~Enjoy it guys~Hari senin menjadi hari sibuk yang sudah menjadi seluruh kebiasaan manusia. Di waktu yang bersamaan, terlihat laki-laki dengan tubuh tegapnya baru saja keluar dari lift dengan memperbaiki jas kerja yang ia pakai. Jas berwarna navy dengan harga yang ditafsir sekitar 200 juta terbalut dengan nyaman di tubuh itu.
Ia mengambil ponsel yang ada di saku celana kain berwarna senada lalu menempelkan benda itu di telinga.
"Aku akan segera berangkat." Suara itu keluar dari mulutnya setelah mendengar serentetan kalimat panjang dari lawan bicara di seberang sana.
"Kenapa kau cerewet sekali? Diam atau aku akan membeli mulutmu!" Ancam laki-laki itu. Telinganya sudah cukup panas mendengar celotehan yang menurutnya hanya membuang waktu.
"Tentu saja, aku bisa membeli mulut cerewetmu itu. Aku memiliki banyak uang." Sahutnya lagi.
"Lima menit lagi. Beri aku waktu lima menit untuk setidaknya meminum kopi dan makan selembar roti." Ucapnya.
Tut
Tanpa mendengar balasan dari lawan bicaranya, ia sudah menutup panggilan terlebih dahulu. Dirinya tidak ingin paginya diawali dengan momen buruk semacam tadi.
"Arsen." Suara itu membuat laki-laki yang sedang meminum kopi hitamnya sontak menoleh ke sumber suara.
"Mama." Balas Arsen tersenyum. Ia beranjak dari duduknya dan menunggu Leona menghampiri dirinya.
Mereka berpelukan singkat lalu Leona menepuk kedua bahu anaknya beberapa kali guna memberi semangat.
"Kamu sudah akan berangkat? Sepagi ini?" Tanya Leona. Ia berjalan kearah pantry dan sibuk membuat teh hijau.
"Hm." Balas Arsen singkat.
"Bahkan sekarang masih jam enam pagi. Matahari juga masih belum terlihat." Komentar Leona. Wanita itu duduk di hadapan Arsen.
"Jangan lupakan, jika sekarang musim hujan. Matahari akan baru muncul jam delapan nanti." Balas Arsen.
"Farras sudah mengacau sejak jam empat tadi. Ia menyuruhku untuk segera ke kantor." Lanjut Arsen memberitahu alasan kenapa ia harus berangkat sepagi ini.
"Apa ada masalah?" Tanya Leona. Ia sangat hapal tabiat Farras. Laki-laki seumuran dengan Arsen yang berprofesi sebagai sekertaris anaknya.
"Tidak, hanya saja aku ingin mengatur ulang jadwalku. Rasanya waktu sehari 24 jam tidak cukup bagiku." Balas Arsen.
"Kamu perlu istirahat. Papa dan Ansel akan membantumu, jadi ambil cuti untuk beberapa hari kedepan. Tubuh dan pikiranmu memerlukan ruang santai." Ucap Leona memberi saran.
"Aku akan memikirkannya." Sahut Arsen. Ia beranjak dari duduknya dan tersenyum tipis kearah Leona.
"Aku berangkat." Pamit Arsen.
"Hati-hati." Balas Leona dengan menatap punggung anaknya yang semakin menghilang.
🌠🌠
Laki-laki itu baru membuka matanya saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Matahari sudah terbit dan sinarnya berhamburan masuk ke dalam kamarnya.
Ia segera bangun lalu duduk di tepi ranjang. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri saat tidak menemukan siapapun.
Beranjak dari duduknya lalu membawa tungkai kaki kearah balkon. Menikmati pemandangan luar meskipun terhalang oleh pintu balkon berbahan kaca.
"Selamat pagi, Tuan Muda." Ucapan itu sontak membuatnya membalikkan badan menghadap kearah lawan bicara.
"Selamat pagi juga, paman Ervin." Balas Zafran tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRAN
Teen FictionNamanya Zafran Aciel. Sangkar emas yang diciptakan keluarganya telah mengurung laki-laki itu selama 16 tahun. Peraturan dan larangan selalu menghantuinya 24 jam. Semua kegiatannya sudah tertulis dengan rinci, jelas, dan akurat tanpa ada bantahan. Si...