Aku sedang berjalan dari minimarket, setelah membeli cemilan pengganjal perut yang ku makan selama belajar di malam hari sebelum UTS, begitu melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah. Aku mengernyit, jarang sekali Ayah menerima tamu, apalagi sekarang sudah pukul 9 malam. Ada rasa khawatir muncul di dadaku. Ayahku pernah bilang, kalau dia tidak suka menerima tamu di rumah dan lebih suka bertemu dengan koleganya di kantor. Hal yang memang terjadi selama dua puluh tahunan hidupku ini, sehingga melihat mobil yang tak dikenal terparkir di dekat rumah membuatku bertanya-tanya.
Sebelum membuka pagar, aku memperhatikan mobil itu dengan saksama. Mobil mewah keluaran terbaru berwarna silver. Kedua mataku menyipit, mengingat-ngingat adakah temanku yang memiliki mobil seperti itu?
"Yi Hyun? Kau Yi Hyun, kan?"
Napasku tertahan. Jantungku berdegup kencang melihat sebuah kepala melongok dari dalam mobil yang daritadi ku perhatikan itu.
"S-siapa?" Tanyaku gagu, mencoba berani padahal aku takut.
"Jun! Ini Jun! Temannya Wonwoo!"
Dan pria itu keluar dari mobil hingga rupanya bisa terlihat dengan jelas dari bawah lampu jalanan. Aku segera mengelus dada. Untung saja benar Jun. Pria itu mengenakan sweter merah dan celana chino, tampil modis entah dari mana. Aku sempat khawatir kalau orang yang menyapaku adalah orang jahat.
"Kau ngapain ke sini?" Tanyaku to the point.
"Ini rumahmu?"
Eh? Aku pikir dia ke sini memang ingin bertemu denganku. Wajahku penuh tanya melihatnya yang memperhatikan rumahku dengan saksama. Melihat pagar lebih tepatnya, karena rumahku tertutup pagar bata yang tinggi dan tebal.
"I-iya."
"Ah... kau anaknya Pak Hwang?"
"Namaku Hwang Yi Hyun."
Jun menjentikkan jari. Wajah jenakanya tampak riang begitu sadar kalau aku bermarga Hwang. Kebalikannya, aku malah heran. Mengapa ia bisa mengenal Ayahku dan mengapa ia bisa ada di depan rumahku?
"Ayahmu--"
"Kau ke sini ngapain?" Tanyaku cepat sebelum ia bertanya lebih lanjut soal Ayah. Jujur saja aku tidak begitu suka memperbincangkan Ayah karena sebisa mungkin aku harus merahasiakan pekerjaannya, selalu membuatku merasa khawatir meski tidak ada yang harus dikhawatirkan.
"Kakak sepupuku... bawahan Ayahmu."
Aku menganga. "Serius?"
Jun mengangguk. "Aku tinggal bersamanya, jadi aku tahu. Dan makanya aku di sini. M-maksudku Kakakku ke sini, aku hanya menemani saja."
"Kenapa nggak masuk?"
"Urusan pekerjaan." Kata Jun sambil menggaruk tengkuknya. "Aku nggak boleh tahu."
Jawabannya membuatku paham. Aku mengangguk, terdiam selama beberapa saat karena bingung harus ngapain. Sekarang Jun tahu rahasia terbesarku dan ku harap ia bisa menutup mulut apalagi Kakak sepupunya bawahan Ayahku.
"Mau masuk?" Tanyaku kemudian sambil membuka pagar rumah.
Kedua alis Jun terangkat. Ia menunjuk dirinya sendiri. Aku pun mengangguk, menahan tawa. Ia pasti takut kalau dibawa masuk, tapi selama ia temanku, tidak ada yang harus dipermasalahkan. Apalagi kalau duduk menunggu di mobil, di tengah lingkungan yang sepi dan gelap... aku heran mengapa ia mau saja disuruh menunggu di mobil oleh Kakak Sepupunya.
"Ayo!"
Tanpa banyak membuang waktu aku menarik Jun masuk. Sempat aku mendengar ia ber-'wah' ria melihat pekarangan rumahku yang super luas. Dan entah mengapa aku merasa malu padahal harusnya aku bangga.
"Aku pulang." Sahutku sambil masuk ke dalam rumah, diikuti Jun di belakang.
Seperti yang ku duga, di ruang tamu ayah sedang berbincang dengan seorang pria yang ku yakini Kakak Sepupu Jun. Saat melihat Jun ikut masuk, pria itu melebarkan mata, ia seperti ingin berteriak kepadanya. Sedangkan Ayahku menghentikan obrolannya dan menatapku bergantian dengan Jun. Tentu saja ia penasaran dengan pria yang ku bawa ini.
