Aku memperhatikan Wonwoo yang tengah mengendarai mobil dari kursi penumpang di sampingnya. Kedua mataku hampir tidak berkedip dan dua sisi bibirku tidak merasa kesemutan akibat tersenyum terlalu lebar sejak ia datang ke rumah, mengajakku keluar tiba-tiba. Padahal kemarin malam ia menyuruhku untuk di rumah saja. Tunggu sampai keadaan kondusif. Hahaha... apanya yang kondusif? Ibuku saja tidak masalah ketika Wonwoo meminta izin mengajakku pergi ke toko buku hari ini.
"Berhenti menatapku, Yi Hyun." Tegur Wonwoo sekilas melirikku.
Ku gelengkan kepala cepat sambil memajukan kepala mendekati dashboard agar aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. "Tunggu sampai keadaan kondusif." Godaku sambil terkekeh kecil.
Wonwoo menghela napas, perlahan tangannya meraih kepalaku, mendorongnya perlahan ke punggung bangku. "Aku tidak bisa lihat spion."
"Kamu kangen aku, kan?" Tanyaku sambil menusuk bahunya menggunakan jari telunjukku.
Kali ini tangan kanan Wonwoo meraih jariku, menaruhnya perlahan ke pahaku. "Aku hanya ingin menghibur orang yang frustasi ingin diterima permintaan maafnya segera."
"Aku tidak frustasi."
"Siapa yang meringis semalam?"
"Tapi aku nggak masalah kalau harus menunggu keadaan sampai 'kondusif'." Kataku sengaja menekankan kata terakhir untuk menggodanya.
"Oh? Jadi kita putar balik sekarang?"
"Jangan!" Dengan cepat aku menahan tangannya yang hampir bermanuver, membanting stir untuk putar arah.
"Aku sudah aman bersama kamu." Kataku kemudian dan Wonwoo menghela napas panjang. Ia kembali memfokuskan mata pada jalanan di depan kami, membawa mobil menuju kawasan Gangnam untuk bersua ke Gyobomungo, salah satu toko buku ternama di Korea Selatan.
"Kapan-kapan kita ke Paju, yuk!"
"Memangnya kamu secinta itu dengan buku sampai mau ke sana?"
"Apapun yang kamu suka, aku pun suka."
"Yi Hyun..." Wonwoo berbalik ke arahku, matanya menatap ke arah spion, mencoba memarkirkan mobil begitu kami masuk ke sebuah basement parkiran mobil. "Aku sudah bilang, kan, kalau aku nggak suka dengan orang yang menyukai sesuatu karenaku?"
"But I'm fine with books."
"Kamu bilang tadi..." Wonwoo menghentikan omongannya, melepas seat belt, lalu menatapku tepat di mata. "Apapun yang kamu suka, aku pun suka." Suaranya tetap berat, mencontohiku berbicara.
"Dan aku juga tidak masalah dengan itu."
Wonwoo menggelengkan kepala. Ia memajukan tubuhnya, membuatku terkejut.
"Aku nggak mau kalau suatu saat nanti, kamu sudah nggak suka sama aku, hal-hal yang kamu sukai karenaku, juga tidak kamu sukai lagi." Ujar Wonwoo tepat di depan wajahku sampai napasnya yang terembus terasa sampai ke kulit. Bulu kudukku meremang, jantungku pun sudah berdegup tidak keruan daritadi.
"Ayo turun." Ajaknya sudah kembali ke posisi semula, membuka pintu.
Aku sendiri memegang dada terlebih dahulu, mencoba menetralkan degup jantung lalu berniat membuka seat belt yang ternyata sudah terbuka daritadi. Ah... Wonwoo mendekatiku karena ingin membuka seat belt, bukan karena hal lain ternyata.
"Aku akan selalu menyukaimu, kok, Wonwoo." Aku berkata dengan riang sambil berjalan di samping Wonwoo yang kembali mendesah. Bisa-bisa manusia itu cepat tua karena kerjaannya menghela napas terus.
"Kamu yakin?"
"Dua ratus persen!"
Wonwoo menggeleng-gelengkan kepala. Tiba-tiba salah satu telapak tangannya ia letakkan di atas kepalaku. Ia sedikit mendorongku, memaksaku untuk mengikuti langkahnya yang besar.
"Ayo! Cepat! Kamu tidak boleh jauh-jauh dariku sebelum keadaan kondusif!"
Tawaku pecah. Meski harus membungkuk karena dorongan tangannya, aku merasa senang diperlakukan seperti itu. Seakan di kalimatnya aku memang tidak boleh jauh-jauh darinya sampai kapan pun. Tapi aku memang berencana tidak akan menjauhinya, sampai kapan pun.
~~~
"Ini sudah baca?"
Aku menunjukkan sebuah buku di hadapan Wonwoo, buku berjudul The Devotion of Suspect X yang ditulis oleh Higashino Keigo. Penulis buku The Wings of Kirin yang sempat disebut Wonwoo di Bosu-Dong beberapa waktu lalu. Aku 100% yakin kalau Wonwoo menyukai novel misteri. Hal itu kusimpulkan saat melihatnya membaca sinopsis beberapa buku di Bosu-Dong. Rata-rata buku yang ia pilih berbau misteri, detektif dan semacamnya.
"Sudah." Jawab Wonwoo melirik buku itu sekilas lalu kembali membaca sinopsis buku di tangannya.
Napasku terhela. Lalu aku menunduk, mencari buku yang lain di rak. Beberapa buku milik Higashino Keigo ku lewatkan, bisa saja Wonwoo sudah membaca semuanya. Kemudian ku lihat buku yang menarik lainnya sebelum tanganku ditarik seseorang dengan agak kasar.
"Jangan jauh-jauh." Desis Wonwoo dengan raut khawatir. Aku meringis karena tangan pria itu kuat sekali meremas pergelanganku, hingga akhirnya ia tersadar dan melonggarkannya. "Maaf."
"Kalau begini... buku yang aku kasih nggak bakal surprise, dong?" Tanyaku mengindahkannya. Jujur, aku sebenarnya tidak masalah dengan kelakuannya (karena aku pun teledor, melupakan fakta kalau keadaanku sekarang tidak begitu aman), tadi aku hanya refleks meringis karena pergelanganku sakit sekaligus terkejut karena tarikannya.
"Ya sudah... belinya nanti saja."
"Jadi, untuk apa kita keluar? Kencan?"
Kedua alis Wonwoo hampir bertaut. Ia masih membaca sinopsis buku di tangannya. Entah tergugah dengan sinopsis buku itu atau terkejut dengan pertanyaanku.
"Hm... kencan juga boleh, sih." Kataku pada diri sendiri, tersenyum kikuk memandang tangan Wonwoo di pergelanganku.
"Kamu bicara pada diri sendiri?"
Aku mengangguk. "Mau ke siapa lagi? Kamu pasti mengelak kalau aku bilang ini kencan."
"Hmm... cepat carikan aku buku yang bisa ku sukai! Aku tidak akan lihat, kok!" Kata Wonwoo mengalihkan topik. Ia menutup matanya dengan buku yang ia genggam, berpura-pura tidak melihatku.
Lantas aku tertawa karena sikapnya yang menggemaskan itu. Menarik tangannya agar berhenti menutupi wajahnya. "Lihat juga nggak apa-apa."
"Katanya nggak surprise?"
"Ya... tetap surprise kalau bukunya belum kamu baca, kan?" Tanyaku retoris dan Wonwoo mengangguk.
"Oke. Sekarang kasih tahu aku, buku mana saja yang sudah kamu baca!" Aku berseru dengan semangat, menunjuk deretan rak buku-buku thriller di hadapan kami.
"Aku nggak hanya suka dengan thriller, loh."
"Cepat kasih tahu!!" Kataku gemas dan Wonwoo menyeringai. Bukan tangannya lagi yang ia letakkan di atas kepalaku, melainkan buku yang ia baca tadi, ditepuknya pelan di sana.
"Hmmm... mari kita lihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You Until I Can [Complete]
FanfictionHwang Yi-Hyun menyatakan cinta pada Jeon Wonwoo!