39 (peek a boo)

6.3K 495 142
                                    

~Enjoy it guys~

Cahaya putih itu seolah menuntunnya untuk keluar dari lorong gelap yang kelam. Berjalan demi langkah, semakin dekat dan mendekat.

Jemarinya bergerak sangat pelan, matanya berkedip tiga kali. Ia meringis pelan saat rasa sakit mulai datang menyerang tubuhnya.

"Tuan Muda?" Suara itu seolah memaksanya untuk membuka mata dan melihat siapa yang berbicara.

"Panggil Dokter!" Suara lain menyahuti. Matanya masih berkedip, berusaha menyesuaikan dengan cahaya dan melawan rasa berat di kelopak mata yang seolah menyuruhnya untuk terlelap lagi.

Telinganya menangkap beberapa langkah kaki seolah tergopoh-gopoh mendekat. Tapi ia tak bisa melakukan banyak hal.

"Sayang." Suara lembut itu menyapa indera pendengarnya. Ia merasakan sebuah tangan mengusap rambutnya.

Tangannya digenggam oleh tangan lain yang lebih kekar, tapi ia tak bisa melihat dengan jelas.

"Tuan Muda, ikuti intruksi saya." Suara bariton itu memberikan nada perintah.

"Buka mata Anda pelan-pelan. Saya tak akan memaksa, tapi cobalah semampu Anda."

Mendengar intruksi itu membuat dirinya perlahan membuka mata yang masih sangat terasa berat. Kelopak itu terbuka satu kali lalu menutup lagi, dan berkedip beberapa kali.

"Anda kesusahan dengan cahaya di ruangan ini? Mengangguk jika Anda merasakan itu." Intruksi lain diberikan.

Ia mengangguk sebagai jawaban. Tak lama ia mendegar suara lain terlontar, "Redupkan lampunya."

Meski dari awal, ia tak bisa melihat dengan jelas. Tapi sekarang, ia yakin penerangan saat ini menjadi lebih gelap.

"Sekarang coba buka lagi mata Anda."

Mendengar itu, dirinya mencoba membuka kelopak matanya lagi. Dua detik bertahan, ia berkedip beberapa kali. Netranya mengedar untuk melihat orang di sekitarnya.

"Tuan, Nyonya. Tuan Muda Zafran berhasil melewati masa komanya." Ucap pria berjas putih itu.

Leona sontak memeluk anak bungsunya. "Sayang, kau sadar. Terima kasih sudah bertahan."

Mendapat pelukan itu, membuat Zafran terdiam. Ia berusaha mengumpulkan kepingan memori.

"Koma? Jadi, dirinya koma? Berapa lama ia koma?" Pertanyaan itu memutari otaknya.

"Akan ada beberapa pemeriksaan lebih lanjut. Satu jam lagi, saya akan kembali setelah tim saya menyiapkan ruangan untuk pemeriksaan lebih detail terhadap tubuh Tuan Muda Zafran."

"Ya, aku ingin yang terbaik untuk anakku." Suara itu membuat Zafran menoleh dengan patah-patah.

Tak jauh dari posisinya, sang papa berdiri dengan setelan jas berwarna navy. Tak banyak berubah dari pria itu, kecuali kantong mata yang menghias di wajahnya.

Sadar saat ia diamati oleh si bungsu, Darel melangkah mendekat. Ia mengecup singkat dahi anak itu.

"Kau tidak boleh pergi semudah itu." Ucap Darel.

Zafran menatap papanya dalam diam, ia ingin menjawab tapi bibirnya terasa kilu dan kering.

-

Banyak yang gagal move on sama cerita Zafran?

Tbh, that's me hahaha

Tapi ya tapi, masa aku harus lanjutin cerita ini disaat judul cerita udah kutulisin end😭 terus aku udah ada Kalopsia juga.

Harusnya part ini udah bisa jadi epilog gasihh? Plis jawab iyaaa

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang