24

12.4K 1.2K 68
                                    

Guys, kalian jaga kesehatan yaa. Yang sudah vaksin juga harus tetap jaga kesehatan, patuhi protokol kesehatan. Beberapa hari ini disekitar rumah, teman, kerabat ada yang kena covid dan ada juga yang gak tertolong. Semoga kita selalu diberi umur panjang dan sehat selalu. 

Maaf kalau aku terlambat update juga karena kondisi disini juga kurang kondusif. Mohon pengertiannya yaa..


~ Enjoy it guys~

Zafran duduk di ranjangnya dengan gelisah. Entahlah ia menjadi takut kepada papanya karena mengetahui sifat buruk pria itu. Sifat yang benar-benar buruk.

Ia beranjak pelan lalu duduk di kursi yang terletak bersebelahan dengan jendela besar di kamarnya. Matanya menatap lurus ke pepohonan pinus didepannya. Ia khawatir tentang hukuman apa yang akan didapatkannya. Dan juga khawatir perihal teman-temannya.

Jika sang papa bisa berbuat keji kepada Mr. Bian maka tidak menutup kemungkinan bukan jika pria itu juga melakukan hal yang sama kepada teman-temannya? Ia memijat dahinya mencoba menenangkan pikiran dengan menghembuskan nafas secara teratur.

Cklek

Suara pintu menyadarkan Zafran. Ia mengikuti kearah sumber suara. Papanya datang bersama paman Ervin. Zafran berdiri lalu berjalan menghampiri mereka.

"Buka jaketmu." Ucapan itu keluar dari mulut Darel yang lebih menjurus ke nada perintah.

Zafran mengangkat alisnya heran tapi memilih untuk diam dan mengangguk. Ia tau jika suasana hati papanya sedang tidak baik sekarang dan alangkah baiknya dirinya tidak juga menambah masalah.

Zafran membuka jaket yang sejak tadi membungkus tubuhnya. Ah dirinya teringat Kai karena jaket milik laki-laki itu harus rela menjadi korban dari kekejaman papanya.

"Bakar jaket itu!" Perintah Darel pada Ervin yang sigap melakukan perintah dari tuannya.

"Sebentar!" Seru Zafran panik.

"Jangan bakar jaket itu." Lanjut Zafran mencegah.

Ia tidak enak hati jika jaket milik Kai harus dibakar, anak itu pasti sudah bersusah payah menabung agar mendapatkan jaket yang ia inginkan.

"Bakar Ervin! Kau tunggu apa lagi!" Seru Darel marah. Sorotan mata Ervin mengisyaratkan permintaan maaf kepada Zafran.

Zafran menundukkan kepalanya. Ia menjambak kasar rambutnya lalu mendesah frustasi. Di dalam hatinya ia mengucapkan kalimat maafnya pada Kai berulang kali.

🌠🌠

Sepeninggal Ervin, hanya ada ayah dan anak di dalam ruangan itu. Zafran tidak berani memulai pembicaraan dan Darel juga betah dalam kesunyian.

Langkah kaki Darel menuju ke kursi yang tadi Zafran tepati. Mata elang pria itu menatap pepohonan pinus di depannya dengan tatapan lurus.

"Apa yang kamu dapatkan saat kabur meninggalkan kami?" Tanya Darel membuka suara setengah sepuluh menit berlalu.

"Aku tidak meninggalkan kalian." Elak Zafran tidak setuju dengan argumen papanya.

"Tapi kamu membuat mamamu tidak bisa tidur tenang." Ucapan Darel berhasil membuat Zafran bungkam.

"Aku hanya ingin kebebasan. Aku ingin seperti teman seumuranku pada umumnya." Kata Zafran.

"Lalu apa yang kamu lakukan saat tinggal bersama mereka?" Tanya Darel menoleh kearah Zafran, menatap anak bungsunya dengan tatapan mengintimidasi.

Zafran mengangkat kepalanya dengan gerakan patah-patah lalu menatap Darel.

Jadi selama ini papanya tau jika dirinya tinggal bersama Halvi, Kai, Sean, dan Chan?

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang