4

28.7K 2K 101
                                    

Sekali lagi aku ingatkan: bahwa cerita ini bukan sequel dari DASVA. Melainkan untuk menggantikan DASVA yang sudah tamat.



~Enjoy it guys~

Cahaya matahari perlahan meredup. Sinar yang sedari tadi menyengat kulit perlahan mulai hilang. Awan berkumpul menutupi sang surya, menjadikan suasana menjadi mendung.

Enghh

Lenguhan itu membuat Arsen sontak menoleh kearah adiknya. Ia mengelus lembut rambut Zafran, berusaha membuat adiknya kembali tidur.

Pergerakan kecil dari Zafran membuat Arsen harus menaruh laptop yang awalnya di pangkuan ke nakas di samping kiri ranjang.

Ia memperbaiki selimut Zafran lalu mengelus rambut adiknya. Meniup pelan dahi Zafran agar adiknya itu tidak kegerahan.

"Sstt. Kakak disini." Monolog Arsen.

Ia melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul tiga sore. Sudah tiga jam adiknya itu tertidur. Sudah sekitar tiga jam pula dirinya berkutat dengan berkas yang ia kerjakan selagi menjaga adiknya.

Setelah dirasa Zafran mulai terlelap lagi, Arsen kembali mengambil laptopnya. Ia menyadarkan punggungnya kembali di kepala ranjang lalu membawa laptopnya di pangkuan paha.

"Kak." Suara itu membuat konsentrasi Arsen pecah begitu saja.

"Sudah bangun?" Tanya Arsen. Ia mengelus pelan dahi Zafran. Meletakkan kembali laptopnya diatas nakas, memberikan perhatian penuh kepada adiknya.

"Kenapa tidak tidur lagi?" Tanya Arsen.

"Tidak mau." Jawab Zafran.

"Ingin makan?" Tanya Arsen menawari tetapi dibalas gelengan oleh adiknya.

"Apa mau turun kebawah?" Tanya Arsen tidak kehabisan akal.

"Aku ingin berganti baju dulu." Jawab Zafran beranjak dari tidurnya lalu berjalan ke ruang ganti.

Arsen menutup laptop dan merapikan berkasnya. Ia berdiri dan melipat selimut milik Zafran.

Ia melirik sekilas kearah ruang ganti yang belum juga menemukan tanda-tanda Zafran akan kembali. Tungkai kakinya ia bawa kearah balkon.

Cklek
Cklek

Arsen mengangkat alisnya heran. Tidak mungkin jika pintu balkon didepannya ini sedang rusak. Papanya selalu melakukan pengecekan seluruh fasilitas mansion setiap bulannya.

Arsen membalikkan badannya. Berjalan kearah rak yang berada di kamar Zafran.

"Apa kunci pintu balkonnya dibawa papa?" Gumam Arsen setelah tidak juga menemukan kunci yang ia butuhkan.

Laki-laki itu mengangkat kedua bahunya, tidak ingin terlalu memikirkan.

"Kak, ayo." Suara itu menyadarkan Arsen. Ia menatap kearah Zafran yang berdiri di seberang yang sudah berganti pakaian.

Tentu saja dengan dibantu oleh Ervin untuk memilih pakaian.

🌠🌠

Arsen berjalan dengan Zafran yang berada di sebelah kirinya. Ervin berada di belakang tidak jauh dari posisi mereka diikuti oleh dua bodyguard lainnya.

Mereka menyusuri koridor lantai satu untuk ke ruang keluarga. Berbelok kearah kiri dimana lorong panjang dengan berbagai lukisan terpajang di dinding dengan begitu apik. Suasana seni terasa kental jika menyusuri lorong tersebut.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang