18

13.2K 1.1K 61
                                    

Narasinya di baca ya seyengg😄

~Enjoy it guys~

Dunia itu kejam, jadi berhati-hatilah. Kalimat itu seperti petuah orang yang tersebar dari mulut ke mulut. Dari orang berpengalaman kepada orang yang kurang berpengalaman. Dari orang tua kepada yang lebih muda. Dari orang yang sudah merasakan bagaimana kerasnya kehidupan kepada orang yang baru akan merasakan pelik hidup dan serta mertanya.

Ambil contoh sederhana saja. Di depan sana, lebih tepatnya di jalanan gang-gang sempit berjalan seorang laki-laki. Bermodalkan jaket bertudung, ia menerobos hujan lebat yang sudah mengguyur sejak sejam yang lalu.

Langkah kakinya menyusuri gang-gang yang sepi. Memang, orang gila mana yang memilih berada diluar disaat hujan dan petir menyambar tiada henti. Pilihan tidur berselaput selimut tebal akan menjadi opsi terbaik yang dipilih banyak orang. Mungkin laki-laki itu adalah pengecualian.

Sepatu convers warna hitam dibiarkan basah kuyup menutupi kedua kaki itu. Tidak peduli jika nanti sepatunya akan susah kering, mengingat matahari bahkan susah ditebak kapan akan muncul. Hari apa saja, jam berapa, dan lain sebagainya.

Diujung gang yang entah terhitung keberapa yang telah ia lewati, netranya menangkap jalanan besar. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang, mengingat waktu sudah beranjak tengah malam.

Tungkai kakinya ia bawa ke halte terdekat. Berharap dalam hati semoga saja ada bus yang lewat dan sudi membawa dirinya ke tempat tujuan. Terdengar mustahil, tapi tidak ada yang tidak mungkin.

🌠🌠

Bunyi suara pintu terdengar di kesunyian malam. Menutup pintu dengan pelan berusaha tidak menimbulkan satu pun suara. Tidak berniat menganggu penghuni lainnya terbangun dari mimpi mereka.

Suara pintu terdengar untuk kedua kalinya. Pintu kamar berwarna hitam terbuka setengah lalu kembali tertutup rapat. Langkahnya ia bawa ke kamar mandi lalu melepas jaket serta pakaiannya yang basah dan menaruhnya pada sebuah ember. Esok hari ia akan mencuci itu semua, tekadnya dalam hati.

Setelah membilas badan selama sepuluh menit dengan air dingin, ia mengambil kaos dan celana pendek untuk setelan tidurnya. Mengisi daya baterai handphone ke stopkontak yang ada diatas meja lalu merebahkan badan ke ranjang yang hanya cukup diisi satu orang.

Hujan tetap masih terdengar diluar sana. Bahkan lebih deras daripada tadi. Ia mengela napas berat lalu menghembuskan kasar, kemudian mencoba menutup matanya dan berselancar dalam mimpi.

Hari ini berjalan lumayan berat.

🌠🌠

Kedua mata itu mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya matahari yang mengintip di sela-sela tirai kamar berukuran sedang. Ia menggeliat pelan lalu mengerang karena merasa tidurnya terganggu.

Netranya mengedar untuk mencari jam dinding. Jam sepuluh pagi dan matahari baru menunjukkan wujudnya. Ia beranjak dari ranjang lalu membawa tungkai kakinya ke kamar mandi.

Berganti pakaian yang kemarin ia beli di toko pinggir jalan lalu melepas label merknya dan membuangnya di tempat sampah. Setelan lamanya ia masukkan ke kantong plastik warna hitam lalu membawanya keluar kamar mandi.

Setelah bercermin dan merasa tampilannya tidak terlalu buruk, ia mengedarkan pandangan ke sekitar guna menelisik apa ada barang yang tertinggal atau tidak. Setelah dirasa cukup, ia menyambar ponsel miliknya lalu melangkah kearah pintu.

Ia berjalan kearah meja resepsionis. Terdapat dua wanita cantik dengan dandanan elegan serta berseragam serasi menyambutnya dengan senyuman.

"Aku kembalikan chargernya." Ucap laki-laki itu seraya mengembalikan kabel berdaya berwarna putih keatas meja.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang