29

1.2K 170 26
                                    

Aku melonggarkan leher, sedikit memiringkan kepala agar bisa melihat Wonwoo yang duduk cukup jauh dari kursi kami--aku, dan anak-anak yang sudah membeli tiket bersama. Karena manusia es itu baru membeli tiket beberapa hari yang lalu, ia kebagian duduk di kursi yang agak jauh meski masih satu gerbong. Untungnya dari kursiku, sosok Wonwoo bisa tampak jelas di mata, lelaki itu tengah berbaring, menutup kedua matanya rapat setelah memakan dosirak yang ia beli tadi di mini market.

"Kau, senang, kan?" Jun berbisik, ia sengaja memilih kursi di sampingku, sempat berdebebat dengan Yerin tapi akhirnya gadis itu memilih Soonyoung sedangkan Jihoon bersama Doyoung.

"Daripada senang, aku malah bingung, sih, Jun."

"Kenapa?" Tanya Jun dengan dua mata melebar. Ia menunjuk Wonwoo yang tengah terlelap menghadap kursi kami, "dia datang untukmu, tahu."

"Kau pintar membuatku baper, ya, Jun. Dia datang untuk kau dan Jihoon. Mana mungkin karena diriku."

Jun menggelengkan kepala. "Nggakk nggakk... kemarin-kemarin dia bilang nggak bakal ikut dan anak itu kalau sudah memutuskan sesuatu bakal stick to his words. Kalau dia jadi ikut begini, pasti ada sesuatu!"

"Waktu itu aku sempat ngomong kalau dia bakal nyesel nggak ikut liburan sama kalian, apalagi semester depan kita bakal lebih sibuk."

"Terus?"

"Ya, mungkin dia mikir kalau ini waktunya memuaskan berlibur dengan kalian, sahabatnya. Kalau karena aku...," aku tertawa lirih. "Nggak mungkin."

Tiba-tiba Jun meletakkan telapak tangannya di jidatku. Refleks aku menepisnya, memandang Jun heran. "Kau kenapa, sih?"

"Kau yang kenapa." Ujar Jun sambil mengerucutkan bibir. "Ke mana Yi Hyun yang selalu optimis? Kau sakit, ya? Mual? Kepala pusing?"

Jun mencecarku, masih kekeuh memegang jidatku, memastikan hawa tubuhku tidak terlalu hangat. Aku pasrah, mengamini kata Jun yang mempertanyakan keoptimisanku. Jujur, aku pun bingung. Daritadi aku bahkan hanya bisa memperhatikan Wonwoo, bingung ingin memulai pembicaraan apa padahal ada banyak tanya bergerumul di otakku.

"Jun," panggilku lemas. "Aku harus bagaimana? Kayaknya aku terlalu kaget, deh, liat dia ada di sini."

Tiba-tiba Jun menjentikkan jari. "Gampang! Sini. Belajar sama Master Jun." Katanya lalu menarikku mendekat, membisikkan sesuatu di telingaku.

~~~

Masih pukul dua siang dan pemandangan di luar kereta tampak terik karena sinar matahari. Musim panas telah tiba, saat yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, tidak terkecuali diriku yang sudah bersemangat ke Busan setelah sekian lama tidak mengunjungi kota itu. Apalagi sekarang ada satu manusia yang tiba-tiba muncul dan ikut berlibur. Sosok yang selalu membuat jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Sosok manusia yang tengah duduk memandang keluar jendela kereta yang sebentar lagi bisa ku pandang lebih dekat.

"Empat puluh menitan lagi." Kataku sambil menjulurkan sekaleng cola di hadapannya.

Wonwoo mendongak, meski mengenakan topi dan kacamata aku bisa melihat dengan jelas dua matanya yang tajam. Selama beberapa saat ia diam dan aku pun mematung karena... well... aku gugup minta ampun sekarang!

"Makasih." Ucapnya sambil meraih cola itu.

Aku membasahi bibir, menarik napas panjang. Sedangkan Wonwoo bersidekap setelah meletakkan colanya di sisi kursi, ia tampak menungguku berbicara.

"Kau... kau akhirnya ikut juga."

"Iya."

Sial. Mulai lagi jawaban singkatnya padahal aku berharap ia bertanya banyak padaku seperti apa yang ia lakukan akhir-akhir ini.

Catch You Until I Can [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang