Kalau ada typo, plis banget dikoreksi ya wan kawan😊
~Enjoy it guys~
Ini buruk. Ya sangat buruk. Zafran mencoba untuk tidak memecahkan ipad ditangannya. Ia mengacak rambutnya frustasi.
Oke, hari ini terhitung dua hari setelah kepulangannya dari Rumah Sakit. Lalu apa yang bisa ia lakukan? Tentu saja hanya berlingkup didalam kamarnya!
Aish! Dia ingin melontarkan segala macam nama binatang saat ini juga. Ah, hal itu mengingatkannya pada teman-temannya yang gemar mengumpat.
"Jangan pedulikan aku Paman." Kata Zafran saat ia tidak sengaja bersitatap dengan satu bodyguard yang menjaganya didalam kamar, Levo.
"Tuan Muda." Suara Ervin yang baru saja kembali dari dapur dengan membawa camilan.
Kue kering dengan jus jambu diletakkan dihadapan Zafran yang tengah duduk di kursi menghadap pepohonan pinus dari jendela kamarnya.
"Terima kasih." Balas Zafran singkat.
"Paman." Zafran memanggil Ervin untuk kembali mendekat padanya.
"Papa sudah tau soal teman-temanku? Apa kau membaca gerak gerik papa yang tidak biasa?" Tanya Zafran mencerca. Ia mengecilkan volume suaranya, takut jika Levo mendengar.
"Tuan Darel sedang disibukkan dengan pekerjaan. Perusahaan di Itali sedang bermasalah, itu yang saya dengar dari percakapan Tuan Darel dan Tuan Ansel tadi malam."
Zafran mengangguk "Baiklah."
"Paman, besok pagi panggilkan mama untuk datang kemari." Pesan Zafran. Ia menyeruput jus jambunya.
"Baik Tuan Muda." Balas Ervin patuh.
Cklek
Suara pintu membuat Levo segera bergerak mendekati sumber suara. Zafran mengangkat dagunya bermaksud bertanya siapa yang datang pada Ervin.
Ansel datang bersama Arsen yang berjalan dibelakangnya. Entah mereka mengambil cuti atau memilih pulang lebih awal, karena dua pria itu sudah memakai setelan rumahan.
"Bagaimana kabarmu?" Ansel yang pertama membuka suara. Ia menarik kursi untuk duduk disamping Zafran.
"Aku baik." Jawab Zafran.
"Kak, papa sudah pulang?" Tanya Zafran. Ia mendekatkan piring berisi kue kering pada Ansel dan Arsen, bermaksud menawarkan.
"Belum. Memang kenapa?" Tanya Ansel.
Zafran menggeleng. "Tak apa, hanya bertanya."
"Aku ingin keluar." Kata Zafran.
"Sebaiknya kau menuruti perintah papa untuk tetap dikamar." Arsen memberikan saran.
"Aku keluar dengan kalian, jadi tak masalah." Sahut Zafran berusaha mencari alasan.
"Papa sedang dalam keadaan tidak baik." Ansel mencoba menjelaskan meski tidak secara gamblang.
"Maksudnya?" Tanya Zafran. Ia sedikit melirik kearah Ervin yang berdiri disudut ruangan.
"Perusahaan di Itali mendapat kerugian yang cukup besar karena ulah salah satu karyawan yang melakukan penggelapan uang."
Dalam hati Zafran bersorak, jika papanya sibuk maka tidak ada waktu bagi pria itu untuk mengurusinya. Terserah jika dirinya sekarang dicap sebagai anak durhaka.
Zafran menampilkan ekspresi kaget. Yang tentu saja itu berbanding terbalik dengan suasana hatinya.
"Apa papa sudah menangkap pelakunya?" Tanya Zafran menatap kedua kakaknya bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRAN
Teen FictionNamanya Zafran Aciel. Sangkar emas yang diciptakan keluarganya telah mengurung laki-laki itu selama 16 tahun. Peraturan dan larangan selalu menghantuinya 24 jam. Semua kegiatannya sudah tertulis dengan rinci, jelas, dan akurat tanpa ada bantahan. Si...