14

16.4K 1.3K 128
                                    


~Enjoy it guys~

Duduk di bangku taman sembari menikmati pemandangan pohon pinus yang berjajar di setiap tepinya. Angin sepoi-sepoi yang menyapu wajah dan membuat rambutnya bergerak mengikuti arah angin, menjadi sebuah rileksasi sederhana.

Waktu yang seharusnya panas membakar menjadi asri karena memasuki musim hujan. Jam satu siang yang seharusnya matahari bahkan hanya berjarak sejengkal dari kepala seperti bersembunyi dalam milliaran gumpalan awan.

Bibir itu mengerucut kedepan. Mungkin jika diukur dengan mistar bisa mencapai 3 centimeter. Beberapa kali ia menghentakkan kakinya kesal. Mukanya pun masam sejak tadi.

Ia itu ingin keluar dari mansion!

Iya, dirinya memang keluar dari mansion.

Dan terjepak di taman belakang mansion yang bahkan hanya berjarak lima meter dari bangunan besar itu.

Aishh!

Dirinya sudah naik darah sedari tadi. Ia melirik sengit kearah Ervin yang berdiri dihadapannya. Pria itu membuka mulut ingin berbicara tetapi kembali menutupnya, setelah mendapatkan tatapan jaman dari anak bungsu bermarga Euan tersebut.

"Ada apa?" Tanya Zafran datar.

"Apa Tuan Muda tidak ingin beristirahat di kamar?" Tanya Ervin. Ia berucap dengan berhati-hati disetiap katanya.

"Tidak." Jawab Zafran singkat.

"Jangan menanyakan hal yang sama. Aku tidak lelah dan tidak ingin ke kamar." Lanjut Zafran memperingati.

"Duduklah Paman. Mataku pegal hanya dengan melihatmu berdiri disitu." Ucap Zafran jengkel.

Ayolah, memang asisten pribadinya itu tidak pegal jika berdiri terus? Memang, itu sudah bagian dari pekerjaannya, tapi dengan Ervin berdiri dihadapannya membuat ia tidak bisa melihat pemandangan di depannya dengan leluasa.

"Tidak Tuan Muda. Saya akan berdiri saja." Balas Ervin.

Dengusan kesal keluar dari mulut Zafran. Ia menatap malas kearah orang yang lebih tua darinya.

"Aku ingin bertanya banyak hal kepadamu." Kata Zafran.

"Dan apa aku juga harus terus mengangkat kepalaku untuk menatapmu?" Tanya Zafran menohok.

"M-maaf." Jawab Ervin. Ia bergerak mengambil duduk disebelah kanan Zafran.

"Paman, kau lihat bunga matahari disebelah kiri sana?" Tanya Zafran. Telunjuk kanannya mengarah kearah kumpulan bunga matahari yang tertanam dengan rapi.

"Saya melihatnya, Tuan Muda." Jawab Ervin. Ia menatap kearah objek yang ditunjuk oleh Zafran.

"Kau paham bukan jika bunga matahari selalu mengikuti kemana matahari bergerak." Ucap Zafran.

"Ya, Tuan Muda." Balas Ervin. Alis pria itu terangkat heran.

"Kenapa bisa begitu?" Tanya Zafran. Ia menoleh kearah Ervin dengan raut penasaran.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang