41

1.3K 185 8
                                    

Genggaman Wonwoo tidak pernah lepas dari tanganku meski kami sudah berada di dalam bus. Alhasil kami harus pulang menggunakan bus, meninggalkan mobil Wonwoo di gedung parkiran (lebih tepatnya di basement gedung itu) karena ia melihat sekomplotan orang berlalu-lalang di gedung tersebut--yang mana salah satunya mirip dengan Kang Daniel. Wonwoo benar, kondisi memang belum kondusif dan parahnya orang-orang itu seakan tidak takut dengan kepolisian yang mulai mencari mereka.

"Ayahmu jam segini sudah pulang, belum?"

Aku melirik jam tangan, sudah pukul 5 sore. Ayah pasti belum sampai di rumah. Kalau bukan di jalan pulang, ia bisa saja tetap bertahan di kantor sampai malam untuk mengurusi sesuatu.

"Belum."

"Kita harus memberitahu Ayahmu soal hal ini."

"Pasti." Kataku cepat. "Bagaimana bisa mereka tetap mengejarku sampai ke sini!?"

"Ini sudah terang-terangan. Mereka pasti menginginkan sesuatu dari Ayahmu."

"Kasus mereka sudah selesai." Desisku dengan suara kecil agar tidak terdengar penumpang bus lain.

"Kata Ayahmu mereka mengajukan banding."

"Terus kenapa Ayah lagi yang harus kena?"

"Aku juga tidak paham. Padahal kasusnya di Busan dan Ayahmu sudah tidak bekerja di sana."

"Mereka gila, ya?"

"Atau Ayahmu memiliki informasi yang makin memberatkan mereka, Yi Hyun."

"Kalau pun ada, itu urusan kejaksaan. Ayahku hanya bekerja sesuai dengan porsinya."

"Aku tahu. Tapi mereka tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa alasan, kan?"

Wonwoo benar. Aku pun hanya bisa menghela napas gusar sambil memandang keluar jendela bus yang memperlihatkan suasana Seoul yang mulai padat oleh kendaraan pribadi. Wonwoo mungkin sedikit paham dengan apa yang ku rasakan karena tangannya sempat meremas tanganku, seakan mencoba memberi kekuatan.

~~~

Tentang ciuman itu. Hal bodoh yang ku lakukan di tengah hal berbahaya yang bisa menimpaku dan Wonwoo di Gangnam. Aku tidak tahu menjelaskannya seperti apa karena Wonwoo tidak menolak. Aku sendiri yang menarik diri begitu sadar kalau kami harus memikirkan jalan keluar untuk kabur dari komplotan itu. Dan Wonwoo tidak berkata apa-apa karena setelah itu ia menarikku keluar dari gang menuju halte bus yang jaraknya tidak begitu jauh dari gedung tersebut, meninggalkan mobilnya.

Aku pun tidak berani bersuara kecuali kalau Wonwoo bertanya pasal orang-orang jahat itu. Bahkan sampai sekarang, saat aku harus mengantarnya pulang di depan pagar. Untung saja ia tidak pulang sendiri. Wonwoo memang cerdas karena ia menghubungi Jun saat kami di jalan pulang.

"Terima kasih, ya." Ucapku pada Wonwoo untuk kesekian kalinya.

Tadi, selama menunggu Jun, ia sempat berbincang dengan Ayah--yang syukurnya datang tidak lama setelah kami sampai. Lagi-lagi ia menjelaskan tentang kejadian mengerikan itu. Alhasil aku tidak diperbolehkan keluar rumah sampai keadaan aman. Ibu pun jadi ikut khawatir akan keselamatan Ayah.

Kejadian ini mengingatkanku akan usaha Ayah yang selalu menutupi informasi kehidupan pribadinya ke publik. Ternyata ketakutan itu terjadi sekarang.

"Jangan takut." Kata Wonwoo sambil menepuk puncak kepalaku. Dari ekor mata, aku bisa melihat Jun menahan senyum. Ia tampak ingin menggoda tapi takut merusak momen.

"Maaf, ya... karenaku kamu jadi ribet begini."

"Nggak apa-apa. Aku sudah biasa dibuat ribet." Candanya sambil terkekeh. Aku mengerjapkan mata beberapa kali, merasa tidak percaya bisa melihat Wonwoo yang lebih santai dan hangat kepadaku.

Catch You Until I Can [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang