16

257 23 5
                                    

Pagi ini Cara dan teman-temannya telah tiba di sekolah, hari ini Cara tidak berangkat dengan Ve, katanya ada urusan yang harus pria itu lakukan.
Cara berjalan cepat memasuki kelasnya, rasanya pundaknya pegal karena menyandang tasnya yang penuh dengan buku tebal, khas anak IPA.

"Berani amat lo Car duduk di situ," ucap Budi yang masih berjalan di depan kelas.

"Beranilah, bangku-bangku gue," jawabnya tak santai.

"Bawah bangku lo ada kecoa bego!" balas Budi sarkas.

Mata Cara membulat ketika mendengar kata kecoa keluar dari mulut Budi, ia menelan salivanya dan dengan kekuatan bulan Cara mengintip ke bawah bangkunya ingin membuktikan perkataan Budi barusan.

"HHHAAAHHH!!! KECOAAA ...." Cara berlari kesetanan menuju luar kelas, matanya tertutup rapat-rapat merasa geli atas apa yang baru saja ia lihat.

"Kecoa ...," lirihnya saat ia sudah tidak bisa berlari, bukan karena lelah melainkan ada sesuatu di depannya yang menghalanginya. Mata Cara masih tertutup rapat sembari memulihkan deru napasnya.

"Udah-udah pelukannya nanti lagi, suami lo liatin noh," ujar Abi sambil membuang kecoa yang berada di bawah bangku Cara.

Cara langsung tersentak, tubuhnya meremang seketika saat mendapati Ve yang sedang bersandar di depan pintu dengan tangan yang bersembunyi di balik saku menatapnya tajam.
Cara melepaskan lilitan tanganya di leher Garry dan mendorong lelaki itu agar menjauh darinya.

Garry yang baru tiba jelas tak tahu apa-apa. Saat hendak memasuki kelas, Cara langsung memeluk Garry dengan kuat seolah menyalurkan rasa takutnya. Hal itu membuat Garry mematung  bahkan ia tidak membalas pelukkan Cara, ia hanya membiarkan gadis itu bergelantung di tubuhnya.

"Ini masih di kawasan sekolah, cari tempat lain kalo mau pelukkan," ujar Ve dingin dan berlalu dari kelas Cara.

"Ve, tunggu!" Tidak perlu waktu lama untuk mencerna perkataan Ve yang menyiratkan kemarahan, Cara langsung mengejar Ve yang belum jauh dari kelasnya

"Putus dah tuh putus," celetuk Budi. 

***

"Ve, kamu marah?" tanya Cara lembut. Saat ini Cara sedang berjalan bersampingan dengan Ve di koridor, entah kemana tujuan Ve intinya Cara ngikut saja.

"Tadi itu aku gak sengaja meluk dia, Ve. Tadi ada kecoa di bawah bangku aku, kamu taukan aku takut sama kecoa." Cara mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tapi Ve tetap bergeming. "Jangan marah, ya?" Cara menarik-narik lengan baju Ve berusaha membujuk lelaki yang merajuk itu.

Namun Ve hanya membalasnya dengan gumaman saja, bahkan pupilnya saja tak berniat melirik ke arah Caramel. Bukannya takut Caramel justru tertawa pelan saat melihat Ve yang sedang merajuk.

"Kamu lucu banget sih kalo marah, jadi pingin cium," ujar Cara sambil tersenyum manis.
"Kenapa berhenti?" tanya Cara bingung saat Ve tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.

"Katanya mau cium," jawab Ve dengan wajah yang masih ditekut. Pecah sudah tawa Cara saat ini, apakah ini benar Ve? Lelaki dingin yang selalu menatapnya tajam itu? Kenapa bisa sangat menggemaskan seperti ini saat marah?.

"Ini masih di kawasan sekolah, cari tempat lain kalo mau ciuman," ujar Cara mengikuti perkataan Ve sebelumnya.

"Udah ah males kamu nya gitu," balas Ve misuh-misuh. Cara hanya tertawa saja menanggapi rengekkan Ve yang seperti anak kecil itu.

"Oiyah, kamu kok udah ada di sini sih? Katanya kamu ada urusan?" Cara baru menyadari mengapa Ve tiba di sekolah sangat cepat, sebab Ve memberitahunya bahwa ia akan datang terlambat hari ini karena ada urusan.

Vanderer [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang