~Enjoy it guys~
Waktu berjalan dengan cepat, pukul sepuluh pagi Zafran tengah bersiap. Laki-laki itu berada di walk in closetnya. Setelah memakai pakaian yang sudah disiapkan Ervin, ia berkaca untuk melihat penampilannya.
"Paman, bisa kau tinggalkan aku sendiri?" Zafran menoleh kearah asisten pribadinya yang berdiri di sebelah kanan.
"Baik. Saya ada didepan, panggil jika Tuan Muda membutuhkan apapun." Jawab Ervin lalu melangkah pergi dan tak lupa menutup pintu.
Setelah memastikan asistennya keluar dari kamar, Zafran menutup pintu yang menghubungkan antara walk in closet dan kamar tidurnya. Ia membuka lemari yang ada di pojok ruangan. Menarik laci paling bawah dan menemukan benda yang ia cari.
Setelah menyimpannya di saku celana, dirinya melangkah menuju pintu, membukanya lalu keluar kamar dan menghampiri Ervin.
"Anda sudah siap? Tidak ada benda yang tertinggal?" Tanya Ervin memastikan.
"Aku siap." Zafran menjawab dan membawa tungkai kakinya kearah lift.
🌠🌠
Perjalanan dari mansion ke rumah sakit memakan waktu tiga puluh menit. Satu mobil audi itu terisi empat orang dimana Ervin mengemudi lalu disebelahnya ada Darel sedangkan Leona dan Zafran berada di kursi belakang.
Zafran menatap suasana dari luar jendela. Sejujurnya, di lubuk hati ada perasaan rindu saat ia berjalan diantara ruko-ruko yang berjajar bersama Sean untuk membeli keperluan harian di minimarket, atau saat ia diajak Chan pergi ke kedai pada malam hari untuk menikmati sebungkus ramen dan minum segelas soda.
Ia menghembuskan nafas berat, dalam hatinya tak pernah bosan untuk berdoa agar teman-temannya berada di tempat terbaik.
Gedung rumah sakit sudah terlihat didepan mata, Ervin mengarahkan stirnya ke pelataran parkir. Darel menjadi orang pertama yang keluar dari mobil lalu disusul oleh Leona dan Zafran.
Lantai empat menjadi tujuan mereka. Zafran mengedarkan pandangannya pada sekitar. Berjalan sedikit kearah kaca besar yang tidak jauh dari posisinya. Netranya menangkap kearah taman yang ada dilantai satu.
"Zafran." Panggil Darel."
Laki-laki itu menoleh, mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa pa?"
"Tunggu disitu sepuluh menit. Jangan pergi kemanapun. Kami harus berbicara pada Dokter Yuda terlebih dulu." Kata Darel menjelaskan.
Zafran mengangguk mengerti "Ya, aku tunggu disini." Jawab laki-laki itu.
Setelah orang tuanya masuk ke dalam ruangan Dokter Yuda, Zafran kembali mengalihkan pandangannya pada taman. Mempertimbangkan beberapa kali, lalu ia memantapkan tekadnya.
Matanya menyipit saat ia melihat seseorang yang terlihat familiar sedang berjalan di ujung koridor. Zafran setengah berlari untuk menyusulnya.
"Sean!" Panggil Zafran sedikit berteriak saat koridor tengah sepi.
Yang dipanggil pun menoleh ke belakang, Zafran menarik ujung mulutnya membentuk senyum tipis. Ia sedikit berlari untuk merangkul temannya itu.
"Aku mencarimu." Mendengar ucapan Zafran, Sean tersenyum. Menepuk pundak Zafran dua kali lalu melepaskan rangkulan.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Zafran.
"Ah tidak rupanya." Zafran menjawab pertanyaannya sendiri saat melihat lengan tangan kiri Sean yang terbalut perban.
"Maafkan aku." Kata Zafran. Raut mukanya menunjukkan rasa bersalah dan penyesalan yang besar.
"Tak apa. Aku mengerti." Balas Sean. Ia mengajak Zafran untuk kembali berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRAN
Teen FictionNamanya Zafran Aciel. Sangkar emas yang diciptakan keluarganya telah mengurung laki-laki itu selama 16 tahun. Peraturan dan larangan selalu menghantuinya 24 jam. Semua kegiatannya sudah tertulis dengan rinci, jelas, dan akurat tanpa ada bantahan. Si...