~Enjoy it guys~Neraka bagi Zafran adalah bangunan bercat putih bertingkat lima belas. Tempat itu menjadi destinasi yang sangat ia hindari. Meski, sebenarnya tidak bisa ia hindari juga.
Dirinya sudah sangat jarang pergi keluar. Pergi pun hanya ke bangunan putih itu. Sungguh menyebalkan memang, tapi mau bagaimana lagi.
Semua keluarganya selalu berkata 'Dunia luar berbahaya untukmu' setiap ia mengutarakan keinginannya untuk sekedar pergi ke taman yang berjarak 500 meter dari mansionnya.
Jangan mengira, ia tidak mencoba untuk melawan. Bahkan sikap itu sudah tidak bisa dihitung jari. Berulang kali ia mencoba memberontak, maka berulang kali pula keluarganya mengeluarkan banyak ultimatum baru.
Seperti pepatah; keluar kandang singa, masuk ke kandang buaya. Benar-benar tidak ada yang menguntungkan.
🌠🌠
Sudah satu minggu Zafran terkurung di kamar inapnya. Selama itu pun seluruh anggota keluarganya tidak pernah absen untuk menjaga dirinya. Infus masih setia menempel di telapak kirinya, nasal cannula juga masih bertengger manis di hidung mancungnya.
Setiap pagi perawat akan ke kamarnya untuk mengambil sampel darah. Ingin mengetahui perkembangan penyakitnya.
Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tubuh laki-laki itu terbalut piyama berwarna navy. Ia sudah menyelesaikan acara sarapannya dan sekarang hanya bersantai.
"Ma." Zafran angkat suara. Ia menoleh kearah mamanya yang sedang bermain ponsel.
"Ya. Kenapa?" Balas Leona. Ia segera beranjak dari duduk lalu menghampiri Zafran.
Laki-laki itu duduk menyandar di ranjang yang diatur setengah duduk. Makanan yang tadi dilahap harus masuk dan dicerna lambung terlebih dahulu. Jika memilih langsung tidur, maka ia hanya akan mengeluarkan makanan itu dengan sia-sia.
Belakangan ini, perutnya sensitif terhadap beberapa makanan. Menjadikan Dokter menjadi lebih selektif untuk memastikan makanan apa saja yang bisa dikonsumsi Zafran.
"Lepas nasal cannulanya." Ucap Zafran dengan memegang selang yang ada di hidungnya.
Ia benar-benar semakin tidak bisa bergerak bebas. Tidurpun harus selalu terlentang. Kateter masih setia terpasang. Dan kehadiran nasal cannula semakin menambah penderitaannya.
"Jangan berulah Zafran." Darel angkat bicara sesaat setelah anaknya berusaha kembali mencari masalah.
"Aku sudah baik-baik saja." Kata Zafran menyakinkan.
Hening selama dua menit, Zafran menelisik pandangan. Menatap ke semua anggota keluarganya, berharap ada dari mereka membuka suara.
"Ah, aku baru ingat." Celetuk Ansel. Pria itu meletakkan cup ice americano miliknya diatas meja.
"Kenapa?" Sahut Arsen penasaran.
"Zafran bisa kembali homeschooling setelah dia sembuh." Ucap Ansel.
"Aku tidak ingin homeschooling." Lirih Zafran. Ia menundukkan kepala dengan memilin selimutnya.
"Bukankah papa sudah melarang Zafran?" Tanya Arsen menoleh kearah papanya.
"Ya. Zafran akan tetap homeschooling." Jawab Darel mantap.
Zafran menunduk lesu. Ia memejamkan matanya rapat untuk waktu yang lama. Mencoba mengatur nafasnya agar emosinya tetap terkontrol.
Dirinya membuka mata lalu mengangkat kepala dan menatap kearah papanya yang sedang membaca koran.
"Tidak bisakah aku bebas?" Perkataan Zafran membuat semua orang yang ada didalam ruangan itu sontak menatap kearah sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRAN
Teen FictionNamanya Zafran Aciel. Sangkar emas yang diciptakan keluarganya telah mengurung laki-laki itu selama 16 tahun. Peraturan dan larangan selalu menghantuinya 24 jam. Semua kegiatannya sudah tertulis dengan rinci, jelas, dan akurat tanpa ada bantahan. Si...