~Enjoy it guys~Sudah dua minggu ini Zafran bekerja sebagai guru melukis di tempat ia tinggal. Meski uang yang didapat tidak seberapa banyak, tetapi cukup untuk membantu kebutuhan sehari-hari mereka. Membayar listrik, air, sewa apartemen, dan kebutuhan primer lainnya.
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Ia selesai mengajar salah satu muridnya yang duduk di kelas tiga sekolah dasar. Mengajar melukis sesungguhnya bukan hal yang sulit, mengingat ia cukup jago di bidang itu.
Saat hari dimana Halvi bersedia membantunya mencari lowongan pekerjaan di sekitar tempat apartemen mereka. Tentunya Kai, Sean, dan Chan juga turut membantu. Zafran mengutarakan bakatnya itu pada mereka.
Flashback On
Kai tengah sibuk pada korannya sejak sepuluh menit yang lalu. Menandai beberapa informasi penting dengan sebuah spidol berwarna merah. Ia melingkari informasi yang berisi sebuah lowongan kerja di surat kabar itu.
"Bukankah kau belum lulus sekolah?" Tanya Kai sekilas menghentikan kegiatannya lalu menatap Zafran menanti jawaban.
"Ya. Umurku 16 tahun." Jawab Zafran mantap.
"Karena kau belum lulus sekolah, itu sedikit menyulitkan untuk bekerja di negara ini." Ucap Sean. Meski laki-laki itu terkesan acuh, nyatanya ia juga siap sedia membantu Zafran.
Beberapa kali ia menulis informasi di buku note miliknya. Sedangkan netranya sejak tadi fokus pada ponsel dan tangannya bergulir di layar benda persegi itu. Mencari lowongan pekerja yang disebarkan secara online oleh beberapa kantor, perusahaan, restoran, maupun cafe dan usaha kecil lainnya.
Chan yang sedang menghubungi beberapa rekan kerjanya dan bertanya apa ada lowongan pekerjaan yang bisa Zafran masuki.
"Tapi tenang saja. Kami bisa membuat identitas palsu seperti yang Halvi lakukan." Ucap Chan. Meski laki-laki itu terlihat sibuk nyatanya ia juga memperhatikan obrolan di sekitarnya.
Sedangkan Halvi juga sibuk memilah beberapa selembaran kertas yang ia ambil sepanjang jalan saat ke tempat kerjanya. Selembar yang ia ambil yang tertempel di dinding-dinding bangunan atau di tiang listrik sekalipun.
"Sebenarnya aku pintar melukis." Ucap Zafran berhasil menghentikan aktivitas keempat laki-laki itu.
"Baiklah. Aku akan mencoba bertanya di beberapa tempat sekitar sini dimana orang tua membutuhkan guru lukis untuk anak mereka." Putus Chan. Ia meletakkan ponselnya di atas meja lalu sedikit meregangkan tubuhnya.
"Terima kasih." Balas Zafran.
"Aku ingin makan ramen." Celetuk Kai. Ia beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju dapur.
"Buatkan untukku juga!" Seru Halvi semangat.
"Aku juga!" Seru Sean tidak kalah keras.
"Buatlah untuk semua Kai." Ucap Chan memerintah.
"Baiklah." Balas Kai dari arah dapur.
Flashback Off
Zafran berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan di saku hoodienya. Sesekali ia membalas sapaan dari orang yang ditemuinya. Di lingkungan tempat ia tinggal, semua orangnya ramah dan suka membantu. Itu adalah hal yang sangat ia sukai.
Jalanan menanjak yang ia lewati saat ini juga seperti sudah menjadi teman akrabnya. Pergi di jam sepuluh pagi dan pulang di jam tujuh malam. Selama enam hari ia lakukan aktivitas itu secara rutin. Meski awalnya terasa sulit, tapi lama-kelamaan menjadi menyenangkan.
"Selamat malam." Ucap Zafran membuka pintu cafe.
"Hai Zafran!" Seruan itu membuat Zafran menoleh ke sumber suara. Pria berumur 30 tahun tengah tersenyum lebar kearahnya. Ia adalah pemilik cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRAN
Teen FictionNamanya Zafran Aciel. Sangkar emas yang diciptakan keluarganya telah mengurung laki-laki itu selama 16 tahun. Peraturan dan larangan selalu menghantuinya 24 jam. Semua kegiatannya sudah tertulis dengan rinci, jelas, dan akurat tanpa ada bantahan. Si...