana karakter dalam drama ini mengubah beberapa prinsip dalam kehidupan.
Seo Yea Ji Unnie menjawab, "Biasanya orang akan membuat penilaian setelah melihat satu sisi tingkah laku seseorang dan memiliki prasangka. Ko Mun Yeong tidak memiliki prasangka ketika melihat seseorang dan karena saya berakting seperti itu, itu menjadi titik balik dimana saya mencoba menjadi seperti itu dalam kehidupan nyata."
First time I heard that, I'm speechless. Like.. Ah iyaa.. Ko Mun Yeong sama sekali tidak memiliki prasangka terhadap orang lain. Di sisi lain karena ia terlalu memikirkan dirinya sendiri yang membuatnya fokus pada dirinya bukan orang lain. Mun Yeong menilai orang melalui apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar dengan mata dan telinganya sendiri, bukan apa yang ia pikirkan.
Do you know what I mean?
Sebenernya apa yang dilakukan Mun Yeong ini agak berat untuk diterapkan di kehidupan. Yah, biasanya orang sering punya pemikiran "Why? Why she/he act like that? Is there something wrong? or etc" Ga mungkin kalau gada prasangka tentang orang lain. Right? or it's just me wkwkwk
Karakter Ko Mun Yeong disini digambarkan sebagai seseorang yang emotionless or someone who life likes Zombie. She doesn't care what other people think or feel. Itulah mengapa ia sampai tidak memikirkan prasangka-prasangka buruk tentang apa yang orang lain pikirkan.
Sebenernya, ada sisi positif dan sisi negatifnya. Sisi positifnya udah jelas kan? Kita tidak boleh memiliki prasangka negatif mengenai orang lain. Belom tentu apa yang mereka pikirkan dan rasakan menurut prasangka kita sendiri itu benar adanya, walaupun belom tentu salah juga sih, wkwk rumit deh :)
Tapi ada juga sisi negatifnya, menurut author prasangka itu diperlukan juga saat-saat tertentu. Pastinya, prasangka yang positif. Kalo negatif jadinya suudzon dong. Yah, dalam melakukan interaksi dengan orang lain kita butuh prasangka juga gasi? Knowing what might they want and they think when dealing something, or other situation. In chase not to make the situasion becomes bad.
Intinya, kita harus pintar-pintar memilah dimana dan kapan prasangka kita terhadap orang lain itu tidak akan merugikan siapapun. Entah itu diri sendiri ataupun orang lain.
Yak, sebenere gada yang melarang juga kalau mau punya berprasangka asalkan engga mengarah pada suudzon atau hal-hal buruk.
Tapi eh tapi..... kita harus aware juga gituu. You know right? Banyak juga kasus penipuan, hipnotis atau kasus lain karena terlalu berprasangka baik :"
Tapi percaya aja deh, jika kita berbuat baik dengan tidak suudzon terhadap orang lain, InsyaAllah akan dilindungi oleh Sang Pencipta.
Hmm.. mbulet gasi? Bahasan ini agak rumit sebenernya. Author yang nulis aja bingung :)
~
Next, jawaban dari Oh Jung Se "Saya sangat berhati-hati dan belajar banyak tentang memerankan karakter Sang Tae. Saya belajar bahwa Autisme bukanlah penyakit namun sesuatu yang dimiliki sejak lahir. Jadi saya belajar untuk tidak mengatakan 'Saya menderita Autisme'. Karena menderita berarti menganggap Autisme adalah penyakit."
That's right. Selama ini orang-orang mungkin menganggap Autisme adalah penyakit. Padahal itu tidak bisa diobati karena merupakan bawaan dari lahir.
~
And you? What's your Turning Point?
Titik balik ketika kamu berkata "Ahh iyaa... harusnya bukan begitu tapi begini..."
~
Ketika memasuki dunia kepenulisan, ada sesuatu yang menjadi titik balik author.
You know, sometimes, I'm afraid of Toxic Positivity. Aku terkadang takut pada tulisanku sendiri wkwkwk. Apalagi tulisanku rata-rata bertema Non Fiksi. I have my own reason why i don't touch fiction anyway.
But writing is not simple things.
Selama ini aku selalu menuliskan kata-kata yang positif. Tapi ada saat dimana aku takut kalo kepositifan itu justru mengarah pada ketoksikan. Contoh, semisal ada temen yang lagi curhat terus aku bilang "You should be strong" Itu konteksnya positif kan ya? Tapi bisa juga toxic why? Cause sometimes wounds doesn't make us stronger, but it's just make us suffer. Seharusnya yang aku katakan adalah "It's Okay to be sad, there'll be a day that you will be smile again. Fighting!" Kecuali jika kamu sendiri yang berkata pada diri sendiri "You should be strong" ketika kamu merasa bahwa kata-kata itu yang paling tepat untuk membuatmu tetap bertahan dimasa sulit.
Atau contoh lain
Ketika aku berkata "Hey, you are clever. You can do it for sure!" Kata-kata itu bisa melebur menjadi frustasi apabila tujuannya gagal tercapai. Diam-diam meracuni. Dengan berkata begitu justru menambah beban bagi mereka karena jika gagal, rasa sedih itu akan tercampur dengan rasa malu.
Tapi kata-kata "You can do it" juga bisa menjadi katalis bagi orang lain untuk melakukan sesuatu jika digunakan pada saat yang tepat.
~
So yeah, satu kalimat, beberapa patah kata dapat memiliki makna yang berbeda jika digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda pula.
Tapi setidaknya tulisan dapat dihapus dan diganti apabila dirasa kurang tepat, sedangkan ucapan tidak bisa. Iya kan? Walaupun terkadang tulisan yang terlanjur tertorehkan juga tidak bisa dihapus :)
~
"It's Okay To Not Be Okay"
Kuharap judul dari buku ini dapat menetralkan semua ketoxican yang mungkin tak sengaja author torehkan disini :)
THANK YOU FOR READING
AND
FIGHTING
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Okay To Not Be Okay : Life Lesson and Mental Health
No FicciónMengenai semua quotes dan dongeng yang ada di drama It's Okay To Not Be Okay beserta pesan pesan yang dapat diambil dari drama ini disertai dengan pembahasan singkat beberapa scene yang mengangkat tema Mental Health. Buku ini juga menggali hal-hal...