It's You #2

106 9 0
                                    

MY : Pergi dari sini. Seperti yg kau katakan, aku bukan tong kosong. Aku punya perasaan. Jadi aku tak bisa melupakannya. Seumur hidup, aku tak bisa melupakan deritamu dan kakakmu karena diriku. Kau juga akan sengsara tiap kali melihatku.

GT : Kita tak boleh lupa dan harus menghadapinya. Dengan begitu, kita akan menjadi dewasa dengan jiwa yang bertumbuh. Kita anggap ini semua sebagai mimpi buruk saja. Aku yakin pasti bisa.

MY : Jangan berpura-pura. Jangan berpura-pura tidak sakit. Jangan berpura-pura baik - baik saja. Bukan hanya kepada kakakmu, kau juga berpura-pura dihadapanku. Aku akan terus merasa bersalah, tertekan, dan menderita tiap kali melihatmu dengan topeng seperti itu. Aku memohon kepadamu karena tak mau hidup seperti itu. Pergilah dari rumah ini

GT : Apa kau serius?

MY : Ya, aku ingin hidup sendiri seperti sebelumnya. 

~

The Aftermath. Ketika Mun Yeong merasa bahwa dirinya hanyalah pembawa sial hingga merasa tak layak untuk hidup bersama orang lain. Ia juga merasa sangat bersalah dan tak ingin hidup dengan bayang-bayang perasaan itu. 

"Jangan berpura-pura"  Mungkin pesan ini juga berlaku untuk semua orang. It's Okay to Not Be Okay. Terkadang, ada saat dimana kamu harus menyerah dengan semua kedustaan itu. Terkadang, kamu harus menyerah untuk berperang atas ketidakapa -apaan yang selalu divisualisasikan. Berkata, "Aku tidak baik-baik saja"  memang sedikit berat. Karena itu berarti kamu harus siap atas segala konsekuensinya. Harus siap atas segala efek sampingnya, entah itu marah, menangis, atau membuat diri semakin terluka. 

Pernah gasi? Ketika kamu mendoktrin diri dengan kalimat "I'm Okay" lalu kamu merasa baik baik saja walaupun ada sesuatu yg mengganjal. Lalu saat kamu kalah, dan mulai berkata "Actually I'm not Okay" lalu air matamu tumpah tak tertahankan. Hal baiknya, hatimu merasa lebih tenang setelahnya. 

Terkadang kamu harus membiarkan dinding itu runtuh untuk beberapa orang tertentu. Dinding yang mengatakan bahwa "Aku benar-benar baik-baik saja." Karena kita hidup berdampingan dengan orang lain. Beberapa orang tak akan tertipu atas semua gapapa-mu itu. 

Untuk konteks Mun Yeong, semakin Gang Tae menyembunyikan dirinya maka ia akan semakin merasa bersalah atas apapun yang terjadi. Karena ia menjadi tak bisa membedakan kapan Gang Tae menjadi dirinya dan kapan ia hanya berakting. 

Sometimes, saying I'm perfectly fine  when the truth is I'm not okay  just make you have distant with other people. 

~

JS : Gang Tae, akui saja. Lebih mudah mengakuinya.

GT : Apa?

JS : Bahwa kau lemah. Kau sama sekali tidak kuat. Kau sangat lemah. Kau seperti itu. Begitu juga dengan Ko Mun Yeong. Orang lemah biasanya akan berpura-pura kuat. Karena kau sangat lemah, kau tak bisa mengabaikan orang-orang yang lemah sepertimu. Kalian saling menarik seperti magnet karena ingin bersandar dan mengandalkan satu sama lain. Makanya kalian harus bersatu. Orang-orang lemah harus bersatu agar tak terkalahkan.

~

JW : Saat bersama Do Hui Jae, kau ingin membunuhnya kan?

GT : Ya

JW : Lalu kenapa kamu tidak membunuhnya?

GT : Karena aku teringat Mun Yeong

JW : Ya, itu dia. Wajah yang sangat kau benci, ternyata juga bisa menyelamatkanmu. Itu bisa menahanmu untuk tidak meledak.

~

See, meskipun Takdir seakan bercanda terhadap mereka berdua, namun nyatanya, mereka memang bukanlah Romeo dan Juliet yang memiliki ending yang tragis. Sejatinya mereka berdua memang ditakdirkan bersama. Seakan ada magnet yang saling tarik menarik diantara mereka. 

Its Okay To Not Be Okay : Life Lesson and Mental HealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang