37

1.2K 189 17
                                    

Aku memandang langit yang gelap dari balik jendela kereta. Di sampingku Wonwoo duduk bersandar, tangannya mengelus jemariku dengan lembut seakan mencoba menenangkanku yang hanya bisa diam setelah berhasil kabur dari Daniel. Dari Bosu-Dong, Wonwoo segera memanggil taksi membawa kami ke stasiun Busan dan membeli tiket ke Seoul yang berangkat paling cepat. Ia juga membelikanku baju untuk berganti setelah hujan-hujanan berlari menjauh dari Bosu-Dong. Bukan hanya untukku, tapi juga untuknya.

Kalau saja aku tidak memikirkan nama Ayah yang disebut Daniel dengan orang di balik telepon, mungkin aku akan merasa senang dan berbunga-bunga. Sayangnya aku tidak bisa. Sekarang aku malah sibuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi antara aku, Daniel, orang yang diteleponnya, juga Ayah.

Pekerjaan Ayah memang bukan pekerjaan biasa. Aku tahu ia berurusan dengan berbagai macam orang, mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang luar biasa. Mungkin Daniel dan orang yang diteleponnya termasuk luar biasa karena ia bahkan mengenalku sebagai anak Ayah. Padahal Ayah sudah berusaha sedemekian rupa untuk tidak memperlihatkan keluarganya kepada khalayak umum.

"Eo... aku balik duluan dengan Yi Hyun." Wonwoo melepas genggamannya. Ia memperbaiki letak ponsel di telinganya, berbicara dengan salah satu teman kami pastinya.

"Tidak... bukan begitu!" Wonwoo mendesis frustasi. "Aku tidak membawa kabur Yi Hyun! Gila, kau!"

"Boleh aku bicara ke Yerin?" Pintaku segera.

Wonwoo menatapku datar. Ia menghela napas lalu berkata kepada seseorang di balik telepon. "Yi Hyun mau bicara ke Yerin. Penting."

"Halo? Yerin?" Aku segera memanggil nama sahabatku itu dengan tidak sabaran.

"Yi Hyun! Kau kenapa!! Kau g--"

"Aku harus ketemu Ayahku. Ada sesuatu yang terjadi."

"Hah? Ayahmu kenapa!? Dia sakit? Kau tidak apa-apa!?"

"N-nggak." Aku menghela napas. "Ada sesuatu yang buruk terjadi. Nanti aku cerita tapi sekarang aku harus balik. Barang-barangku... maaf... bisa kau uruskan?"

"Kau pikir aku siapa, hah!? Yang begitu jangan kau pikirkan!" Napas Yerin tersenggal. "Aku khawatir padamu, Yi Hyun! Ayahmu kenapa!?"

"Aku tidak bisa bicara sekarang. Bahaya..."

"Pekerjaannya?"

"Hm..."

Setelah mendengar balasanku, Yerin mendesah. Aku tahu, sahabatku itu pasti paham apa yang terjadi meski tidak benar-benar tahu permasalahannya. Dan kalau Yerin bisa memahami, maka Soonyoung pun akan paham. Kedua orang itu tahu benar tentang kehidupanku.

"Baiklah. Kau berhutang cerita padaku dan Soonyoung, ya!"

"Padaku juga!!" Jun memekik membuat bibirku agak tertarik.

"Memangnya kau siapa, hah!?"

"Aku juga temannya Yi Hyun! Aku sudah kenalan dengan Ayahnya malah!"

"Hah!? Jangan bohong kau!"

"Mereka bertengkar." Kataku pada Wonwoo sambil menyerahkan ponsel itu kepadanya.

Wonwoo mengangguk. Lantas mematikan telepon tanpa berpamitan. Ia kemudian memanjangkan leher, memperhatikan orang-orang di sekitar kami. Sejak tahu Daniel orang yang berbahaya, ia jadi sedikit lebih ekstra dengan lingkungan sekitar, memastikan tidak ada komplotan yang sama mengikuti kami.

"Terima kasih." Ucapku lirih, agak berbisik padanya.

Pria itu menggulum bibir, kembali meraih tanganku untuk digenggamnya erat. Ia hanya menatapku sekilas sebelum membalikkan kepala lurus ke depan. "Yang penting kau sekarang aman."

Catch You Until I Can [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang