~VANDERER~
"KAMI BEJANJI TIDAK AKAN TERLAMBAT DATANG KE SEKOLAH LAGI."
Pagi ini Caramel dan keempat sahabatnya—Bella, Kavin, Abi, dan Budi—terlambat datang ke sekolah, lagi. Pak Adi, selaku Guru Bk mereka telah bosan menghukum mereka dengan membersihkan toilet, halaman sekolah, peralatan penjas, lapangan olah raga, bahkan setiap kelas sudah pernah mereka bersihkan. Jari-jari lentik mereka sudah menyentuh setiap jengkal sudut ruangan sekolah ini. Dan sekarang Pak Adi menghukum mereka dengan cara memalukan mereka, tapi mereka yang sudah tak memiliki rasa malu hanya manggut-manggut saja ketika Pak Adi menyuruh mereka memasuki setiap kelas dan berjanji kepada seluruh siswa bahwa mereka tidak akan terlambat kembali.
Ini adalah kelas terakhir yang harus mereka masuki, 12-IPS11. mereka telah mengucapkan sumpah mereka kepada seluruh siswa SMA BHINEKA dan kepada 60 ruangan kelas yang di bangun di SMA BHINEKA. Gila, Pak Adi sudah gila! Bahkan kaki Caramel sudah naik betis akibat menaiki ratusan anak tangga hanya untuk mengucapkan sumpah palsunya saja. Sungguh perjuangan yang sangat luar biasa.
"APAKAH TEMAN-TEMAN YANG ADA DI SINI MAU MEMAAFKAN KAMI?" Tanya mereka serentak. Tidak puas dengan mempermalukan mereka dengan mengucapkan janji di depan kelas, Pak Adi juga menyuruh mereka meminta maaf kepada seluruh siswa, dan tidak hanya itu bahkan mereka harus memakai name-tag dengan kardus yang menggantung di leher mereka —bertuliskan nama mereka. Awalnya sih mereka menentang, tapi apa daya. Tidak memakai bet kardus seperti ini saja semua siswa sudah tahu siapa mereka, jadi tidak ada pengaruhnya.
"Bagaimana anak-anak, kalian memaafkan mereka?" Tanya seorang Guru yang kebetulan sedang mengajar di kelas tersebut.
"Kami maafin," jawab lelaki tampan dengan kacamata bulatnya, duduk di baris paling terdepan. Bisa disimpulkan lelaki itu adalah ketua kelas di kelas ini. Sedangkan yang lainnya hanya mengangguk setuju.
"Terimakasih, kalau gitu kami permisi," pamit Kavin sopan kepada guru dan para siswa.
Cara yang berdiri paling pojok duluan melangkah keluar kelas, tanpa ada basa basi berterimakasih.
Dengan langkah jengkel, gadis itu berjalan dengan kepala merunduk, merasa malu. "Auh!" Cara meringis ketika jidatnya tak sengaja membentur bidang datar di depannya. Dengan tangan yang masih setia mengelus keningnya, Cara mendongak memastikan apa atau siapa yang dia tabrak.
Dengan tangan yang bersembunyi dibalik saku calana abu-abunya, ia menatap Cara dengan mata memicing, bahkan keduanya tidak mengucapkan sepatah katapun hanya untuk meminta maaf, misalnya. Mereka malah asik beradu pandang. Tidak seperti adegan romantis, keduanya sama-sama ngeluarin pandangan sinis mereka.
Hingga akhirnya salah satu dari mereka melepas pandang.
"Woy!" Cara berteriak ketika dia melihat orang yang dia tabrak melenggang masuk ke dalam kelas.
Cara memutar badanya dan berjalan ke arah teman-temannya yang masih berada di tengah kelas. Awalnya cara sudah berada di depan pintu.
"Lo baru datang jam segini? Lo udah telat selama setengah jam!" Cara melanjutkan ucapannya ketika orang itu hanya mengabaikan dirinya dan duduk di bangkunya dengan nyaman tanpa ada rasa bersalah.
"Wah, gue yang telat lima menit doang gak boleh masuk kelas dan lo enak-enaknya duduk di bangku lo tanpa rasa bersalah. LO KIRA INI SEKOLAH BAPAK LO!" Cara mulai emosi melihat wajah datar orang yang dia tabrak, bahkan dia menaikan intonasi bicaranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanderer [TAMAT]
Teen FictionJudul awal : We Are Still Young! [JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Vanderer Vaughn Vicenzio lelaki gagah dan tampan itu kini sedang berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati seorang wanita yang selama ini membuat jantungnya berdebar dua kali le...