"Ini Jun, temanku." Kataku pada Ayah sebelum ia bertanya.
Jun segera membungkuk dengan sopan. "Nama saya Jun, teman... Yi Hyun di kampus."
"Dia adik sepupu saya, Pak." Kata Kakak Sepupu Jun sambil menarik Jun di sisinya. Aku sempat melirik pria itu tersenyum kikuk padaku. "Mereka pasti bertemu di luar. Saya tidak tahu kalau dia berteman dengan Anak Bapak."
Ayahku terkekeh, mungkin menyembunyikan rasa terkejutnya pula. Lalu aku segera pamit karena tidak ingin menginterupsi urusan mereka. Tidak lupa ikut menarik Jun masuk ke ruang tengah di mana aku bisa melihat Ibu menyiapkan minuman di dapur. Aku menyuruh Jun duduk di sana, ia menurut, menyapu pandangan ke seluruh ruangan.
"Eh? Siapa itu Yi Hyun?" Ibu berbisik kepadaku, meski matanya sibuk pada minuman yang ia buat, ia tetap bisa melirik Jun di sana.
"Jun." Aku menjawab. "Temanku di kampus. Ia juga adik sepupu teman Ayah di luar."
Ibu menaikkan kedua alisnya, ia lalu memperhatikan Jun, yang diperhatikan sadar dan mengangguk sopan pada Ibu.
"Temanmu tampan-tampan semua, ya." Ujar Ibu membuatku menyeringai. Aku tidak bisa berkilah, apalagi yang datang ke rumah kali ini seorang Jun. Manusia tampan nan terkenal. Dia influencer, kan?
Saat Ibu mengantar minuman keluar, aku menghampiri Jun, memberikannya teh hangat. "Kau nggak belajar untuk UTS besok?" Tanyaku sambil duduk di hadapannya.
"Oh? Kalian sudah minggu UTS?"
Aku mengangguk. "Memangnya kalian tidak?"
"Sudah lewat." Jawab Jun sambil terkekeh. Ia menyesap teh hangat, sempat kewalahan karena panas menyerbu lidah. Sebenarnya aku ingin tertawa melihatnya, tapi karena kasihan, aku buru-buru ke dapur mengambil air mineral. "Pelan-pelan." Kataku.
"Thanks." Ucapnya lalu meminum air mineral dalam sekali tegukan.
"Aku kira kalian bikin kelompok belajar? Tidak belajar bareng lagi atau gagal?" Jun mencecarku setelah itu. Ia tahu soal kelompok belajar itu, bahkan dia ikutan terkejut saat Wonwoo ingin berpartisipasi.
"Sudah. Lagian kalau sudah minggu UTS ngapain belajar bareng? Nanti malah pusing dan tidak fokus."
"Ah..." Jun menganggukkan kepala. "Kau benar."
"Jadi, sekarang kau libur?"
Jun menggelengkan kepala. "Minggu ini jurusanku ada ujian praktikum. Main musik." Katanya sambil menggerakkan jari di udara seperti tengah memainkan piano.
"Wow... jadi, kau main musik?"
Sepersekian detik kemudian aku menepuk jidat. Pertanyaanku cukup bodoh. Jun anak jurusan seni musik, tentu saja ia bisa bermain musik!
"Aku anak jurusan musik, Yi Hyun." Kata Jun sambil tertawa. Aku terkekeh. "Lupa."
"Bagaimana pendekatanmu dengan... Wonwoo?" Tanya Jun sambil memajukan tubuhnya, ia tersenyum menggodaku.
Boro-boro mau pendekatan. Akhir-akhir ini aku lebih sibuk mempersiapkan UTS. Belum lagi setiap belajar kelompok, Wonwoo banyak diam dan fokus dengan dirinya sendiri. Manusia itu sangat individualis, seperti yang pernah Soonyoung ceritakan padaku.
"Kenapa? Mau nyerah?" Goda Jun refleks membuatku menepuk lengannya pelan.
Aku menghela napas panjang. "Aku tidak mudah menyerah. Tapi minggu ini aku skip dulu. Setelah UTS selesai, aku akan mulai PDKT lagi."
Jun terkekeh. "Semoga saja tekadmu terus bertahan, ya."
"Ku bilang doakan aku, Jun! Doakan aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You Until I Can [Complete]
FanficHwang Yi-Hyun menyatakan cinta pada Jeon Wonwoo!