I just checked my twitter and i got ghoosebump because Its Okay To Not Be Okay become trending all over the world today ( 13 nov). Is it amazing, isn't it? Perfectly 3 month after the drama ending and the power of them still on air. Yup, aku sempet baca beberapa twt yg isinya berterima kasih pada drama ini, apresiasi, harapan, dan lain lain. That are all positive. Membuktikan gimana drama ini mampu mengambil hati banyak orang. Well, i'm not that surprised because i fall in love with this drama so much.
~~~
Jadi, author mau mengangkat satu topik tentang Ko Mun Yeong. Sebelum bertemu Gang Tae dan Sang Tae, sebelum ia benar benar merasakan kehangatan dalam hidupnya, kita mengenal sosok Mun Yeong sebagai sosok yang egois, hanya mementingkan dirinya sendiri, seolah tak peduli pada orang lain, dingin, dan terkadang kejam. Sosoknya yg sangat gelap bagi orang lain. Namun, dapatkah kalian melihat sebuah kebaikan di balik sifatnya ini?
Yup. Dia tidak mempedulikan orang lain. Entah itu hidupnya, kesuksesannya, prestasinya, dan apapun itu. Ko Mun Yeong tak pernah mengambil pusing atas hidup orang lain. Dia bahkan seakan tak peduli tentang apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. So, dimana sisi positifnya?
Dia tak pernah merasa iri dengan hidup orang lain. Dia juga tak pernah merasa rendah diri. She is perfectly fine with her life. How hurt it is. How cruel it is. She lifes with her own. Dia tak pernah mempermasalahkan hidup orang lain. Dia tak pernah sekalipun mencari tau tentang hidup orang lain.
Setelah dipikir-pikir, sisi egois Ko Mun Yeong hanya muncul saat dia ingin melindungi dirinya. Ia hanya tak mau orang lain menorehkan luka lain dalam hidupnya. Dan juga, ia tak pernah melukai orang lain dengan sifatnya itu kecuali beberapa orang yang memang pantas mendapatkannya.
Dia memang egois, tapi justru keegoisannya itu yang seakan menjadi dinding antara ia dan orang lain. Ia hanya fokus pada hidupnya sendiri. Dan dilain sisi dia tak pernah menjadikan hidupnya sendiri sebagai arena perlombaan. Tidak seperti kebanyakan orang yang berlomba lomba untuk menjadi pemenang. Bekerja keras agar menjadi yang terbaik. Mendaki dengan susah payah agar dapat mencapai titik tertinggi.
Emmm, it's okay to have goals. Its okay to have a big dream. Gapapa kok pengen jadi yang terbaik. Tidak ada yang melarang. But, don't ruin your life too much. Jangan sampe ambisimu itu justru perlahan merusak hidupmu. Dan menyia-nyiakan waktu berhargamu.
Is it funny right? Terkadang, seseorang bisa menjadi sangat rakus. Berusaha keras untuk menjadi yang terbaik. Menghalalkan segala cara untuk menjadi yang paling sempurna. Padahal, manusia tidak ada yang sempurna.
Terkadang ambisi itu menjadikan orang lain sebagai musuh yang harus dikalahkan. Ambisi itu yang membutakan segalanya. Dan ketika diri tidak berhasil mencapai satu tujuan, timbul rasa iri melihat orang yang lain dapat mencapai tujuan itu dengan mudah. Iri, dengki, hasad atau apapun itu. Dan muncul penyakit lain, yaitu rendah diri. Itu hanya akan merugikan diri sendiri dan juga, mungkin secara tidak sadar mendzolimi orang lain. That's really bad. Please stop...
I want to make it clear once again. Bukan berarti, berusaha menjadi yang terbaik itu salah. Bukan berarti persaingan itu buruk. Tapi, yang sedang author kritisi adalah cara untuk menggapai posisi 'itu'. Jangan sampai mengambil langkah yang salah demi mencapai titik tertinggi.
~~~
Hidup ini bukanlah arena perlombaan. Bukan tentang siapa yang lebih unggul. Bukan pula tentang siapa yang menjadi yang terbaik. "Tetapi tentang siapa yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain." that's my father said.
~
Ko Mun Yeong, seseorang yang bahkan tak terjatuh setelah menerima segala bentuk hujatan. Dia sama sekali tak peduli apa kata orang. Kecuali apa yang mereka bicarakan itu benar benar diluar rasa kemanusiaan. Dia tak pernah sekalipun mencoba untuk menjadi orang lain. Tidak peduli semisal orang lain mendapatkan berton ton emas sekalipun, ia tak pernah berpikir untuk menyaingi mereka.
She is just an ordinary girl who lifes with her own life. She is too focus on her own achievement. That's why she can be shinning as much as possible.
~
Emmm dalam hidup, terkadang kita mudah iri atas pencapaian orang lain. Semisal orang berhasil mencapai suatu prestasi tertentu, maka diri ini seakan bergejolak untuk mencoba mengimbangi, atau bahkan mencoba untuk menjadi seperti dirinya. But, actually it's nor necessary right? Karena kamu adalah kamu. Dan aku adalah aku. Kita hanya perlu menjadi diri sendiri.
~
Cobalah menjadi seperti Ko Mun Yeong dalam konteks tertentu. Belajarlah untuk memahami bahwa hidup orang lain itu bukan menjadi urusanmu. Fokuslah pada kehidupanmu sendiri.
Ketika kamu fokus untuk mencapai tujuanmu, tidak berpikir untuk menjatuhkan orang lain demi ambisimu sendiri, fokus dan hanya fokus pada dirimu. Dirimu yang berusaha menjadi lebih baik. Dirimu yang bekerja keras untuk satu tujuan. It'll get easier to reach your dream.
Hidupmu adalah hidupmu. Dan hidupku adalah hidupku. Kita memiliki jalan hidup yang berbeda. We will be shine in our life. Kita mungkin hanyalah pemain pembantu di kehidupan orang lain, yang hanya muncul sejenak, terkadang tak dianggap, dan tidak berperan penting. Tapi, kita adalah pemeran utama dalam kehidupan kita sendiri. So, make a good story in your own drama and be shine as sunshine in your own world.
~
Daripada berlomba, bukankah lebih baik berjalan bersama?
Bukan saling mendahului, tapi saling bergandengan dan meringankan beban satu sama lain. Rasanya akan lebih mudah untuk mencapai satu tujuan, kan?
~
ps : ditulis setelah melalui beberapa proses editing. Sejujurnya aku author tidak yakin apakah pesanku dapat tersampaikan dengan baik. But, i hope you will get it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Okay To Not Be Okay : Life Lesson and Mental Health
No FicciónMengenai semua quotes dan dongeng yang ada di drama It's Okay To Not Be Okay beserta pesan pesan yang dapat diambil dari drama ini disertai dengan pembahasan singkat beberapa scene yang mengangkat tema Mental Health. Buku ini juga menggali hal-hal...