6

1.7K 236 4
                                    

Canggung sekali rasanya saat kembali duduk di samping Wonwoo. Mata kuliah Humas Politik sudah selesai dan aura di sekitar pria itu masih belum baik. Aku tidak tahu apakah ia sama tidak puasnya denganku karena performa kelompoknya yang terlalu berharap pada dirinya atau ia memang tidak senang denganku--perempuan yang sudah menyatakan cinta padanya, yang juga mengalahkan kelompoknya dalam diskusi hari ini. Perasaanku campur aduk. Yang paling membuatku tidak enak adalah ketika Soonyoung memekik saat dosen menyatakan kelompok kami adalah kelompok terbaik pada diskusi hari ini.

"Apa gunanya pintar kalau tidak tahu kerjasama!?"

"Apa gunanya pintar kalau tidak tahu kerjasama!?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumpah. Pada saat itu aku langsung menyumpal mulutnya menggunakan kertas yang ku sobek dari catatanku.

Aku tidak pernah sekelompok dengan Wonwoo, jadi aku tidak tahu bagaimana caranya bekerjasama dan tidak berani menilainya secara gamblang. Kalau Soonyoung... sepertinya pernah karena ia emosi sekali mengucapkan kalimat tadi. Mungkin itu juga yang menjadi alasan ia tidak berani mendekati Wonwoo.

"Aku senang sekali ketika Doyoung dan Yi Hyun berbicara dengan tenang, mematahkan opini mereka." Cerita Soonyoung pada Yerin saat kami sedang menikmati udara musim semi di taman kampus sambil ngemil jajanan sebagai pengganjal perut.

"Kau harus lihat matanya, Yerin! Dia tajam sekali menatap kami! Terus ketika mereka kehabisan bahan... ia tampak kesal dan aku suka sekali! Aaaa! Menyenangkan!!" Soonyoung kelihatan bersemangat. Aku hanya bisa diam, menikmati soda kaleng unruk menghapus dahaga di siang hari ini.

"Ku pikir kau tidak membencinya, bahkan kau suka bilang kalau dia dan teman-temannya keren." Ujar Yerin sambil menyeringai. Ia jadi ikutan senang, mungkin membayangkan wajah Wonwoo yang kalah telak di kelas.

"Mereka memang keren... tapi aku tidak bisa pungkiri kalau kemenangan hari ini sangat menyenangkan. Lagipula anak itu perlu pelajaran."

"Pelajaran?" Aku bertanya retoris pada Soonyoung.

Pria itu mengangguk setelah menggigit roti lapisnya. "Eung... dia memang harus diberi pelajaran."

Aku dan Yerin menunggu Soonyoung menandaskan roti lapis itu untuk menjelaskan pelajaran apa yang pantas didapatkan Wonwoo hari ini.

"Aku sering sekali sekelompok dengannya." Kata Soonyoung kemudian. Ia menyesap minuman kalengnya lalu melanjutkan pembicaraan. "Dia itu... woahh... orang yang paling tidak bisa bekerja dalam kelompok. Parah! Pokoknya bikin aku selalu emosi!"

"Tipe orang yang mengerjakan semuanya sendiri, ya?" Tebak Yerin.

Soonyoung menganggukkan kepala. "Tepat sekali! Aku heran. Dia tidak pernah membagi tugas kelompok dan tiba-tiba sudah mengerjakan tugasnya sendirian. Atau kalau aku mengerjakan sesuatu, ia akan menggantinya tanpa bilang kepadaku. Gila, kan!?"

"Worst of the worst." Kata Yerin dengan raut wajah yang jijik.

Aku tidak tahu harus bagaimana tapi aku sedikit paham dengan apa yang dirasakan Wonwoo. Terkadang menjadi orang yang perfectionist dan rajin membuat dirimu menjadi malas untuk bekerjasama dengan orang lain. Dan aku juga paham dengan Soonyoung, karena kalau aku jadi dia, mungkin aku akan menghindari Wonwoo selamanya dan tidak akan menyukai pria itu. Sayangnya, aku sudah terlanjur menyukainya.

Catch You Until I Can [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang