37

7.8K 731 58
                                    

~Enjoy it guys~

Benar kata orang, tak ada yang lebih penting dari kesehatan mental. Mungkin jika itu sakit fisik, orang lain dapat melihat jika tangan itu terluka, berdarah, butuh diobati dan penanganan lainnya. Tapi berbeda jika sakit itu menyerang pada mental. Orang lain tak bisa benar-benar paham bahwa seseorang mengalami goncangan mental.

Banyak orang di dunia yang tertawa lebih keras dari orang lainnya. Banyak yang bertepuk tangan lebih kencang dari orang lainnya. Banyak yang menutup mulutnya lebih rapat agar isakan tangisnya tidak terdengar.

Sungguh menyakitkan bagi orang-orang yang terganggu mentalnya. Mereka tak benar-benar bahagia atau bahkan tak tau apa arti bahagia.

Hal ini berlaku juga pada Zafran. Sudah berjalan seminggu sejak insiden itu, kejadian dimana ia bahkan segan untuk mengingatnya kembali. Sejak saat itu juga, dirinya benar-benar seperti robot. Robot yang sialnya bernyawa.

🌠🌠

Pagi ini tak ada hal yang spesial bagi Zafran. Semuanya flat, monoton, tak menyenangkan sama sekali. Langit di hari Rabu pagi ini sepertinya tidak begitu bersahabat. Cuaca yang sangat cocok jika bergemul di dalam selimut hangat.

Jam menunjukkan pukul delapan pagi, sebenarnya Zafran sudah bangun sekitar satu jam sebelumnya. Laki-laki itu hanya bangkit untuk sekedar ke kamar mandi, membuka tirai kamarnya, lalu kembali berbaring dengan selimut yang menutupi tubuhnya dan menyisakan kepala saja.

Tok Tok Tok

Suara itu tak digubris oleh Zafran, memilih dibiarkan saja. Memang harus bagaimana, sejak kecil ia sudah tak mengenal apa itu privasi bahkan untuk dirinya sendiri.

"Tuan muda." Ucapan itu membuat Zafran menolehkan kepalanya sesaat lalu kembali menatap hamparan pohon pinus dari jendela kamarnya.

"Hm." Hanya dehaman singkat yang ia keluarkan.

"Sarapan sudah siap. Tuan Darel meminta anda untuk segera berkumpul di meja makan." Ucap Ervin sesuai perintah.

Zafran menghembuskan nafas berat. Ia membuka selimutnya, beranjak dari ranjang. Memakai sandal rumahan warna hitamnya.

"Tuan muda." Kata Ervin mencekal lengan tangan Zafran.

Laki-laki itu menoleh kebelakang dengan alis yang terangkat sebelah.

"Jaket anda jangan lupa." Ervin mengulurkan sebuah jaket navy.

Tak ingin lebih banyak membuang waktu, Zafran memakai jaket itu sembari berjalan keluar kamar.

"Selamat pagi." Ucap Zafran pelan. Ia menarik kursi lalu duduk ditempat yang biasa ditempati.

"Terima kasih." Zafran berkata saat maid menaruh menu sarapan dihadapannya.

Potongan ayam dan wortel yang sudah direbus, bayam yang sudah dimasak dengan matang, beserta ikan salmon segar terhidang di piring dan mangkok.

Ingin rasanya ia membuang makanan itu. Membanting piringnya keras-keras agar semua orang tau bahwa ia juga ingin mencicipi menu makanan lainnya. Tapi apa boleh buat, memang sebesar apa kuasa yang dirinya miliki.

Zafran mengambil sendok, menyeruput kuah dari sayur bayam yang masih mengeluarkan uap panas. Selanjutnya ia mengambil nasi dan melahapnya.

Lima belas menit kemudian sarapan selesai, Zafran menata alat makannya. Menumpuknya dengan rapi agar maid dengan mudah mengambilnya untuk dicuci.

Leona beranjak dari duduknya membuat suami serta dua anaknya yang sudah lengkap dengan setelan jas turut memperhatikan gerakannya.

Zafran mengikuti pergerakan sang mama dimana berjalan kearahnya. Leona mengusap lembut surai si bungsu.

"Minum obatmu." Ucap Leona. Menyodorkan piring kecil yang diatasnya terdapat sekitar enam butir obat.

Zafran meraih obatnya, tangannya terulur mengambil gelas berisi air putih. Enam butir itu ditelannya dengan sekali teguk lalu dengan cepat menegak air hingga setengah gelas.

Zafran menelannya dengan susah payah, kepalanya menunduk dengan matanya yang terpejam erat. Berusaha keras agar obat itu tertelan sempurna atau ia akan terkena masalah.

Tak banyak yang tau, jika tangan sebelah kirinya memegang erat kaki kursi. Pegangan itu terlalu kencang hingga menampilkan urat nadinya. Menunjukkan jika Zafran benar-benar berusaha menelan obat-obatan itu.

"Anak pintar." Gumam Leona tersenyum. Zafran mengangkat kepalanya, menatap muka mamanya dengan lekat sebelum Darel memberikan interupsi.

"Sayang, aku pergi dulu. Jaga dirimu." Darel berpamitan. Ia mengecup kepala sang istri.

"Ya, hati-hati." Balas Leona. Ia menepuk pundak suaminya dua kali.

"Jangan banyak berulah, besok jadwalmu ke rumah sakit. Papa yang akan mengantarmu." Darel berucap kepada Zafran.

"Ya." Balas Zafran singkat. Hubungan antar keduanya memang belum benar-benar membaik.

"Ma, Ansel pergi dulu." Anak sulung Euan itu memeluk mamanya singkat.

"Jadilah anak baik." Pesan Ansel pada Zafran yang hanya dibalas anggukan.

"Hari ini aku akan pulang tengah malam. Jangan menungguku." Sekarang tiba saatnya Arsen berpamitan.

"Ya, jangan lewatkan jam makanmu." Pesan Leona.

"Jangan khawatirkan aku." Balas Arsen. Ia memeluk mamanya singkat.

"Jaga mama dan dirimu dengan baik." Arsen berucap dengan menepuk bahu adiknya.

Zafran hanya menatap Arsen tak berniat menjawab.

Setelah papa dan kedua kakaknya menghilang dari balik pintu utama, Zafran mengalihkan pandangan kearah mamanya.

"Aku ke kamar dulu." Zafran berucap tanpa menunggu jawaban sang mama. Membawa tungkai kakinya kearah lift diikuti Ervin dibelakang.

-

Salam Rynd🖤

Mau cerita dikit, agak sakit hati kalau aku dibilang gak bertanggung jawab sama cerita yang aku buat. Karena berapapun komentar yang terlontar, aku juga akan jawab dengan kalimat yang sama.

Kesibukanku kerja, kuliah, belum lagi kalau ada urusan lainnya. Nulis di wattpad hanya hobi atau kegiatan yang aku lakukan di waktu luang. Aku ucapkan banyak terima kasih untuk readers yang tetep stay nunggu ceritaku. Maaf kalau aku gak bisa memenuhi ekspektasi kalian seperti author lain yang rajin update atau bisa menuruti semua imajinasi kalian.

Seperti yang sudah readers lama banyak tau, aku update cerita pertamaku di tahun 2017. Author seperjuangan sama akupun sekarang juga udah jarang update, karena kita udah sama-sama sibuk di real life.

Gak sedikit juga banyak author yang sekarang beralih haluan ke aplikasi lain yang berbayar. Aku pribadi bisa aja jadikan ini aji mumpung, bisa dapat penghasilan dari aku nulis.

Karena sejujurnya, banyak tawaran yang masuk agar beberapa ceritaku diterbitkan di platform selain wattpad. Setidaknya dalam seminggu ada 3-4 message masuk dengan tawaran yang sama.

Tapi, dari awal niatku untuk buat cerita cuma sekedar menyalurkan hobi. Dibaca banyak orang ya bersyukur, gak ada yang baca ya gapapa. Aku hanya berusaha menyalurkan hobiku dengan senyaman mungkin.

Kasarannya itu gini, aku gak hidup dari nulis. Aku memenuhi hidupku dengan kerja tapi tidak dibidang ini. Jadi maaf sekali lagi, kalau aku lebih mementingkan kerjaan daripada update serajin mungkin.

Cukup segini aja, semoga bisa dipahami dengan baik. Akupun mohon pemakluman sebesar-besarnya. Terima kasih.

Semoga kita dipertemukan lagi di waktu yang lebih baik 🖤

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang