5

1.8K 233 6
                                    

"In case kau b--"

"Aku sudah sarapan."

Aku tercengang selama beberapa saat, begitu Wonwoo memotong pembicaraanku. Pria itu masih fokus dengan catatannya, sesekali melirik buku yang sempat ku lihat berisi materi tentang Hukum dan Peraturan Humas. Entah berapa lama aku tercengang dengan ucapannya, sampai Wonwoo mengalihkan kepalanya ke arahku, menatapku tajam menggunakan mata elangnya. Dan dengan cepat aku meraih kotak susu itu, membuka dan meminumnya hingga tandas untuk menghilangkan rasa gugup yang menggerogotiku sekarang.

"Kau sudah--"

"Sudah."

Padahal aku belum selesai bertanya, bahkan aku yakin ia pun tidak tahu apa yang sebenarnya ku tanyakan. Setelah merasa tenang, aku sebenarnya ingin bertanya soal materi diskusi yang akan diadakan hari ini di kelas Humas Politik. Diskusi yang ku yakini akan ramai apalagi ditengah isu politik yang terjadi akhir-akhir ini.

"Memangnya aku mau bertanya apa?" Tanyaku pada Wonwoo penasaran.

"Diskusi humas politik, kan?"

Benar. Aku tersenyum penuh dan tiba-tiba merasa ingin jahil.

"Bukan."

Wonwoo menghentikan kegiatan tulis-menulisnya. Ia melirikku. Tidak berbicara apa-apa, tapi aku yakin ia menungguku menguak pertanyaan yang ia pikir akan ku tanyakan padanya.

"Kau sudah sarapan apa pagi ini?"

Sempat ku lihat dahi Wonwoo berkerut. Ia pasti tidak menyangka aku akan bertanya soal sarapannya pagi ini dan aku berusaha sekeras mungkin untuk tidak tertawa. Lucu sekali! Aku yakin, Wonwoo harus menahan diri untuk tidak memperlihatkan sebuah ekspresi kepadaku. Ia, kan, si manusia es. Ekspresi favoritnya adalah ekspresi datar seperti es yang selalu tampak dingin tapi akan meleleh kalau aku konsisten untuk mendekatinya. Ya, aku pasti bisa!

Aku masih mencoba mengajak Wonwoo berbicara, tapi setelah itu ia jadi diam di tempatnya. Entah kesal atau takut aku memberinya pertanyaan tidak penting. Dan tidak lama dosenku pun datang, tanpa membahas materi apa pun ia langsung membagi kelompok untuk diskusi hari ini.

"Kau kelompok berapa?" Tanyaku pada Wonwoo setelah mengambil gulungan kertas yang dibagikan secara acak oleh dosenku ke seluruh kelas.

Aku membuka gulungan itu dan melihat angka 1 di sana.

"Kelompok 3." Jawabnya singkat lalu berdiri dan bergegas mencari kawan sekelompok.

Napasku terhela panjang. Sayang sekali kami tidak sekelompok. Ia bahkan tidak bertanya balik padaku.

"Kelompok satu ngumpul di sini!!"

Telingaku berjengit. Suara Soonyoung membuat senyumku merekah. Tidak apa-apa tidak sekelompok dengan Wonwoo, setidaknya aku masih bisa bersama Soonyoung.

"Kelompok satu!!"

Ei. Bukan hanya Soonyoung! Aku juga akan sekelompok dengan Doyoung! Dua anak itu punya energi yang luar biasa dalam berdiskusi. Apalagi materi kali ini sangat menyenangkan. Dengan cekatan aku menghampiri mereka di barisan depan, memeluk lengan Soonyoung sangking senangnya bisa sekelompok dengannya.

"Bagus! Kita tim yang kuat!" Kata Soonyoung semangat sambil menatapku dan Doyoung bergantian.

"Jangan terlalu membara, ya." Aku memperingatkan. "Dengarkan lawan dengan baik, sikat dengan perlahan dan mematikan."

"Itu tugasmu dan Doyoung. Aku akan memanasi arena."

"Awas saja kalau terlalu panas." Doyoung menimpali.

Catch You Until I Can [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang