19

12K 1K 30
                                    

Gak kerasa udah sebulan lebih cerita ini dianggurin. Maaf atas keterlambatan update cerita zafran🙏

~Enjoy it guys~

Apartemen itu dibangun ditengah-tengah pemukiman rumah yang bangunannya sudah cukup tua. Laki-laki yang sekarang berjalan dengan seorang teman barunya menafsir jika daerah ini masih cukup banyak lahan kosong yang membuat udara segar karena banyak tempat dan taman yang dibangun untuk dijadikan sarana olahraga bagi warna setempat.

Knop pintu dari salah satu serentetan unit kamar lantai tiga terbuka. Mereka memasuki ruangan setelah menutup pintunya kembali.

"Aku pulang." Ucap Halvi. Ia melepas sepatunya dan meletakkan di tepi ruangan disusul orang dibelakangnya melakukan hal yang sama.

"Kau membawa makanan? Kau dapat uang darimana?" Tanya penghuni apartemen itu. Laki-laki tinggi berkulit putih pucat duduk menatap televisi tabung yang menayangkan sebuah drama.

"Kau memenangkan lotre? Atau kau merampok rumah?" Pertanyaan itu beruntun tanpa memberi cela lawan bicaranya untuk menjawab.

"Dan siapa orang dibelakangmu?" Netranya menangkap seorang laki-laki yang berdiri dibelakang temannya.

"Diamlah Sean." Ucap Halvi jengah.

Halvi melirik orang dibelakangnya sekilas lalu kembali menatap Sean yang melihatnya dengan sorotan menuntut.

"Aku akan memanggil semuanya dan menjelaskan apa yang terjadi." Ucap Halvi.

"Kau duduklah disitu." Ucap Halvi mempersilahkan orang di belakangnya untuk duduk di kursi terdekat.

🌠🌠

"Namanya Zafran. Dia yang membelikan semua makanan di kantong plastik itu." Ucap Halvi membuka pembicaraan setelah seluruh penghuni apartemen mereka sudah bergabung di ruang tamu yang juga merangkap sebagai ruang televisi.

Sedangkan Zafran yang mendengar namanya disebut hanya tersenyum canggung sembari menatap mereka satu persatu.

"Apa tujuanmu membawa ia kemari?" Tanya seorang penghuni lainnya. Zafran menatap kearah sumber suara.  Laki-laki berpawakan tinggi dengan telinga lebar itu membuka suara dengan sesekali pandangannya teralih membenarkan senar gitarnya yang putus.

"Dia kabur dari rumah. Itu adalah inti ceritanya." Jawab Halvi mewakilkan Zafran.

"Lalu?" Tanya Sean. Entah kenapa Zafran berpikir jika Sean tidak menyukai keberadaan dirinya.

"Zafran ingin tinggal disini. Karena dia sudah membantu kita, jadi bukankah kita juga harus membantunya?" Perkataan Halvi terdengar sumbang diakhir kalimatnya. Ia terlihat tidak yakin karena setelahnya laki-laki itu mengigit bibirnya gugup.

"Kami sudah susah payah membayar sewa kamar apartemen ini. Apa kau belum paham juga? Dan menampung satu orang lagi? Otakmu dimana Halvi." Tanya Sean tidak habis pikir dengan temannya satu itu.

"Sean, jaga bicaramu." Tegur penghuni lainnya. Zafran menatap kearah laki-laki yang sedari tadi diam mendengarkan percakapan mereka mulai angkat bicara.

"Kupikir dia cukup kaya. Jadi, dia bisa membantu kami untuk membayar sewa kamar apartemen untuk bulan ini dan beberapa bulan kedepan." Lanjutnya.

"Benar apa kata Kai." Sahut laki-laki bernama Chan yang sedari tadi sibuk dengan senar gitarnya. Ia meletakkan gitarnya dilantai lalu fokus pada pembicaraan mereka.

"Kau bisa tinggal disini." Ucap Chan memutuskan. Ia sebagai orang tertua sudah tugasnya untuk mengambil keputusan.

"Tapi kak Chan." Ucap Sean yang belum terima dengan keputusan Chan.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang