15

1.3K 175 12
                                    

Senyumku menguar tipis sambil melihat Wonwoo berdiri di hadapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyumku menguar tipis sambil melihat Wonwoo berdiri di hadapanku. Pria itu masih mengenakan kemeja yang sama seperti pagi tadi, merah muda garis putih. Wajahnya masih dingin dengan sirat tajam mata elang yang siap menghunusku kapan saja. Ini kejadian yang amat jarang! Sangat amat jarang karena ini pertama kalinya Wonwoo datang ke rumah dengan tujuan bertemu denganku, sendirian!

"Maaf." Kata Wonwoo sambil menghela napas, ia terdengar tidak nyaman, lalu menyerahkan beberapa kertas kepadaku.

"Santai."

"Jangan pikir aku sengaja melakukannya." Ujarnya dingin. "Aku nggak pernah tahu kalau catatanmu terselip di bukuku."

"Aku nggak pernah berpikir seperti itu." Kataku sambil tersenyum kepadanya.

Sejam yang lalu, ketika aku baru sampai di rumah, Wonwoo mengirimkanku pesan. Pria itu memberitahu kalau catatan Filsafat Komunikasiku ternyata terselip di bukunya dan ingin memberikannya kembali padaku. Aku tentu saja bersyukur, malah tertawa karena dari segala tempat, catatanku itu malah ada padanya. Nggak heran, sih, karena terakhir dia yang memegangnya. Tapi aku tidak sampai berpikir kalau dia sengaja melakukan itu. Wonwoo bukan tipe orang yang seperti itu, aku tahu.

"Aku benar-benar minta maaf."

Wonwoo menundukkan kepala selama beberapa saat. Entah mengapa aku terkekeh pelan melihat sikapnya itu. "Santai." Kataku lagi.

"Mau masuk dulu?" Tawarku sambil menunjuk rumahku menggunakan jempol.

"Nggak. Aku harus segera kembali."

"Ah... baiklah. In case kau ingin minum yang hangat-hangat dulu."

Wonwoo menghela napas. "Besok kita UTS, Yi Hyun."

"Aku tahu. Aku nggak minta kamu nginap." Kataku berniat bercanda tapi Wonwoo malah mendelik padaku. Pria itu kembali menghela napas seakan terlalu banyak gas karbondioksida di dalam paru-parunya.

"Yi Hyun," panggilnya membuat dadaku bergetar hebat. Suaranya berat, terdengar serius sampai aku merasa takut.

"Ya?"

"Berhentilah." Ucapnya.

Aku memberanikan diri untuk menatap matanya yang tidak lagi terlihat tajam, mereka tampak sendu, makin mengabnormalkan degup jantungku di dada. Kini rasa takut itu kembali menyelimuti, tapi aku tetap menggelengkan kepala. Aku tidak berniat berhenti mendekatinya. Tidak akan.

"Kenapa?" Tanyanya. "Kenapa di antara semua pria, kenapa kau memilihku?"

"Karena kau Jeon Wonwoo."

Wonwoo menarik napas panjang. Ia memijit pelipis, raut wajahnya tampak frustasi. Aku memang jarang sekali melihatnya berekspresi, tapi tidak dengan ekspresi yang seperti ini. Raut wajah Wonwoo yang paling ku senangi adalah ketika ia sedang bersama Jun dan Jihoon. Ekspresinya lepas, penuh tawa dan senyum. Menyenangkan hatiku.

Catch You Until I Can [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang