3

35K 2.3K 220
                                    

~Enjoy it guys~

Hari minggu menjadi hari yang dinantikan oleh banyak orang bukan? Tidak terkecuali juga Zafran.

Jam menunjukkan pukul delapan pagi dan laki-laki itu sudah bangun sekitar satu jam yang lalu. Ia saat ini masih berada di dalam kamar bersama Ervin. Asisten pribadinya itu melaksanakan rutinitas pagi yang biasa dilakukan.

Ya, menyiapkan pakaian yang harus dikenakan oleh Zafran. Perlu diingat, jika keluarganya melarang Zafran untuk memilih pakaiannya sendiri.

"Cepatlah paman." Ucap Zafran keluar dari kamar mandi. Tubuh laki-laki itu masih terbalut bathrobe berwarna putih.

"Silahkan Tuan Muda." Sahut Ervin memberikan satu setel pakaian untuk Zafran.

Zafran mengambil setelan yang dibawa Ervin lalu membawanya ke ruang ganti.

Selang lima menit kemudian, Zafran keluar dengan tubuh yang sudah terbalut dengan jaket dan celana training panjang. Jaket yang dibiarkan terbuka memperlihatkan kaos berwarna maroon miliknya.

Zafran dan Ervin keluar dari kamar lalu berjalan di lorong untuk ke lift yang akan menghantarkan mereka ke lantai utama.

🌠🌠

Ting!

Suara dari kotak besi itu terdengar. Kedua laki-laki berbeda umur keluar dari dalamnya. Tungkai kakinya mengarah ke ruang makan.

"Selamat pagi." Sapa Zafran dengan menarik kursi yang biasa ia duduki.

"Pagi." Balas Ansel yang berada dihadapannya.

"Tutup dengan benar jaketmu Zafran." Ucap Ansel memperingati.

"Papa dan mama dimana?" Tanya Zafran dengan menarik resleting jaketnya hingga batas dada.

Niatnya untuk melanggar satu perintah dari keluarganya musnah begitu saja; membiarkan jaketnya terbuka.

"Mungkin sebentar lagi akan kemari." Balas Ansel. Ia tidak ingin terlalu memikirkan hal yang tidak perlu.

"Kak Arsen?" Tanya Zafran berganti.

"Masih di ruang kerjanya." Jawab Ansel.

Laki-laki itu tengah memakan apel yang tadi ia potong berukuran dadu.

"Apa kak Arsen tetap bekerja?" Tanya Zafran.

"Dia hanya mengecek beberapa berkas. Bukankah tadi malam ia sudah bilang jika akan mengambil cuti?" Tanya Ansel berbalik.

"Bisa saja kak Arsen mengingkari janjinya. Ia seorang penggila kerja." Jawab Zafran. Ia mengetuk-etukkan jarinya di meja makan berdasar kaca.

"Tidak baik membicarakan orang lain Zafran." Suara itu sontak membuat Zafran membalikkan badannya.

Arsen datang dengan setelan santai. Kaos polos dan celana selutut yang jarang ia pakai.

"Apa kakak memang penggila kerja?" Tanya Arsen menarik kursi di sebelah kiri Ansel.

"Ya. Tidak cukupkah uang yang sudah kakak miliki sekarang? Itu bahkan sudah sangat banyak." Jawab Zafran menggebu.

Ansel tersenyum tipis melihat perdebatan antara dua adiknya itu. Meluangkan waktu di akhir pekan dengan keluarga, rupanya bukan keputusan yang salah.

"Kakak perlu banyak melakukan investasi masa depan yang menjanjikan." Ucap Arsen. Ia melirik kearah Ansel meminta persetujuan.

"Agar jika tua nanti, tidak perlu risau tentang finansial. Semua harus dipersiapkan mulai dari sekarang." Lanjut Arsen.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang