19

1.1K 176 6
                                    

"Aku sudah sarapan." Adalah kata pertama yang dikeluarkan Wonwoo saat aku baru saja duduk di sampingnya. Lantas aku terkekeh, menyandarkan kepala pada telapak tanganku, menatapnya yang fokus membaca novel. Itu lucu sekali.

 Itu lucu sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tahu. Makanya aku nggak beli susu kotak hari ini." Kataku berbohong. Kotak susu sudah ku beli tadi sebelum berangkat ke kampus. Tapi karena Wonwoo sudah bilang begitu, lebih baik aku simpan saja buat Soonyoung.

Alis Wonwoo sempat berkedut. Ia mungkin terkejut mendengar pernyataanku. Mungkin heran mengapa aku tidak membeli susu untuknya. Lucu, kan? Aku tidak paham mengapa orang-orang takut kepadanya yang sebenarnya punya tingkah yang tidak berbeda dari orang kebanyakan. Ia hanya terlalu pintar menyembunyikan ekspresinya dan aku gemas dengan sikap itu. Apalagi sekarang ia menahan diri untuk tidak berbicara meski lewat ekor matanya ia tidak henti melirikku.

"Kau serius nggak mau ke Busan?" Tanyaku pada Wonwoo saat ia ketahuan melirikku. Akhirnya ia menaruh bukunya ke atas meja, memperhatikanku dengan tajam.

"Padahal aku ingin mengajakmu ke Bosu-dong."

"Aku sudah pernah ke sana."

"Pasti. Aku yakin itu." Ucapku sambil tersenyum lebar. Bosu-dong adalah nama jalan yang ada di Busan, lokasi penjual buku bekas yang cukup terkenal karena dulu pernah menjadi tempat penjualan buku-buku bekas berbahasa Jepang. Lalu ku beranikan diri menatap langsung ke mata Wonwoo meski jantungku berdegup tidak keruan. Mungkin kalau ada yang memperhatikan, kami terlihat seperti sedang beradu tatapan. Yang berkedip paling pertama yang kalah.

"Kau pernah baca buku In September, The Changes, belum?"

Wonwoo mengerjapkan mata, entah karena ia memang terlalu cinta dengan buku atau benar penasaran dengan buku yang ku sebut, tubuhnya sedikit maju agar bisa mendengarku dengan jelas.

"Bukunya mungkin bisa relate denganmu. Tentang kehidupan seorang Gay di New York tahun 1970an."

Dan Wonwoo memutar kedua bola matanya. Aku hanya bisa menahan tawa. Tapi jujur saja, bukan bermaksud buruk, buku itu memang bagus. Bahkan pernah mendapatkan penghargaan Notable Books of The Year tahun 1999. Jadi aku menahan lengan Wonwoo yang ingin memundurkan tubuhnya kembali, ia hampir menepis, tapi genggamanku menguat.

"Buku itu bagus, serius. Aku tahu kau berbohong soal orientasi seksmu. Jadi, jangan pikir buku itu jelek, ya."

Wonwoo mendesah, ia menarik tangannya perlahan karena genggamanku melemah.

"Kau beritahu Jun soal itu, ya?" Tanyanya dengan lirikan tajam yang siap membunuhku kapan saja.

Aku pura-pura tidak mendengar, mengetuk-ngetuk jariku di atas meja. Sialan. Aku baru ingat pernah menceritakan hal ini kepada Jun saat kami menikmati Soju di warung kaki lima dekat Hongdae. Pasti anak itu sudah mengatai Wonwoo karena memang saat itu ia berterima kasih padaku, katanya ingin meledek manusia es di sampingku ini.

"Yi Hyun." Wonwoo memanggilku, wajahnya mendekat. "Kau yang membuatnya berani meledekku, ya?"

"Ng... dia meledekmu?"

Kedua mata Wonwoo menyipit. "Benar, kan? Kau memberitahunya?"

Senyum tipisku menguar, pelan-pelan aku menggeser duduk agar jarak wajahku dan Wonwoo sedikit longgar. Selain jantungku yang degupnya berlomba, aku juga tidak sanggup menahan rasa takut yang mengelilingiku sekarang.

"Yi Hyun." Diktenya menahan lenganku.

"Hehe... m-maaf." Ucapku gagu. "Soalnya... aku penasaran, makanya aku tanya langsung ke Jun."

Wonwoo menghela napas panjang. Ia memundurkan tubuhnya, melepas tanganku agar aku bisa bergerak bebas dan bisa bernapas dengan tenang. "Aku kira kau tahu aku berbohong."

"Aku tahu."

Ia melotot, menuntut penjelasan. Sayangnya saat aku ingin menjelaskan lebih lanjut, suara Soonyoung yang menggelegar memenuhi ruangan kelas. "YI HYUN! NILAI SUDAH KELUAR!"

~~~

Sebenarnya aku masih tidak bisa berpikir jernih. Bukan karena nilai tengah semester yang sudah keluar di website kampus, melainkan karena sikap Wonwoo pagi ini yang lebih ekspresif kepadaku. Ia berbicara cukup banyak dari biasanya meski kata-katanya singkat dan dari nadanya ia terdengar kesal karena aku memberitahu Jun soal dirinya yang berbohong padaku mengenai orientasi seksnya.

"Woah... nilaimu bagus sekali, Yi Hyun!" Soonyoung berseru sambil melihat layar ponselku. "Kalau begini, aku yakin Wonwoo tidak akan melangkahimu lagi!"

"Nilai bukan perlombaan." Kataku sembari merebut ponselku dari tangannya.

"Tapi, serius, deh. Aku yakin nilainya tidak akan sepertimu!"

"Mau sama juga tidak masalah."

"Orang yang sudah bucin memang tidak punya logika lagi, Soonyoung." Sahut Yerin tanpa melirikku sama sekali. Ia menyeringai, menyantap makannya dengan tenang meski aku tahu ia pasti gugup sekarang.

Kami masih belum bicara satu sama lain dan aku juga masih kesal dengan Yerin yang tidak pernah berhenti berprasangka buruk kepada Wonwoo. Untung saja manusia yang disindir (Wonwoo) tidak ada di sini. Doyoung juga tidak ada jadi kami bisa bicara lebih leluasa.

"Tapi emang kayaknya Wonwoo nggak ada niatan menjelekkan nilai Yi Hyun, deh."

"Yang ada, aku terus mengganggunya." Kataku sedikit kesal. "Tapi niatku bukan itu. Aku benar-benar menyukainya, kok."

Yerin mendecakkan lidah. "Aku duluan." Katanya tiba-tiba sambil berdiri, meninggalkanku dan Soonyoung yang masih asyik menyantap makan siang kami di kantin.

Aku tidak peduli. Tapi Soonyoung ikutan berdiri, ia sempat melambaikan tangan kepadaku lalu mengejar Yerin.

Ditinggal dua temanku sekaligus membuat dadaku sesak. Dicampur rasa kesal juga. Aku heran kepada Yerin, mengapa ia sangat tidak menyukai Wonwoo. Mengapa ia sangat menentangku untuk mendekati manusia itu? Kalau pun alasannya karena Wonwoo seperti orang yang tidak punya perasaan, ia tinggal mengenal Wonwoo lebih lanjut, kan?

"Kau hanya sendiri?"

Aku mendongak, menemukan Doyoung berdiri di hadapanku dengan sebuah tray makanan.

"Iya."

"Soonyoung sama Yerin ke mana?"

Ku kedikkan bahuku. "Nggak tahu. Tanya saja sendiri."

Catch You Until I Can [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang